• sistem organ kulit, apakah ada gambaran reaksi atopi pada pasien, ruam,
rasa gatal yang muncul sehabis memakan makanan yang dicurigai.
Gambaran atopi merupakan gejala paling umum didapatkan pada pasien
yang mengalami reaksi-reaksi yang diperantarai IgE.
• sistem gastrointestinal ditemukan anak sakit perut, merasa tidak nyaman,
serta diare.
• Sistem pernapasan respiratory rate, terdapat retraksi atau tidak, dan dinilai
terdapat sianosis atau tidak.
skin prick test
• menetapkan apakah pasien mempunyai antibodi IgE terhadap sesuatu
makanan yang spesifik.
• Anak yang dicurigai memiliki gejala yang diperantarai IgE terhadap salah
satu dari lima alergen makanan umum (telur, susu, kacang tanah, kedelai,
dan gandum) diuji kulit dengan teknik tusukan menggunakan ekstrak
komersial
• Nilai cut-off untuk tes ini memprediksi spesifik IgE, yaitu susu sapi 8
mm, untuk anak kurang dari 2 tahun 6 mm; telur 7 mm, untuk anak
kurang dari 2 tahun 4-6 mm; Kacang 8 mm, untuk anak kurang dari 2
tahun 4 mm; wijen 8 mm.
Tes in vitro mengukur IgE spesifik
(spesifik-IgE/s-IgE)
• nilai s-IgE yang tidak terdeteksi dikaitkan dengan risiko rendah (10-
25%) reaksi terhadap makanan, sedangkan risiko meningkat dengan
peningkatan kadar s-IgE.
• Nilai ambang s-IgE susu sapi 15 KU/L, telur putih 7 KU/L, kacang
14 KU/L, dan ikan 20 KU/L
Radio Allergosorbent test (RAST)
• Uji RAST sering dilakukan untuk penapisan alergi makanan yang
diperantai IgE dengan memperoleh IgE spesifik makanan untuk
menentukan kecendrungan reaktivitas klinisnya. Tingginya antibodi
IgE awal dapat dipakai sebagai angka rujukan untuk memonitor
sensitivitas spesifiknya
Diet eliminasi
• Diet eliminasi sangat berguna dalam diagnosis alergi makanan,
terutama bila ada gejala kulit kronis atau reaksi gastrointestinal.
Dievaluasi dalam beberapa minggu.