Anda di halaman 1dari 24

Journal Reading

Persepsi Pelayanan KB dengan Tingginya Drop out


Akseptor KB Injeksi 1 Bulan

Oleh:
Muhd Arif Shah Bin Jamaludin 2040312154

Preseptor:

Dr. dr. Rosfita Rasyid, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah journal reading yang berjudul Persepsi
Pelayanan KB dengan Tingginya Drop out Akseptor KB Injeksi 1 Bulan. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH sebagai preseptor yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan terutama bagi penulis sendiri dan bagi
para pembaca.

Padang, 12 AGUSTUS 2022

Penulis
Persepsi Pelayanan KB dengan Tingginya Drop out
Akseptor KB Injeksi 1 Bulan

Ida Susila
Sekolah Vokasi Universitas Islam Lamongan, Jl Veteran No. 53 A Lamongan
Jawa Timur Indonesia e-mail: Idasusila18@gmail.com

ABSTRAK

Negara Indonesia dalam gerakan keluarga berencana telah menjadi contoh wanita
usia subur bahwa Negara dengan jumlah penduduk terbesar urutan ke lima ini dapat
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pencegahan terjadinya kehamilan salah
satu metodenya dengan melalui suntikan hormonal. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, persepsi
pelayanan KB dan hubungan persepsi terhadap jumlah akseptor yang drop out.
Metode penelitian kuantitatif dengan cross sectional. Sedangkan populasi dalam
penelitian ini adalah total populasi sejumlah 50 ibu yang mengalami drop out
akseptor KB suntik 1 bulan di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten
Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia ≥35
tahun, pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga, dan setengah dari responden
berpersepsi negatif terhadap pelayanan KB. Hasil analisis bivariat dengan uji
statistik Chi Square menujukkan nilai Pv=0,001yang artinya ada hubungan persepsi
pelayanan KB yang negatif dan angka drop out pada peserta KB suntik 1 bulan.
Dibutuhkan konseling untuk memantapkan akseptor agar memahami efek samping
kontrasepsi.

KATA KUNCI: Akseptor, drop out, pelayanan KB, persepsi.


ABSTRACT

The family planning movement in Indonesia has become an example of women of


childbearing age that the country with the fifth largest population can control the rate
of population growth. Injectable birth control is a way to prevent pregnancy through
hormonal injections. This study aims to determine the characteristics of respondents
based on age, occupation, perceptions of family planning services and the
relationship between perceptions of the number of acceptors who drop out. This
research uses quantitative research methods with cross sectional method. The
population in this study were all mothers who dropped out of 1 month injection family
planning acceptors in Bulubrangsi Village, Laren District, Lamongan Regency. he
results showed that the majority of respondents were 35 years old, the majority of the
occupations were housewives, and half of the respondents had a negative perception
of family planning services. The results of the bivariate analysis with the Chi Square
statistical test showed a Pv value = 0.001 which means that there is a negative
relationship between perceptions of family planning services and the drop out rate for
1-month injection family planning participants. Counseling is needed to strengthen
acceptors to understand the side effects of contraception.

KEYWORDS: Acceptors, drop out, family planning services, perception.


I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-tiga di
dunia.1 Cita-cita luhur suatu bangsa membawa rakyatnya dalam kesejahteraan ini
merupakan sebuah tantangan bagi pemerintah yang besar untuk mewujudkannya. 1
Salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan yaitu program
keluarga berencana (KB) yang mempunyai implikasi yang tinggi pada
pembangunan kesehatan. Program KB memiliki posisi strategis sebagai upaya
pengendalian laju peningkatan penduduk.2 Program KB berpotensi menyelamatkan
kehidupan yaitu dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan
kehamilan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kehamilan pada usia
muda dan tua juga mengurangi jumlah persalinan yang patologis dengan cara
mengurangi tingkat kesuburan agar dapat menekan angka jumlah kematian
absolute dalam populasi.3
Wujud dari program KB adalah penggunaan alat kontrasepsi untuk
menunda/mencegah kehamilan kehamilan. Salah satu jenis alat kontrasepsi yang
dapat digunakan adalah suntik KB. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Namun
penggunaan kontrasepsi suntik dapat menimbulkan beberapa keluhan pada
aksepstor KB suntik diantaranya yaitu terganggunya pola haid, menorogia
munculnya bercak (spooting), kesuburan yang terlambat kembali setelah
pengehentian pemakaian dan peningkatan berat badan.4 Beberapa sebab akseptor
menghentikan metode KB suntik antara lain penambahan berat badan, jenis
kelamin anak yang telah dimiliki dan pengetahuan akseptor tentang KB suntik
yang masih minim.5-7

Peningkatan pelayanan KB harus dilakukan diantaranya dengan memberikan


informasi yang akurat pada calon pengguna kontrasepsi, sehingga program KB
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dan juga terhindar
dari berbagai informasi yang merugikan tentang program KB. 8 Peserta KB aktif di
Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak (74,46%) orang dari sekitar 47.785.810
jumlah pasangan usia subur (PUS), unmet need (58,63%). 9
Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2017 di Provinsi Jawa Timur mencapai
6.040.011 (76,1%) peserta dari 7.929.796 PUS.10 Jumlah PUS pada tahun 2018 di
kabupaten Gresik sebesar 259,612 dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar
205,683 (60,5%) peserta unmet need (80,32%). Sebanyak 382 orang (20,051%),
dengan total seluruhnya 692,137. sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari
kondom sebanyak 197 orang (1,764%), suntik sebanyak 6000 orang (111,545%).11

Drop out menggunakan metode KB suntik dapat dipengaruhi antara lain oleh

umur, pendidikan dan pekerjaan, akseptor KB dengan pendapatan rendah lebih

banyak yang memilih drop out KB. Namun, pada responden dengan pendapatan

keluarga yang tinggi cenderung tidak mengalami drop out KB. Solusi untuk

mengurangi drop out peserta KB yaitu dengan cara pemberian konseling dan

pengetahuan pada peserta drop out KB tentang efek samping jika tidak

menggunakan KB. Dalam penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan persepsi

pelayanan KB terhadap kejadian drop out akseptor KB suntik 1 bulan.


II. METODE DAN BAHAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan studi analitik yang menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik
1 bulan dengan sampel seluruh populasi akseptor suntik 1 bulan sebanyak 50 orang.
Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat dengan α=0,05. Peneliti
menggunakan instrumen berupa lembar kuesioner untuk mengetahui hubungan
persepsi tingginya drop out pada akseptor pelayanan KB dengan KB suntik 1 bulan.

III. HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Responden Akseptor
Suntik 1 bulan

Variabel Kategori n %
Umur ≥ 35 thn 40 80
20-35 thn 10 20
Pekerjaan Bekerja 10 20
Tidak Bekerja 40 80
Persepsi Positif 25 50
Pelayanan Negatif 25 50
KB
Akseptor Drop out 49 98
KB Tidak Drop out 1 2
Suntik

Tabel 2. Hubungan Persepsi Pelayanan KB dengan Status drop out


Akseptor KB Suntik

Status Akseptor KB suntik 1


Persepsi bulan P x2
Pelayanan Drop out Tidak Drop out value hitung
KB n % n %
Positif 24 80% 1 2% 0,001 13,292
Negatif 25 100 0 0%
%

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada kelompok


umur ≥35 tahun (80%), mayoritas responden tidak bekerja (80%) dan persepsi
responden terhadap pelayanan KB mempunyai jumlah yang sama banyak, baik
persepsi positif maupun negatif. Sedangkan angka akseptor KB suntik yang drop
out sangat tinggi (98%).
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi negatif
terhadap pelayanan KB, lebih banyak memilih drop out KB 100%, yang artinya
responden yang mempunyai persepsi negatif terhadap pelayanan KB akan
cenderung melepas pemakaian kontrasepsi suntik 1 bulan, dibanding dengan
responden dengan persepsi yang positif terhadap pelayanan KB (Pv=0,001). Ada
kemungkinan responden yang drop out masih binggung menentukan pilihan
metode kontrasepsi yang lain sehingga khawatir akan terjadi kehamilan yang tidak
direncanakan.

IV. DISKUSI
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara teori yang ada, bahwa
semakin tua usia seseorang semakin mudah mengerti dan memahami apabila
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan alat kontrasepsi. Akseptor KB
suntik 1 bulan yang bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang
bekerja tambahan diluar sebagai ibu rumah tangga, mayoritas 80% sebagai ibu
rumah tangga.
Kendala yang dihadapi oleh akseptor antara lain adalah petugas KB sudah
memberikan motivasi dan semangat kepada akseptor tentang perubahan yang
dialami, namun terkadang kurang puas dengan penjelasan tersebut, menganjurkan
akseptor untuk mengganti metode alat kontrasepsinya ke kontrasepsi selain
hormonal apabila penambahan berat badan semakin meningkat dan tidak dapat
dikendalikan.12
Selain kendala tersebut dalam memberikan pelayanan, petugas tidak
memberikan informasi tentang efek samping masing-masing jenis KB sehingga
pasien menjadi bingung. Petugas tidak memberitahukan kapan dan dimana untuk
memperoleh persediaan KB ketika membutuhkan pelayanan ulang. Petugas juga
belum memberikan informasi apa yang harus dilakukan ketika ada masalah dalam
pemakaian alat KB. Petugas tidak memberikan kesempatan waktu konsultasi KB
yang cukup untuk akseptor, petugas tidak memberikan kesempatan yang cukup
untuk bertanya, petugas tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Hal ini
terjadi pada pelayanan KB tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan
informasi secara lengkap tentang KB.
Hasil analisa berdasarkan persepsi akseptor tentang pelayanan KB diketahui
bahwa akseptor dengan persepsi negatif sama banyak dengan akseptor berpersepsi
positif. Persepsi negatif yang ditunjukkan oleh akseptor KB yaitu masih
banyaknya responden yang menganggap bahwa dengan menggunakan KB suntik 1
bulan responden tidak perlu cemas apabila lupa sehari atau 2 hari seperti minum
pil dan adanya responden yang tidak setuju bahwa kontrasepsi suntik 1 bulan
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman efektif, tidak menganggu
siklus haid serta tidak mengganggu saat bersenggama. Hal ini didukung dengan
pernyataan langsung oleh responden dan pernyataan yang diajukan oleh peneliti
yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi pemakaian suntik 1 bulan yaitu masih
banyak responden merasa khawatir dan takut untuk menggunakan suntik 1 bulan
karena harus datang setiap bulan ke petugas kesehatan untuk mendapatkan suntik
ulang.

Kontrasepsi ini salah satu efeknya adalah penambahan berat badan. 13 hasil
penelitian tersebut menguatkan bahwa peningkatan berat badan pada akseptor
suntik kombinasi, akseptor lebih kecil kemungkinan yang mengalami penambahan
berat badan, Jika dibandingkan dengan suntik depot medroksiprogesterone aseta
(DMPA).14 Akseptor KB suntik 1 bulan ada yang mengalami siklus menstruasi
yang tidak normal, bisa lebih pendek atau memanjang. 15 Obat suntik KB yang
tersedia di pelayanan kesehatan merupakan faktor dari pemilihan dan penggunaan
obat-obat suntik.16

Persepsi merupakan suatu proses saat seseorang mengorganisasikan dan juga


menginterpretasikan sensasi yang sedang di rasakan dengan tujuan untuk memberi
makna terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. 17 Adanya faktor lain yang
mempengaruhi persepsi yaitu faktor internal terdiri dari pengalaman, harapan

Rekomendasi selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini adalah masyarakat


berharap pelayanan kontrasepsi tidak dipungut biaya. Hal ini perlu dis atau
ekpektasi, kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya yang melatar belakangi
kelompok tersebut. Faktor eksternal dipengaruhi oleh kontras, perubahan
intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru dan sesuatu yang menjadi perhatian
orang banyak.
Maka dari itu untuk mewujudkan persepsi menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor lain sebagai pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
dapat berupa fasilitas dan faktor pendukung seperti dukungan dari keluarga,
petugas kesehatan yang kompeten dengan adanya pengetahuan dan dukungan
keluarga sehingga dapat membentuk persepsi dengan kriteria positif pada
responden.

V. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kelompok
umur ≥ 35 tahun, mayoritas responden tidak bekerja, persepsi akseptor KB
tentang mutu pelayanan KB yang negatif mayoritas memilih drop out. Terdapat
hubungan persepsi terhadap pelayanan KB dengan status drop out akseptor KB
suntik satu 1 bulan. Penelitian selanjutnya agar melanjutkan penelitian dengan
variabel yang lain yang ada kaitan dengan penyebab akseptor KB drop out dan
solusi cepat serta tepat untuk memeliharan akseptor KB dalam rangka menjaga
sustainabilitas peserta KB aktif.
REFERENCES

1. Setyaningsih. Keluarga Berencana. Trans Info Media; 2016.

2. Suratun. Pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. Trans Info

Media; 2008.

3. Ni N. Kontrasepsi KB suntik di Puskesmas Gunung Samarinda Kota Balikpapan

Tahun 2017. Midwifery. 2018;3(2):3-7.


doi:https://doi.org/10.31764/mj.v3i1.117

4. Saifuddin A. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo; 2011.

5. Pratiwi D, Syahredi S, Erkadius E. Hubungan antara penggunaan kontrasepsi

hormonal suntik dmpa dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai


Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3(3):365-369.
doi:10.25077/jka.v3i3.130

6. Aryati S, Sukamdi S, Widyastuti D. Faktor- faktor yang mempengaruhi

pemilihan metode kontrasepsi (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu I Kota


Palembang). Majalah Geogr Indonesia. 2019;33(1):79. doi:10.22146/mgi.35474
7. Bruce. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi suntik

Wildan. Jurnal Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699.


doi:10.1017/CBO9781107415324.004
8. Setiawati E, Handayani OWK, Kuswardinah A. Pemilihan kontrasepsi
berdasarkan efek samping pada dua kelompok usia reproduksi. Unnes Journal
Public Health. 2017;6(3):167. doi:10.15294/ujph.v6i3.11543
9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2018.

10. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2017.

11. Puskesmas Duduksampeyan,Gresik; 2017.

12. Susila I. Asuhan kebidanan komprehensif akseptor aktif hormonal suntik 1

bulan pada Ny e dengan peningkatan BB di Puskesmas Lamongan tahun 2015.


Jurnal Kebidanan. 2018;9(1):7. doi:10.30736/midpro.v9i1.15

13. Yossy Wijayanti. Acceptor Weight Analysis Comparison of 1 and 3 Months.

Jurnal Ilmu Kesehatan. 2018;7(2):67-72.


14. Rachma A, Widatiningsih S. Perbedaan Penambahan Berat Badan Pada Akseptor

Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan 1 Bulan Di Kelurahan Karang Kidul


Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang. J Kebidanan. 2016;5(10):38-46.
15. Khoiriyah E, Nilasari A, Kebidanan A, Bintan

A. Jurnal Cakrawala Kesehatan , Vol. X, No.02, Agustus 2019. Hub Pengetah Ibu
Balita Mengenai Mp-Asi Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Mekar Baru.
2019;X(02):142-150.
16. Rumende IT, Goenawi LR, Lolo A. Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kelurahan Walian I Tomohon. Pharmacon.


2015;4(1):45- 51. doi:10.35799/pha.4.2015.6484
17. Baiturrahim. Persepsi Akseptor KB Tentang Pemakaian Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang di Puskesmas Koni Kota Jambi. 2018;18(3).


TELAAH KRITIS JURNAL

Judul : Persepsi Pelayanan KB dengan Tingginya


Drop out Akseptor KB Injeksi 1 Bulan
Penulis
: Ida Susila

Publikasi : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat


2021; 10(4) :243-247

Penelaah : Muhammad Arif Shah Bin Jamaludin


Tanggal Telaah : 28 Juli 2022

I. Deskripsi Jurnal
1. Tujuan Penelitian
mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan,
persepsi pelayanan KB dan hubungan persepsi terhadap jumlah
akseptor yang drop out.

2. Metodologi
a) Jenis Penelitian
Metode penelitian kuantitatif dengan cross sectional.

b) Lokasi Penelitian
Tempat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Desa
Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.

c) Waktu Penelitian
Tidak disebutkan di dalam jurnal
d) Populasi dan sampel penelitian
Sejumlah 50 ibu yang mengalami drop out akseptor KB suntik 1 bulan di
Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


• Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia ≥35
tahun, pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga, dan 25% dari responden
berpersepsi negatif terhadap pelayanan KB

• Penyebab responden berprespsi negative dan banyak yang melakukan


Drop Out KB adalah petugas tidak memberikan informasi tentang efek
samping masing-masing jenis KB sehingga pasien menjadi bingung,
Petugas tidak memberitahukan kapan dan dimana untuk memperoleh
persediaan KB ketika membutuhkan pelayanan ulang. Petugas juga
belum memberikan informasi apa yang harus dilakukan ketika ada
masalah dalam pemakaian alat KB. Petugas tidak memberikan
kesempatan waktu konsultasi KB yang cukup untuk akseptor, dimana
preceptor KB 80% merupakan ibu ruah tangga dengan cakupan
informasi yang kurang.

• Persepsi responden terhadap pelayanan KB mempunyai jumlah yang


sama banyak, baik persepsi positif maupun negatif. Sedangkan angka
akseptor KB suntik yang drop out sangat tinggi (98%). Persepsi negatif
yang ditunjukkan oleh akseptor KB yaitu masih banyaknya responden
yang menganggap bahwa dengan menggunakan KB suntik 1 bulan
responden tidak perlu cemas apabila lupa sehari atau 2 hari seperti
minum pil dan adanya responden yang tidak setuju bahwa kontrasepsi
suntik 1 bulan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman
efektif, tidak menganggu siklus haid serta tidak mengganggu saat
bersenggama.

• Rekomendasi yang diberikan untuk mewujudkan persepsi menjadi


suatu perbuatan nyata diperlukan faktor lain sebagai pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, dapat berupa fasilitas dan faktor
pendukung seperti dukungan dari keluarga, petugas kesehatan yang
kompeten dengan adanya pengetahuan dan dukungan keluarga
sehingga dapat membentuk persepsi dengan kriteria positif pada
responden.

4. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian ini,pertama ; perlu adanya peningkatan
pengetahuan masyarakat, peningkatan petugas KB yang kompeten sehingga
masyarakat dapat dengan puas bertanya ; kedua adalah perlu adanya
dukungan dari berbagai sector untuk keberhasilan program KB pemerintah,
baik dari keluarga lingkungan sosial, serta faskes yang terjangkau dan
mudah diakses.
II. Telaah Jurnal

1. Gaya dan sistematika penulisan


1.1 Sistematika penulisan telah tersusun dengan baik mulai dari judul
penelitian, nama penulis, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil
dan pembahasan, kesimpulan dan saran serta daftar pustaka. Namun
pada penelitian ini tidak memuat adanya keterbatasan penelitian.

1.2 Secara umum tata bahasa yang digunakan pada jurnal ini menggunakan
Bahasa Indonesia baku sesuai dengan aturan dan cukup mudah
dipahami, tetapi penelaah melihat adanya beberapa kesalahan penulisan
dan pengetikan di beberapa tempat dan belum memenuhi pedoman
umum ejaanBahasa Indonesia yang disempurnakan.

2. Judul

2.1 Judul penelitian cukup jelas dan memberikan gambaran apa isi
penelitian yang akan dilakukan namun tidak dituliskan tempat dan
waktu penelitian.
2.2 Judul jurnal bahasa Indonesia terdiri dari atas 11 kata dengan 1 kata
penghubung. Judul sudah sesuai dengan author guideline dimana
seharusnya tidak melebihi 12 kata untuk bahasa Indonesia.
2.3 Penulisan judul bercetak tebal dengan kapital huruf pertama setiap
kata kecuali kata penghubung, yang sudah sesuai dengan author
guideline.
2.4 Penulisan judul sudah berurutan ( variable independen-dependen)
3. Penulis

3.1 Penulis dalam jurnal ini berjumlah satu orang dan penulisan nama
sudah benar dengan posisi di bawah judul jurnal tanpa
mencantumkan gelar akademik

3.2 Penulisan korespondensi, instansi penulis tidak tercantum sesuai


dengan author guideline namun email tercantumkan dalam jurnal.
Menurut penelaah sebaiknya dicantumkan alamat korespondensi,
serta instansi agar lebih memudahkan untuk menghubungi penulis
selain melalui email
4. Abstrak

4.1 Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sesuai
dengan arahan author guideline.
4.2 Abstrak ditulis secara narasi dalam 1 paragraf.
4.3 Abstrak dituliskan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian,
metode, hasil, kesimpulan dan kata kunci.
4.4 Abstrak terdiri dari 154 kata dalam Bahasa Indonesia dan 196 kata
dalam Bahasa Inggris, sesuai dengan author guideline dengan
maksimum 250- 300 kata.

4.5 Pada abstrak terdiri dari 4 kata kunci/ keywords, sesuai dengan author
guideline dengan maksimal 5 kata kunci

5. Pendahuluan

5.1 Pada pendahuluan sudah menjelaskan latar belakang cukup jelas dan
telah ditampilkan data-data mengenai hasil penelitian lain yang
mendukung tujuan penelitian.
5.2 Pada akhir paragraf pendahuluan telah dicantumkan tujuan
penelitian.
5.3 Bahasa yang digunakan sudah cukup baik sehingga pembaca dapat
memahami pendahuluan.
5.4 Masih terdapat kesalahan penulisan ataupun pengetikan dibeberapa
tempat.
6. Metode

6.1 Pada bagian ini jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian,
analisis data sudah dicantumkan namun untuk waktu, lokasi, variable
penelitian dan teknik pengambilan sampel tidak dijelaskan, dimana
tidak sesuai dengan author guideline

6.2 Peneliti tidak mencantumkan dan menjelaskan teknik pengambilan


sampel namun hanya mencantumkan jumlah sampel dalam penelitian
yaitu 50 orang. Dimana semua populasi yang terdapat dalam
penelitian ini dijadikan sampel , teknik sampling yang digunakan
adalah sampling jenuh.

6.3 Kriteria inklusi dan ekslusi tidak dicantumkan penulis.


6.4 Instrumen yang digunakan telah dicantumkan oleh penulis.
6.5 Persetujuan etik penelitian tidak dicantumkan pada bagian ini.

7. Hasil dan Diskusi

7.1 Hasil penelitian sudah dipaparkan dengan cukup baik dan disajikan
dalam bentuk narasi dan tabel.
7.2 Penyajian tabel sudah diberi judul dalam bentuk frase secara ringkas
dan menggunakan huruf kapital di awal kata. Penempatan judul tabel
sudah sesuai yaitu ditempatkan di atas tabel yang disajikan sudah
sesuai author guideline.
7.3 Penulis sudah memaparkan teori-teori yang mendukung hasil
penelitian namun tidak mencantumkan perbandingan dengan
penelitian sejenis.
7.4 Pembahasan pada penelitian sudah menjawab masalah penelitian dan
tafsiran dari hasil penelitian.
8. Kesimpulan dan Saran

8.1 Kesimpulan berupa jawaban dari tujuan penelitian, dibuat ringkas


dalam bentuk paragraf dan penyampaian kesimpulan cukup jelas.

8.2 Bagian saran dalam jurnal ini penyajiannya sudah baik dimana
terdapat saran bagi peneliti selanjutnya dan petugas kesehatan.
8.3 Keterbatasan dalam penelitian tidak dicantumkan.
9. Etik Penelitian

Pada jurnal ini penulis tidak mencantumkan hasil uji etik penelitian.

10. Daftar Pustaka

10.1 Penulisan referensi dengan menggunakan sistem Vancouver.


10.2 Penulisan nomor referensi sudah sesuai dengan author guideline.
10.3 Referensi penulisan menggunakan jurnal, buku teks, dan literatur
lainnya.
10.4 Daftar Pustaka berjumlah 17 buah dan disusun sesuai author
guideline. Referensi pada jurnal ini terdapat 1 referensi yang
melebihi 10 tahun.
Kesimpulan
Setelah dilakukan telaah pada jurnal ini, penyampaian dari latar belakang
hingga kesimpulan sudah menjawab permasalahan yang dibahas, namun masih
terdapat banyak kekurangan seperti alamat korespondensi serta instansi tidak
tercantumkan dalam jurnal yang sebaiknya dicantumkan agar memudahkan untuk
menghubungi penulis jika ada masukan dan pertanyaan terkait penelitian ini dan
juga masalah dalam penulisan seperti tidak mencantumkan waktu penelitian, kata
yang tidak sesuai ejaan bahasa Indonesia yang benar.
Susila I / Jurnal Ilmu
Jurnal Kesehatan
Ilmu Masyarakat.
Kesehatan 2021; 2021;
Masyarakat. 10 (4):10
243-247
(4): 243-247

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat


(The Public Health Science Journal)

Journal Homepage: http://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm

Persepsi Pelayanan KB dengan Tingginya Drop out


Akseptor KB Injeksi 1 Bulan

Ida Susila
Sekolah Vokasi Universitas Islam Lamongan, Jl Veteran No. 53 A Lamongan Jawa Timur Indonesia
e-mail: Idasusila18@gmail.com

Abstrak
Negara Indonesia dalam gerakan keluarga berencana telah menjadi contoh wanita usia subur bahwa Negara dengan
jumlah penduduk terbesar urutan ke lima ini dapat mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pencegahan
terjadinya kehamilan salah satu metodenya dengan melalui suntikan hormonal. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, persepsi pelayanan KB dan hubungan persepsi
terhadap jumlah akseptor yang drop out. Metode penelitian kuantitatif dengan cross sectional. Sedangkan populasi
dalam penelitian ini adalah total populasi sejumlah 50 ibu yang mengalami drop out akseptor KB suntik 1 bulan di Desa
Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas
berusia ≥35 tahun, pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga, dan setengah dari responden berpersepsi negatif terhadap
pelayanan KB. Hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi Square menujukkan nilai Pv=0,001yang artinya ada
hubungan persepsi pelayanan KB yang negatif dan angka drop out pada peserta KB suntik 1 bulan. Dibutuhkan
konseling untuk memantapkan akseptor agar memahami efek samping kontrasepsi.
Kata Kunci: Akseptor, drop out, pelayanan KB, persepsi.

Abstract
The family planning movement in Indonesia has become an example of women of childbearing age that the country with the
fifth largest population can control the rate of population growth. Injectable birth control is a way to prevent pregnancy
through hormonal injections. This study aims to determine the characteristics of respondents based on age, occupation,
perceptions of family planning services and the relationship between perceptions of the number of acceptors who drop out.
This research uses quantitative research methods with cross sectional method. The population in this study were all mothers
who dropped out of 1 month injection family planning acceptors in Bulubrangsi Village, Laren District, Lamongan Regency. he
results showed that the majority of respondents were 35 years old, the majority of the occupations were housewives, and half
of the respondents had a negative perception of family planning services. The results of the bivariate analysis with the Chi
Square statistical test showed a Pv value = 0.001 which means that there is a negative relationship between perceptions of
family planning services and the drop out rate for 1-month injection family planning participants. Counseling is needed to
strengthen acceptors to understand the side effects of contraception.
Keywords : Acceptors, drop out, family planning services, perception.

https://doi.org/10.33221/jikm.v10i04.893
Received : 4 Desember 2020 / Revised : 7 April 2021 / Accepted : 25 Juni 2021
243
Copyright @ 2021, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, p-ISSN: 2252-4134, e-ISSN 2354-8185
Susila I / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2021; 10 (4): 243-247

Pendahuluan terhindar dari berbagai informasi yang


Indonesia merupakan negara dengan merugikan tentang program KB.8 Peserta
jumlah penduduk terbanyak ke-tiga di KB aktif di Indonesia pada tahun 2018
dunia.1 Cita-cita luhur suatu bangsa yaitu sebanyak (74,46%) orang dari sekitar
membawa rakyatnya dalam kesejahteraan 47.785.810 jumlah pasangan usia subur
ini merupakan sebuah tantangan bagi (PUS), unmet need (58,63%).9 Cakupan
pemerintah yang besar untuk peserta KB aktif pada tahun 2017 di
mewujudkannya.1 Salah satu kebijakan Provinsi Jawa Timur mencapai 6.040.011
pemerintah dalam bidang kependudukan (76,1%) peserta dari 7.929.796 PUS.10
yaitu program keluarga berencana (KB) Jumlah PUS pada tahun 2018 di kabupaten
yang mempunyai implikasi yang tinggi Gresik sebesar 259,612 dan yang menjadi
pada pembangunan kesehatan. Program peserta KB aktif sebesar 205,683 (60,5%)
KB memiliki posisi strategis sebagai upaya peserta unmet need (80,32%). sebanyak
pengendalian laju peningkatan penduduk.2 382 orang (20,051%), dengan total
Program KB berpotensi menyelamatkan seluruhnya 692,137. sedangkan yang
kehidupan yaitu dengan cara tergolong Non MKJP terdiri dari kondom
memungkinkan wanita untuk sebanyak 197 orang (1,764%), suntik
merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebanyak 6000 orang (111,545%).11
untuk menghindari terjadinya kehamilan Drop out menggunakan metode KB
pada usia muda dan tua juga mengurangi suntik dapat dipengaruhi antara lain oleh
jumlah persalinan yang patologis dengan umur, pendidikan dan pekerjaan, akseptor
cara mengurangi tingkat kesuburan agar KB dengan pendapatan rendah lebih
dapat menekan angka jumlah kematian banyak yang memilih drop out KB.
absolute dalam populasi.3 Namun, pada responden dengan
Wujud dari program KB adalah pendapatan keluarga yang tinggi
penggunaan alat kontrasepsi untuk cenderung tidak mengalami drop out KB.
menunda/mencegah kehamilan kehamilan. Solusi untuk mengurangi drop out peserta
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang dapat KB yaitu dengan cara pemberian konseling
digunakan adalah suntik KB. Kontrasepsi dan pengetahuan pada peserta drop out KB
suntikan adalah cara untuk mencegah tentang efek samping jika tidak
terjadinya kehamilan dengan melalui menggunakan KB. Dalam penelitian ini
suntikan hormonal. Namun penggunaan bertujuan mengetahui hubungan persepsi
kontrasepsi suntik dapat menimbulkan pelayanan KB terhadap kejadian drop out
beberapa keluhan pada aksepstor KB akseptor KB suntik 1 bulan.
suntik diantaranya yaitu terganggunya pola
haid, menorogia munculnya bercak Metode
(spooting), kesuburan yang terlambat Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
kembali setelah pengehentian pemakaian dengan studi analitik yang menggunakan
dan peningkatan berat badan.4 Beberapa pendekatan cross sectional. Populasi
sebab akseptor menghentikan metode KB penelitian ini adalah seluruh akseptor KB
suntik antara lain penambahan berat badan, suntik 1 bulan dengan sampel seluruh
jenis kelamin anak yang telah dimiliki dan populasi akseptor suntik 1 bulan sebanyak
pengetahuan akseptor tentang KB suntik 50 orang. Analisis data dilakukan dengan
yang masih minim.5-7 univariat dan bivariat dengan α=0,05.
Peningkatan pelayanan KB harus Peneliti menggunakan instrumen berupa
dilakukan diantaranya dengan memberikan lembar kuesioner untuk mengetahui
informasi yang akurat pada calon hubungan persepsi pelayanan KB dengan
pengguna kontrasepsi, sehingga program tingginya drop out pada akseptor KB
KB dapat berjalan sesuai dengan yang suntik 1 bulan.
diharapkan oleh pemerintah dan juga

244
Susila I / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2021; 10 (4): 243-247

Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Responden Akseptor Suntik 1 bulan

Variabel Kategori n %
Umur ≥ 35 thn 40 80
20-35 thn 10 20
Pekerjaan Bekerja 10 20
Tidak Bekerja 40 80
Persepsi Positif 25 50
Pelayanan KB Negatif 25 50
Akseptor KB Drop out 49 98
Suntik Tidak Drop out 1 2

Tabel 2. Hubungan Persepsi Pelayanan KB dengan Status drop out Akseptor KB Suntik

Status Akseptor KB suntik 1 bulan


Persepsi P value x2 hitung
Drop out Tidak Drop out
Pelayanan KB
n % n %
Positif 24 80% 1 2% 0,001 13,292
Negatif 25 100% 0 0%

Tabel 1 menunjukkan bahwa suntik 1 bulan yang bekerja lebih sedikit


mayoritas responden berada pada dibandingkan dengan responden yang
kelompok umur ≥35 tahun (80%), bekerja tambahan diluar sebagai ibu rumah
mayoritas responden tidak bekerja (80%) tangga, mayoritas 80% sebagai ibu rumah
dan persepsi responden terhadap pelayanan tangga. Kendala yang dihadapi oleh
KB mempunyai jumlah yang sama banyak, akseptor antara lain adalah petugas KB
baik persepsi positif maupun negatif. sudah memberikan motivasi dan semangat
Sedangkan angka akseptor KB suntik yang kepada akseptor tentang perubahan yang
drop out sangat tinggi (98%). dialami, namun terkadang kurang puas
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dengan ppenjelasan tersebut,
responden yang memiliki persepsi negatif menganjurkan akseptor untuk mengganti
terhadap pelayanan KB, lebih banyak metode alat kontrasepsinya ke kontrasepsi
memilih drop out KB 100%, yang artinya selain hormonal apabila penambahan berat
responden yang mempunyai persepsi badan semakin meningkat dan tidak dapat
negatif terhadap pelayanan KB akan dikendalikan.12 Selain kendala tersebut
cenderung melepas pemakaian kontrasepsi dalam memberikan pelayanan, petugas
suntik 1 bulan, dibanding dengan tidak memberikan informasi tentang efek
responden dengan persepsi yang positif samping masing-masing jenis KB sehingga
terhadap pelayanan KB (Pv=0,001). Ada pasien menjadi bingung. Petugas tidak
kemungkinan responden yang drop out memberitahukan kapan dan dimana untuk
masih binggung menentukan pilihan memperoleh persediaan KB ketika
metode kontrasepsi yang lain sehingga membutuhkan pelayanan ulang. Petugas
khawatir akan terjadi kehamilan yang tidak juga belum memberikan informasi apa
direncanakan. yang harus dilakukan ketika ada masalah
dalam pemakaian alat KB. Petugas tidak
Pembahasan memberikan kesempatan waktu konsultasi
Penelitian ini menunjukkan adanya KB yang cukup untuk akseptor, petugas
hubungan antara teori yang ada, bahwa tidak memberikan kesempatan yang cukup
semakin tua usia seseorang semakin mudah untuk bertanya, petugas tidak memberikan
mengerti dan memahami apabila jawaban yang memuaskan. Hal ini terjadi
mendapatkan informasi yang berhubungan pada pelayanan KB tidak memiliki waktu
dengan alat kontrasepsi. Akseptor KB

245
Susila I / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2021; 10 (4): 243-247

yang cukup untuk memberikan informasi atau ekpektasi, kebutuhan, motivasi, emosi
secara lengkap tentang KB. dan budaya yang melatar belakangi
Hasil analisa berdasarkan persepsi kelompok tersebut. Faktor eksternal
akseptor tentang pelayanan KB diketahui dipengaruhi oleh kontras, perubahan
bahwa akseptor dengan persepsi negatif intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru
sama banyak dengan akseptor berpersepsi dan sesuatu yang menjadi perhatian orang
positif. Persepsi negatif yang ditunjukkan banyak. Maka dari itu untuk mewujudkan
oleh akseptor KB yaitu masih banyaknya persepsi menjadi suatu perbuatan nyata
responden yang menganggap bahwa diperlukan faktor lain sebagai pendukung
dengan menggunakan KB suntik 1 bulan atau suatu kondisi yang memungkinkan,
responden tidak perlu cemas apabila lupa dapat berupa fasilitas dan faktor
sehari atau 2 hari seperti minum pil dan pendukung seperti dukungan dari keluarga,
adanya responden yang tidak setuju bahwa petugas kesehatan yang kompeten dengan
kontrasepsi suntik 1 bulan merupakan adanya pengetahuan dan dukungan
salah satu metode kontrasepsi yang aman keluarga sehingga dapat membentuk
efektif, tidak menganggu siklus haid serta persepsi dengan kriteria positif pada
tidak mengganggu saat bersenggama. Hal responden.
ini didukung dengan pernyataan langsung
oleh responden dan pernyataan yang Kesimpulan
diajukan oleh peneliti yaitu salah satu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang mempengaruhi pemakaian mayoritas responden pada kelompok umur
suntik 1 bulan yaitu masih banyak ≥ 35 tahun, mayoritas responden tidak
responden merasa khawatir dan takut untuk bekerja, persepsi akseptor KB tentang
menggunakan suntik 1 bulan karena harus mutu pelayanan KB yang negatif mayoritas
datang setiap bulan ke petugas kesehatan memilih drop out. Terdapat hubungan
untuk mendapatkan suntik ulang. persepsi terhadap pelayanan KB dengan
Kontrasepsi ini salah satu efeknya adalah status drop out akseptor KB suntik satu 1
penambahan berat badan.13 hasil penelitian bulan. Penelitian selanjutnya agar
tersebut menguatkan bahwa peningkatan melanjutkan penelitian dengan variabel
berat badan pada akseptor suntik yang lain yang ada kaitan dengan
kombinasi, akseptor lebih kecil penyebab akseptor KB drop out dan solusi
kemungkinan yang mengalami cepat serta tepat untuk memeliharan
penambahan berat badan, jika akseptor KB dalam rangka menjaga
dibandingkan dengan suntik depot sustainabilitas peserta KB aktif.
medroksiprogesterone aseta (DMPA).14
Akseptor KB suntik 1 bulan ada yang Daftar Pustaka
mengalami siklus menstruasi yang tidak 1. Setyaningsih. Keluarga Berencana. Trans Info
normal, bisa lebih pendek atau Media; 2016.
2. Suratun. Pelayanan keluarga berencana dan
memanjang.15 Obat suntik KB yang pelayanan kontrasepsi. Trans Info Media; 2008.
tersedia di pelayanan kesehatan merupakan 3. Ni N. Kontrasepsi KB suntik di Puskesmas
faktor dari pemilihan dan penggunaan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Tahun
obat-obat suntik.16 Persepsi merupakan 2017. Midwifery. 2018;3(2):3-7.
suatu proses saat seseorang doi:https://doi.org/10.31764/mj.v3i1.117
4. Saifuddin A. Buku panduan praktis pelayanan
mengorganisasikan dan juga kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
menginterpretasikan sensasi yang sedang Prawirohardjo; 2011.
di rasakan dengan tujuan untuk memberi 5. Pratiwi D, Syahredi S, Erkadius E. Hubungan
makna terhadap lingkungan yang ada antara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik
disekitarnya.17 Adanya faktor lain yang dmpa dengan Peningkatan Berat Badan di
Puskesmas Lapai Kota Padang. Jurnal
mempengaruhi persepsi yaitu faktor Kesehatan Andalas. 2014;3(3):365-369.
internal terdiri dari pengalaman, harapan doi:10.25077/jka.v3i3.130

246
Susila I / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2021; 10 (4): 243-247

6. Aryati S, Sukamdi S, Widyastuti D. Faktor- 13. Yossy Wijayanti. Acceptor Weight Analysis
faktor yang mempengaruhi pemilihan metode Comparison of 1 and 3 Months. Jurnal Ilmu
kontrasepsi (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu Kesehatan. 2018;7(2):67-72.
I Kota Palembang). Majalah Geogr Indonesia. 14. Rachma A, Widatiningsih S. Perbedaan
2019;33(1):79. doi:10.22146/mgi.35474 Penambahan Berat Badan Pada Akseptor
7. Bruce. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan 1 Bulan
pemilihan alat kontrasepsi suntik Wildan. Jurnal Di Kelurahan Karang Kidul Kecamatan
Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699. Magelang Selatan Kota Magelang. J
doi:10.1017/CBO9781107415324.004 Kebidanan. 2016;5(10):38-46.
8. Setiawati E, Handayani OWK, Kuswardinah A. 15. Khoiriyah E, Nilasari A, Kebidanan A, Bintan
Pemilihan kontrasepsi berdasarkan efek A. Jurnal Cakrawala Kesehatan , Vol. X,
samping pada dua kelompok usia reproduksi. No.02, Agustus 2019. Hub Pengetah Ibu
Unnes Journal Public Health. 2017;6(3):167. Balita Mengenai Mp-Asi Dengan Status Gizi
doi:10.15294/ujph.v6i3.11543 Balita Di Puskesmas Mekar Baru.
9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana 2019;X(02):142-150.
Nasional. 2018. 16. Rumende IT, Goenawi LR, Lolo A. Evaluasi
10. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada
2017. Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kelurahan
11. Puskesmas Duduksampeyan,Gresik; 2017. Walian I Tomohon. Pharmacon. 2015;4(1):45-
12. Susila I. Asuhan kebidanan komprehensif 51. doi:10.35799/pha.4.2015.6484
akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan pada 17. Baiturrahim. Persepsi Akseptor KB Tentang
Ny e dengan peningkatan BB di Puskesmas Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka
Lamongan tahun 2015. Jurnal Kebidanan. Panjang di Puskesmas Koni Kota Jambi.
2018;9(1):7. doi:10.30736/midpro.v9i1.15 2018;18(3).

247

Anda mungkin juga menyukai