Anda di halaman 1dari 3

Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUP. Dr. M. Djamil Padang, dengan Bercak berwarna keputihan yang terasa kebas, tidak
disertai nyeri ataupun gatal pada tungkai atas kanan sejak setahun yang lalu. Awalnya bercak
muncul dengan diameter kurang lebih 1 cm yang tidak gatal, nyeri dan kurang rasa di lengan
kanan atas sekitar 3 tahun yang lalu. Sejak awal tahun ini bercak bertambah dan meluas ke
lengan atas kanan. Bercak terasa tebal dan kurang berasa saat dipegang, nyeri tidak ada, gatal
tidak ada. Sebelumnya pasien adalah hasil rujukan dari Puskesmas Kampung Dalam
Pariaman dan kini pasien berobat ke klinik kulit dan kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang
untuk pemeriksaan dan tatalaksana lanjutan.
Kusta merupakan penyakit infeksi kronik granulomatosa yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ
lain kecuali susunan saraf pusat. Seseorang yang terinfeksi M.leprae gejala klinis yang akan
timbul tergantung dari respon tubuh terhadap mikroorganisme tersebut. Apabila imunitas
seluler orang tersebut bagus dan kuat, maka gejala klinis yang terjadi adalah MH tipe
tuberkuloid. Apabila imunitas selulernya lemah, maka gejala klinisnya adalah MH tipe
lepramatosa. Sumber infeksi pada kasus ini dapat untuk diidentifikasi berdasarkan
anamnesis. Ditemukannya Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama ada, ibu
pasien mengalami keluhan yang sama 5 tahun yang lalu dan telah didiagnosis kusta. Ibu
pasien telah mengonsumsi obat selama 1 tahun. Saat ini keluhan pada Ibu pasien tidak ada.
Masa inkubasi penyakit ini cukup lama yaitu berkisar 4 hari sampai dengan 40 tahun. Hal ini
mengingat evidence dari morbus hansen bawah rute penularan dapat melalui kontak
langsung. Saraf perifer merupakan lokasi pertama yang diserang, kemudian lanjut mengenai
kulit hingga menyebabkan gejala berupa kulit yang mati rasa, dan dapat menyerang organ
lain kecuali susunan saraf pusat. Cardinal sign morbus hansen adalah lesi kulit yang mati
rasa (makula/plak hipopigmentasi/eritematous/hipoestesi) penebalan saraf tepi yang disertai
dengan gangguan fungsi saraf.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalisata pasien normoweight, organ lain
dalam batas normal dan status dermatologikus yaitu: ditemukan lesi yang berlokasi di lengan
atas kanan dengan distribusi terlokalisir. Bentuk dan susunan lesi tidak khas,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


batas tegas, dengan ukuran numular sampai plakat, dan efflorosensi makula plak
hipopigmentasi dengan pinggir eritem. Menurut kriteria oleh WHO, lesi dengan jumlah
kurang sampai dengan 5, dengan hipopigmentasi/kemerahan, asimetris, disertai anestesi dan
kerusakan yang melibatkan 1 cabang saraf saja, lesi dapat diklasifikan sebagai kusta Pausi
Basiler (PB). Pada pemeriksaan sensoris, didapatkan hipostesi pada perabaan dan nyeri pada
lesi di lengan atas kanan. Pada pemeriksaan saraf perifer tidak ditemukan adanya
pembengkakkan ataupun nyeri. Tidak ditemukan kecacatan pada pasien.
Berdasarkan tanda-tanda klinis diatas kita bisa menduga diagnosis penyakit kusta
secara klinis namun diagnosis dapat ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan
lanjutan yaitu biopsi.
Terapi umum yang diberikan adalah menjelaskan tentang penyebab penyakit
kusta, penularan, pengobatan dan pencegahan kecacatan, menjelaskan lama pengobatan
penyakit kusta, menjelaskan efek samping obat penyakit kusta, memberikan edukasi
anggota keluarga yang serumah agar diperiksa karena kusta dapat muncul tanpa gejala
klinis yang jelas. Terapi khusus yang diberikan berupa MDT-PB yaitu 2 kapsul
rifampisin 300mg (600mg) dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg selama 6 sampai 9 bulan.
Untuk mencegah resistensi, pengobatan morbus hansen telah menggunakan multidrug
treatment (MDT). Selain untuk mencegah resistensi, MDT digunakan sebagai usaha
untuk memperpendek masa pengobatan.
Untuk prognosis kesembuhan dan kehidupan pada pasien ini adalah bonam
selama pasien dapat berobat dan kontrol teratur, prognosis fungsi adalah dubia ad malam
karena sudah terdapat hipoestesi dan sulitnya mengembalikan fungsi kulit seperti
sebelum pasien sakit, serta prognosis kosmetik adalah dubia ad bonam karena lesi yang
ditemukan tidak terlalu luas.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Anda mungkin juga menyukai