Morbus Hansen
Oleh :
Muhammad Arif Shah Bin Jamaludin 2040312154
Salsabila Oktaverina 2140312114
Preseptor :
PENDAHULUAN
Penyakit kusta atau dikenal juga dengan nama lepra dan Morbus
Hansen merupakan penyakit yang telah menjangkit manusia sejak lebih dari
4000 tahun yang lalu. Kata lepra merupakan terjemahan dari bahasa Hebrew,
zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Kusta
juga dikenal dengan istilah kusta yang berasal dari bahasa India, kushtha.
Nama Morbus Hansen ini sesuai dengan nama yang menemukan kuman, yaitu
Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874.1
Morbus Hansen (MH) merupakan penyakit infeksi kronik
granulomatosa yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.2 Jumlah kasus kusta yang tercatat WHO pada tahun 2014
di dunia sebanyak 213.899 orang pasien baru. Kemudian pada tahun 2015
jumlah penderita kusta baru tercatat sebanyak 210.578 orang.4,5
Status kusta di Indonesia tahun 2000 adalah eliminasi, dimana terdapat
<1 kasus per
TINJAUAN PUSTAKA
Morbus Hansen atau dengan nama lain kusta atau lepra adalah
penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang
bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.7
2.3. Etiologi
Kuman ini merupakan basil gram positif yang tahan asam dan alkohol.7
Lesi ini mengenai baik kulit maupun saraf. Lesi kulit bisa satu atau
beberapa, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah
dapat ditemukan lesi yang regrasi atau central healing. Permukaan lesi dapat
bersisik dengan tepi yang meninggi bahkan dapat menyerupai gambaran
psoriasis atau tinea sirsinata. Dapat disertai penebalan saraf perifer yang
biasanya teraba, kelemahan otot, dan sedikit rasa gatal. Adanya infiltrasi
tuberkuloid dan tidak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respon
imun pejamu yang adekuat terhadap kuman MH. 14
Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa makula atau plak
yang sering disertai lesi satelit di tepinya. Jumlah lesi dapat satu atau
beberapa, tetapi hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas
tipe tuberkuloid. Gangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid, dan biasanya
asimetris. Lesi satelit biasanya ada dan terletak dekat saraf perifer yang
menebal. 14
Tipe yang paling tidak stabil dari semua tipe penyakit MH.
Merupakan bentuk dimorfik. Lesi dapat berupa makula infiltratif, permukaan
lesi dapat berkilap, batas lesi kurang jelas dengan jumlah lesi yang melebihi
tipe BT dan cenderung simetris. Lesi sangat bervariasi baik dalam ukuran,
Lesi dimulai dengan makula. Awalnya hanya dalam jumlah sedikit dan
dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebih jelas dan lebih
bervariasi bentuknya. Papul dan nodus lebih tegas dengan distribusi lesi yang
hampir simetris dan beberapa nodus tampaknya melekuk pada bagian tengah.
Lesi bagian tengah sering tampak normal dengan bagian pinggir dalam infiltrat
lebih jelas dibandingkan dengan pingir luarnya, dan beberapa plak tampak
seperti punched out. Tanda-tanda kerusakan saraf berupa kerusakan sensasi,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat, dan hilangnya rambut lebih cepat
muncul dibandingkan dengan tipe LL. Penebalan saraf dapat teraba pada
tempat-tempat penebalan saraf.
Gambar 2.2 Soliter, anestesi dan lesi anular pada tuberkuloid polar leprosy,
yang telah ada sejak 3 bulan. Tepi yang tajam, dan eritem. Pinprick
perception pada sentral lesi tidak ada. Sentral lesi lebih hipopigmentasi jika
dibandingkan dengan kulit sekitarnya yang normal.11
2.7. Diagnosis
3. Adanya basil tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (slit skin
smear)
Lokasi pengambilan kerokan jaringan kulit adalah kulit cuping telinga
dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Bahan kadang-kadang diperoleh
dari biopsi kulit atau saraf. Untuk menegakkan diagnosis kusta,
setidaknya ditemukan satu tanda kardinal, bila tidak maka kita hanya
dapat mengatakan tersangka kusta dan perlu diperhatikan klinisnya dan
diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat
ditegakkan atau disingkirkan, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas
alas dan diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. 6,7,13,14
Bila
ditemukan tanda kardinal di atas maka pasien adalah tersangka
kusta,observasi dan periksa ulang setelah 3-6 bulan.14
1. Cara Pemeriksaan :
a. Anamnesis: 7,14
- Keluhan yang ada/kapan timbul bercak .
- Apakah ada riwayat kontak .
- Riwayat pengobatan sebelumnya.
2. Tangan
1) Fungsi Sensorik (Saraf Ulnaris dan Medianus ) 6,14
a. Posisi penderita: Tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas
meja/paha penderita atau tertumpu pada tangan kiri pemeriksa
- Bila tidak ada gerakan dan tahanan berarti lumpuh (pergelangan tangan
tidak bisa digerakkan keatas). 6,14
3. Kaki
6,14
Syarat perhitungan:
b) IB 1+ tidak perlu dibuat IM-nya, karena untuk medapat 100 BTA harus
mencari dalam 1000 sampai 10.000 lapangan
b. Pemeriksaan Histopatologik
Granuloma adalah akumulasi makrofag atau derivat-derivatnya.
c. Pemeriksaan Serologik
Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS
(diaminodifenil sulfon) kemudian klofazimin dan rifampisin. Untuk
mencegah resistensi , pengobatan tuberkulosis telah menggunakan multidrug
treatment (MDT) sejak tahun 1951, sedangkan untuk kusta baru di mulai
pada tahun 1971. 7
a. Relaps
b. Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
c. Pindahan (pindah masuk)
d. Ganti klasifikasi/tipe
Keterangan:
Dewasa
Keterangan:
a. Dewasa
- Pengobatan bulanan: hari pertama (obat diminum didepan petugas)
• 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg)
• 3 tablet lampren @ 100mg (300 mg)
• 1 tablet dapson/DDS 100 mg - Pengobatan harian: hari ke 2-28
• 1 tablet lampren50 mg
• 1 tablet dapson/DDS 100 mg 13,14
Pada Reaksi ENL obat yang sering dipakai adalah prednison. Dosisnya
tergantung kepada berat ringannya reaksi, biasanya prednison 15-30 mg
sehari, kadang-kadang lebih tergantung makin beratnya reaksi. Klofazimin
sebagai obat antikusta dapat juga dipakai sebagai anti reaksi ENL, tetapi
dengan dosis yang lebih tinggi, biasanya 200-300 mg sehari.
7,13
Lampren/ klofazimin diberikan dengan cara: 14
• 3 x 100 mg/hari selama 2 bulan
• 2x 100 mg/hari selama 2 bulan
• 1 x 100 mg/hari selama 2 bulan
Pada reaksi reversal perlu diperhatikan, apakah reaksi disertai neuritis atau
tidak. Sebab kalau tanpa neuritis akut tidak perlu diberikan pengobatan
tambahan. Kalau ada neuritis akut, obat pilihan pertama adalah kortikosteroid
yang dosisnya disesuaikan dengan berat ringannya neuritis. Biasanya
diberikan prednison 40-60 mg sehari, kemudian diturunkan perlahan-perlahan.
Anggota gerak yang terkena neuritis akut harus diistirahatkan. Analgetik dan
sedatif kalau diperlukan dapat diberikan, klofazimin untuk reaksi reversal
kurang efektif.7 Cara pemberian kortikosteroid : 14
• Dimulai dengan dosis tinggi atau sedang
• Gunakan prednison atau prednisolon
• Gunakan sebagai dosis tunggal pagi hari
• Dosis diturunkan setelah terjadi respon maksimal
• Dosis dapat dimulai antara 40-80 mg prednison/ hari dan diturunkan 5-
10 mg/ 2 minggu.
2.11. Prognosis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SE
Umur
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Bercak berwarna keputihan dengan pinggir kemerahan yang terasa kebas tanpa
disertai nyeri ataupun gatal di tangan kanan atas.
Pasien mengeluhkan sering kebas pada tangan kanan sejak 1 tahun yang
lalu, kebas muncul tiba-tiba dan hilang dengan sendirinya.
Penurunan tajam penglihatan tidak ada
Riwayat kontak lama dengan orang yang memiliki keluhan seperti pasien
ada
Riwayat batuk-batuk lama dan minum obat paket 6 bulan tidak ada
Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama ada, ibu pasien
mengalami keluhan yang sama 5 tahun yang lalu dan telah didiagnosis
kusta. Ibu pasien telah mengonsumsi obat selama 1 tahun. Saat ini
keluhan pada Ibu pasien tidak ada.
Riwayat anggota keluarga dengan batuk lama dan konsumsi obat paket
6 bulan tidak ada
Riwayat atopik pada keluarga tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Nadi : 80x/menit
Napas : 18x/menit
Berat Badan : 53 kg
Status Dermatologikus
Lokasi : Lengan kanan atas
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efflorosensi : plak hipopigmentasi dengan pinggir eritem
Pemeriksaan Sensoris
Rasa raba : Hipostesi pada lesi di lengan atas kanan
Rasa nyeri : Hipostesi pada lesi di lengan atas kanan
Perbedaan suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan kecacatan :
RESUME
DIAGNOSA KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Histopatologi
2. Pemeriksaan Anjuran
Pro biopsi
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Tatalaksana Umum
PROGNOSIS
RESEP
Praktek Umum
dr. Salsabila Oktaverina
SIP: 014/04/22020
Praktek Senin – Jumat 16.00 – 20.00
Jalan Minahasa II No. 9, Jati, Padang Telp. 0751-9653
Pro