Anda di halaman 1dari 33

Epidemiologi penyak

it menular
Nama : Sophia Arda Saleh
Nim : 1907010168
Semester 3
KUSTA
• Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacter
ium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf peri
fer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam h
idung.
• WHO mengklasifikasikan kusta ke dalam 2 kelompok, yai
tu:
• Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa b
aal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
• Multibasiler: lesi >5, kusta multibasiler tak seperti pausi
basiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang banyak c
abang saraf.
Etiologi
• Etiologi lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau M
orbus Hansen, adalah Mycobacterium leprae
• Mycobacterium leprae merupakan bakteri dari kelas
Schizomycetes, ordo Actinomycetales, famili Mycoba
cteriaceae dan genus Mycobacterium. Mycobacteriu
m leprae berbentuk batang dengan bentukan bulat d
i kedua ujungnya, berukuran panjang 1,5-8 mikron d
an diameter 0,2-0,5 mikron. Mycobacterium leprae b
erwarna merah dengan pewarnaan Ziehl Nielsen. My
cobacterium leprae tidak dapat dikultur di media ma
napun.
Cara penularan
• Melalui uap air udara pernapasan (batuk atau bersi
n).
Gejala
• Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan meras
akan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
• Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di
kulit
• Muncul luka tapi tidak terasa sakit
• Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut
• Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
• Kehilangan alis dan bulu mata
• Mata menjadi kering dan jarang mengedip
• Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung
Riwayat alamiah
• Tahap Prepatogenesis
• Pada tahap ini host dalam keadaan sehat. Sudah ada interaksi antara agent biologi yaitu
bakteri penyebab kusta (mycobacterium leprae) diluar tubuh. Belum ada tandatanda sak
it sampai daya tahan host kuat, Tetapi jika host lengah atau agent menjadi ganas dan ling
kungan mendukung, maka keadaan akan segera berubah menjadi tahap patogenesis
• Tahap Patogenesis
• a. Tahap inkubasi
• Setelah mikobakterium leprac masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta ber
gantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung
pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imu
nitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkemba
ng kearah lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relati
f dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.
• Meskipun cara masuk M. Lepraec ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, t
ersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa
nasal.
• Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M
. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang A
virulen dan non toksis.
• b. Tahap penyakit dini
• 1) Kusta kering
• Bercak keputihan seperti panu, Permukaan bercak kering &
kasar, Batas (pinggir) bercak jelas & sering ada bintil bintil ke
cil.
• 2) Kusta Basah
• Bercak putih kemerahan yang tersebar satu satu atau merat
a diseluruh kulit badan Terjadi penebalan dan pembengkaka
n pada bercak Pada permukaan bercak, sering ada rasa bila
disentuh dengan kapas Pada permukaan tanda dari tipe kus
ta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka
• Diagnosa penyakit kusta :
• a) Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indivdu b)
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
• c) Gangguan aktivitas b/d post amputasi
• d) Resti injuri b/d invasif bakteri
• 3. Tahap Pascapatogenesis Kemungkinan tubuh dapat : a. Se
mbuh sempurna
• b. Sembuh dengan cacat
Pencegahan
• 1. Pencegahaan primer Pencegahan penyakit kusta dapat dilakuk
an secara teknis yaitu dengan menghindari atau menjauhi kontak
langsung ataupun tidak langsung dengan penderita penyakit lepr
a atau secara medis dengan pemberian vaksin BCG (Bacille Calme
tte Gutrin) Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk k
e dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat tempat yang le
mbab. Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa ha
l tentang penyakit kusta ini, bahwa :
• a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
• b. Sekurang kurangnya 80 90 dari semua orang tidak mungkin ter
kena kusta.
• c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.
• d. Kasus kasus menular tidak akan menular setelah diobati
kira kira 6 bulan secara teratur.
• e.Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian
besar cacat fisik

• 2. Pencegahan sekunder
• Pencegahaan penderita kusta agar tidak menjadi parah yait
u melalui pengobatan, Digunakan cara pengobatan kombin
asi (Multi Drug Therapy) yakni kombinasi antara DDS dan Ri
fampicin atau DDS, Rifampicin dan Clofazimine atau Clofazi
mine dan DDS atau dikombinasikan dengan obat antibiotik l
ain sesuai dengan kondisi, derajat, dan tipe penyakit.
• 3. Pencegahaan tersier.
• Bagi orang yang sudah sembuh nantinya tidak bisa merasa
kan sakit. Sedangkan luka yang kecil atau lecet pada jari ta
ngan dan kaki bisa berubah menjadi
• radang yang parah dan membuat kondisi hidup tidak sehat
• Perawatan pada morbus hansen umumnya untuk mencega
h kecacatan. Terjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh
kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena
• kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaa
n reaksi netral.
Daftar pustaka
• Lastória, J. C., & Abreu, M. A. (2014). Leprosy: Review Of The Epidemiological
, Clinical, And Etiopathogenic Aspects - Part 1. Anais brasileiros de dermatolo
gia, 89(2), pp. 205–218. https://doi.org/10.1590/abd1806-4841.20142450
• WHO (2017). Media Centre. Leprosy.
• WHO (2016). Global Leprosy Strategy 2016-2020: Accelerating Towards a Lep
rosy-Free World – 2016 Operation Manual.
• WHO (2016). Global Leprosy Update, 2015: Time For Action, Accountability, a
nd inclusion. Weekly Epidemiological Record, 35(91), pp 405-20.
• Tierney, D. Nardell, E. MSD Manuals (2018). Leprosy
• Gardner, SS. WebMD (2017). Leprosy Overview
• Davis, CP. MedicineNet (2017). Infectious Disease A-Z List. Leprosy (Hansen's
Disease).
• Donohue, M. Healthline (2015). Leprosy.
Frambusia
• Frambusia adalah suatu infeksi bakteri jangka panja
ng (kronis) yang paling sering mengenai kulit, tulan
g, dan sendi.
• Penyakit ini memiliki tiga stadium, yaitu:
• Frambusia stadium
• 1. Sekitar tiga hingga lima minggu setelah seseoran
g terpapar bakteri penyebabnya, benjolan seperti k
elengkeng akan muncul pada kulit, umumnya di kak
i atau bokong.
• Frambusia stadium 2.
• Stadium berikutnya bisa dimulai sewaktu masih ada frambesi
oma atau beberapa minggu/bulan setelah stadium pertama i
nfeksi bakteri ini sembuh. Pada stadium ini, ruam berkerak ter
bentuk, yang dapat mencakup wajah, lengan, kaki, dan bokon
g. Telapak kaki juga bisa jadi tertutup oleh koreng tebal yang
menyakitkan.
• Frambusia stadium 3.
• Stadium akhir dari penyakit ini hanya dialami oleh sekitar 10%
orang yang terinfeksi. Kondisi ini dimulai setidaknya 5 tahun s
etelah frambusia awal muncul. Tahap akhir ini dapat menyeba
bkan kerusakan parah pada kulit, tulang, dan sendi, terutama
di kaki. Frambusia stadium akhir ini juga dapat menyebabkan
suatu bentuk kerusakan wajah, yang disebut gangosa atau rhi
nopharyngitis mutilan karena menyerang dan menghancurka
n sebagian hidung, rahang atas, langit-langit mulut (atap mulu
t) dan bagian tenggorokan yang disebut faring.
Etiologi
• Penyakit Frambusia disebabkan oleh subspecies Tre
ponema pallidum, bakteri yang menyebabkan sifilis,
penyakit menular seksual.
Cara penularan
• Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara
langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini dapat
terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandu
ng Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit s
eorang penderita bersentuhan dengan kulit orang l
ain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terja
di dalam persentuhan antara jejas dengan gejala m
enular dengan selaput lendir.
Pencegahan
• Salah satu cara pencegahan adalah dengan menye
mbuhkan mereka yang menderita penyakit sehingg
a mengurangi risiko penularan.Di mana penyakit ini
umum, memberikan pengobatan kepada seluruh m
asyarakat efektif untuk mengatasi frambusia. Menin
gkatkan kebersihan dan sanitasi juga akan menurun
kan penyebarannya
Daftar pustaka
• Pedoman Eradikasi Frambusia. 2007. Departemen K
esehatan RI, Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Li
ngkungan.
• Solution, Heroes. 2010. Penyakit Frambusia/Patek/Y
aws.
• Syahreza, Lissa. 2011. Frambosia.
Askariasis
• Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacin
g gelang. Cacing ini merupakan salah satu jenis para
sit yang hidup dan berkembang biak di dalam usus
manusia. Ascariasis biasanya ditemukan di daerah y
ang memiliki fasilitas kebersihan yang buruk. Beber
apa orang yang mengidap penyakit ini tidak mengal
ami gejala sampai keadaannya memburuk.
Etiologi
• Etiologi askariasis adalah Ascaris lumbricoides ( Lu
mbricoides) atau disebut juga sebagai cacing gelang
. Cacing ini masuk ke dalam kelompok soil transmitt
ed helminths/STH. STH adalah cacing yang dalam si
klus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk
berkembang menjadi bentuk infektif.
Cara penularan
• Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa j
alan yakni telur infektif A lumbricoides yang masuk
ke dalam mulut bersamaan dengan makanan dan m
inuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang k
otor tercemar terutama pada anak, atau telur infek
tif yang terhirup udara bersamaan dengan debu.
Gejala
• Tahap awal adalah fase ketika larva cacing berpinda
h dari usus ke paru-paru. Fase ini terjadi 4-16 hari s
etelah telur cacing masuk ke tubuh. Gejala yang mu
ncul pada tahap ini, antara lain:
• Demam tinggi
• Batuk kering
• Sesak napas
• Mengi
• Gejala tahap lanjut
• Tahap ini terjadi ketika larva cacing berjalan ke tenggoroka
n dan kembali tertelan ke usus, serta berkembang biak. Fas
e ini berlangsung 6-8 minggu pasca telur masuk ke dalam t
ubuh. Pada umumnya gejala tahap ini meliputi sakit perut,
diare, terdapat darah pada tinja, serta mual dan muntah.
• Gejala di atas akan semakin memburuk bila jumlah cacing
di dalam usus semakin banyak. Selain merasakan sejumlah
gejala tersebut, penderita juga akan mengalami sakit perut
hebat, berat badan turun tanpa sebab, dan terasa seperti a
da benjolan di tenggorokan. Selain itu, cacing dapat keluar
dari tubuh melalui muntah, saat buang air besar, atau mela
lui lubang hidung.
Pencegahan
• Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tiap
sebelum makan, sebelum memasak dan menyediakan m
akanan, setelah buang air besar, dan setelah menyentuh
tanah.
• Cuci buah dan sayuran hingga bersih sebelum dikonsum
si.
• Pastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsu
msi.
• Usahakan hanya minum air dalam kemasan yang masih
disegel ketika bepergian. Jika tidak tersedia, masaklah ai
r hingga mendidih sebelum meminumnya.
Daftar pustaka
• Crompton, DW. (2001). Ascaris and Ascariasis. Advances in Par
asitology, 48, pp. 285-375.
• Dold, C. Holland, CV. (2011). Ascaris and Ascariasis. Microbes a
nd Infection, 13(7), pp. 632-637.
• CDC (2018). Parasites. Ascariasis.
• Health Service Executive. Conditions and Treatments. Roundw
orm.
• NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Roundworm.
• World Health Organization. Water Related Diseases.
• Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Ascariasis.
• Healthline Editorial Team. Healthline (2017). Ascariasis.
Taeniasis
• Taeniasis merupakan penyakit yang yang disebabkan oleh
infeksi cacing pita. Cacing pita ini bisa menjangkiti manusi
a dan hewan. Meski infeksi cacing ini bisa ditangani denga
n mudah, infeksi ini bisa menyebar ke organ lainnya di dal
am tubuh. Kondisi inilah yang bisa berujung pada masala
h kesehatan lainnya yang lebih serius.
• Cacing pita memiliki ukuran tubuh yang besar, beberapa d
i antaranya bisa tumbuh hingga 9 meter di dalam tubuh. S
ayangnya, pengidap taeniasis tidak mengetahui keberada
an cacing di dalam tubuhnya. Kondisi ini baru disadari keti
ka mereka melihat bagian tubuh cacing yang keluar saat b
uang air besar.
Etiologi
• Etiologi taeniasis pada manusia adalah cacing pita T
aenia sp. Spesies yang telah teridentifikasi menyeba
bkan infeksi pada manusia adalah Taenia saginata d
an Taenia solium.
• Taenia saginata merupakan jenis cacing pita yang di
temukan pada daging sapi yang mentah atau tidak
matang.
Cara penularan
• Melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Gejala
• Gejala yang dapat muncul pada infeksi cacing pita di usus
adalah:
• Mual
• Nafsu makan menurun.
• Diare.
• Sakit perut.
• Ingin mengonsumsi makanan yang asin.
• Penurunan berat badan akibat gangguan dalam penyerap
an makanan.
• Pusing.
• Sementara itu, gejala infeksi berat, di mana telur cacin
g sudah berpindah keluar dari usus dan membentuk ki
sta larva pada jaringan tubuh dan organ lainnya, adala
h:
• Sakit kepala.
• Reaksi alergi terhadap larva.
• Gejala pada sistem saraf, seperti kejang.
• Terbentuk benjolan.
Pencegahan
• Hindari mengonsumsi daging, ikan, dan daging babi yang tidak matan
g sempurna.
• Cuci dan masaklah semua buah-buahan serta sayuran sebelum dimak
an.
• Bagi yang memiliki peternakan, buanglah kotoran hewan dan manusia
dengan benar, agar tidak mencemari makanan dan minuman.
• Harap berhati-hati saat mengonsumsi makanan dan minuman ketika
berada di kawasan rawan cacing pita (biasanya di negara berkemban
g).
• Bawalah hewan peliharaan ke dokter hewan jika terinfeksi cacing pita.
• Masaklah daging hingga benar-benar matang.
• Bekukan daging setidaknya 12 jam, dan ikan minimal 24 jam untuk m
embunuh telur dan larva cacing pita.
• Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah makan
an, sebelum makan, dan setelah keluar dari toilet.
Daftar pustaka
• Ng-Nguyen, et al. (2017). A Systematic Review of Taeniasis, C
ysticercosis and Trichinellosis in Vietnam. Parasites & Vectors,
10(1), pp. 150.
• Gonzales, et al. (2016). Pathogenesis of Taenia Solium Taenia
sis and Cysticercosis. Parasite Immunology, 38(3), pp. 136-46.
• US Department of Human and Health Services. CDC (2013). T
aeniasis.
• NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Tapeworms.
• Mayo Clinic (2017). Disease and Conditions. Tapeworm Infec
tion.
• Burke, D. Healthline (2018). Taeniasis.

Anda mungkin juga menyukai