Anda di halaman 1dari 3

Langkah 1 & 2

1. Identifikasi Masalah

Merokok sendiri sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia, entah itu tua ataupun
muda, laki-laki ataupun perempuan. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang sudah lazim di
Indonesia. Dengan banyaknya tembakau serta banyaknya pabrik-pabrik rokok yang berdiri di
Indonesia menjadikan Indonesia sebagai pasar rokok yang aktif. Tetapi ada sebuah kebiasaan
buruk yang sulit sekali dihilangkan yaitu merokok di tempat umum. Meskipun terlihat biasa
saja, sebagaimana kita ketahui rokok itu mengandung zat-zat berbahaya disetiap hembusan
asapnya. Tentu saja rokok itu bukanlah hal yang baik untuk dihirup tetapi jika sudah menjadi
kebiasaan ditambah dengan alasan bahwa rokok itu menambah devisa negara terus menjadi
tameng para perokok jika diingatkan untuk tidak merokok di tempat umum.

Resiko tersebut sesungguhnya tidak hanya mengenai perokok (aktif), orang-orang di sekitar
perokok, yaitu orang yang tidak merokok, tetapi harus menghirup asap rokok (perokok
pasif.) Perokok pasif secara tidak langsung telah memasukkan zat-zat yang berbahaya ke
dalam tubuh bersamaan dengan asap rokok yang tanpa sengaja terhisap. Kondisi ini lebih
membahayakan karena tubuh perokok pasif tidak terbiasa dengan asap yang terhisap ke
dalam tubuh mereka.

Ketika seseorang merokok, sebagian besar asapnya dilepaskan ke udara, sehingga asap
tersebut dapat dihirup oleh perokok pasif. Meski tidak secara langsung merokok, perokok
pasif bisa turut kena dampak buruknya juga. Semakin sering terpapar asap rokok, semakin
tinggi pula risiko gangguan kesehatan yang mungkin dialami perokok pasif.

Dampak kesehatan akibat rokok merupakan masalah yang terjadi secara global. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari 7 juta kematian terjadi akibat
penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok setiap tahunnya. Sekitar 890.000 kasus kematian
tersebut terjadi pada perokok pasif di seluruh dunia.

Ketika dihembuskan oleh perokok, asap rokok tidak hilang begitu saja. Asap rokok dapat
bertahan di udara hingga 2,5 jam. Asap rokok akan tetap ada meski tidak terdeteksi oleh
indera penciuman maupun penglihatan. Hal ini juga berlaku di tempat tertutup yang tidak
luas, seperti di dalam mobil. Bahkan, asap rokok mungkin masih ada dalam jumlah besar
meskipun orang tersebut telah berhenti merokok.

Asap tembakau mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan lebih dari 50 di antaranya telah
dikaitkan dengan kanker. Menghirup asap rokok dapat berdampak buruk, baik sementara
maupun dalam jangka panjang. Terpajan asap rokok dapat menimbulkan gejala seperti mata
teriritasi, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, dan pusing.

Sering menghirup asap rokok secara pasif dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
terserang kanker paru-paru sebanyak 25 persen. Selain itu, perokok pasif juga meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan serangan
jantung, nyeri dada, dan gagal jantung.

Asap rokok yang dihirup juga dapat menyebabkan adanya pengerasan arteri, atau yang
disebut dengan aterosklerosis. Hal ini dapat disebabkan oleh lemak, kolesterol, dan zat
lainnya (seperti bahan kimia pada rokok) yang terbentuk di dinding arteri. Pengerasan
pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri dan menghalangi aliran darah.
Sementara itu, pada wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok
berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti keguguran, bayi lahir mati, dan
bayi dengan berat badan di bawah rata-rata.

Interaksi antara perokok aktif dengan perokok pasif ini biasanya terjadi di tempat-tempat
umum, seperti misalnya stasiun kereta api, terminal, di dalam bus kota, dll. Di tempat-tempat
seperti ini, tidak ada pembatas antara ruangan yang diperuntukkan bagi perokok dengan yang
bukan perokok, sehingga asap yang dikeluarkan akan terhisap tidak hanya oleh perokok itu
sendiri tetapi juga juga oleh orang lain yang berada di sana. Mereka menghisap asap rokok
tanpa mereka inginkan. Itulah sebabnya mereka disebut dengan perokok pasif. Dalam
konteks ini, pemahaman terhadap kondisi atau keadaan orang lain sangat dibutuhkan oleh
perokok, terutama pada saat mereka berada di tempat umum.

Kebijakan untuk dilarangnya merokok di tempat umum serta disediakannya tempat


khusus bagi para perokok merupakan salah satu kebijakan yang harus diupayakan oleh para
penggiat gerakan anti rokok untuk diadvokasikan. Meskipun poin utama dari ini bukanlah
untuk kampanye anti-rokok, setidaknya dengan terstrukturnya para perokok di ruang publik
tentu saja akan menambah kenyamanan semua kalangan masyarakat.

2. Tujuan dan jenis advokasi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam advokasi tersebut yaitu :

a. Pengaturan tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok merupakan salah satu hal
penting dalam membantu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
b. memberikan perlindungan bagi masyarakat dari bahaya yang ditimbullkan oleh asap
rokok baik bagi perokok aktif maupun bagi perokok pasif dengan memberikan ruang dan
lingkungan yang bersih dan sehat.
c. mengarahkan masyarakat perokok untuk saling menghormati hak asasi manusia untuk
memperoleh kehidupan yang sehat dengan cara tetap memberikan ruang untuk perokok
melakukan kegiatan merokoknya ditempat-tempat khusus yang sudah disediakan oleh
pemerintah tanpa menganggu ruang tempat orang-orang yang tidak merokok.
d. Pemerintah dapat melindungi perokok pasif dari bahaya asap rokok dengan memberikan
ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat serta melindungi
masyarakat secara umum dari dampak merokok baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pemerintah daerah
e. Meningkatnya kebiasaan merokok ditempat umum dengan berbagai bahaya yang
diakibatkan bagi perokok pasif dan banyaknya masukan dan keluhan dari berbagai
kalangan yang tidak nyaman dengan kebiasaan merokok ditempat umum pemerintah
diharapkan dapat memberikan kebijakan yang efektif berkaitan dengan masalah tersebut

Jenis Advokasi
Adapun jenis advokasi yang dimaksud diatas yaitu jenis advokasi kasus “kebiasaan
merokok ditempat umum semakin meningkat dan membahayakan perokok pasif”. Kasus
tersebut diangkat dari fakta yang terjadi ditengah dimasyarakat yang kemudian menjadi
masalah kesehatan yang serius dengan berbagai dampak negatif yang diakaibatkan.
Sehingga daripada itu dibutuhkan campur tangan berbagai pihak khususnya Pemerintah
dalam mencari cara atau langkah untuk mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai