Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar belakang

2.

Lepra disebabkan oleh kuman mycobacterium leprat, kuman ini dapat menyerang semua umur, akan tetapi sangat rentan terhadap anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Lepra searing dihubungkan dengan latara belakanag social ekonomi yang rendah dan keadaan lingkungan yang buruk.

Secara umum penularan terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang terinfeksi kuman lepra tidak

mengalamisakitlepra. Jika melihan bentuk penyakit lepra yang sudah berat orang awampun dapat menduga, gejala awalnya sulit dikenali karena hanya berupa bercak pada kulit, dapat lebih putih dari pada kulit, lebih hitam, atau kemerahan. Biasanya lebih mudah membedakan adalah berkurangnya sensasi pada daerah bercak tersebut. Jika pada daerah rangsang tersebut rangsangan rabaan, panas atau dingin bahkan nyeri tusukan jarum tidak terasa sama seperti kulit yang normal. Seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu lepra tampak seperti mengerikan.

Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya, kerusakan pada saluran dihidung bisa menyebabkan hidung tersumbat, keruskan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita leprotomosa dapat menjadi impotent dapat mandul karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testseron dan jumlah seperma yang disebabkan oleh testis. Lepra (disebut juga penyakit Kusta / penyakit Hansen / Penyakit Morbus Hansen) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang menyebabkan kerusakan pada kulit dan sistem saraf perifer. Penyakit ini berkembang perlahan-lahan (dari enam bulan sampai 40 tahun) dan dapat menyebabkan lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang menjadi cacat. Penyakit Lepra biasanya didapatkan pada tempat yang paling sering lebih dingin dari pada tubuh (misalnya, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dan testis).

Lesi kulit dan cacat pada lepra (kusta / Morbus hansen) bisa dianggap aib bagi beberapa orang dan menjadi alasan secara historis bahwa orang yang terinfeksi dianggap sebagai orang buangan dalam banyak kebudayaan. Meskipun penularan dari manusia ke manusia adalah sumber utama infeksi, tiga spesies lainnya dapat membawa (walaupun jarang) transfer M. leprae manusia yaitu simpanse, monyet, dan armadillo. Penyakit ini disebut penyakit granulomatosa kronis, mirip dengan TBC, karena menghasilkan nodul inflamasi (granuloma) di kulit dan syaraf dari waktu ke waktu.

Saat ini ada beberapa wilayah di dunia dimana WHO dan lembaga lainnya (misalnya, Leprosy Mission) yang bekerja untuk mengurangi jumlah kasus klinis penyakit lepra (termasuk penyakit lainnya seperti rabies dan schistosomiasis) yang terjadi di daerah terpencil. Meskipun peneliti berharap untuk memberantas penyakit lepra seperti halnya penyakit cacar, wilayah endemik lepra / kusta / morbus hansen yang cukup banyak membuat pemberantasan masih sulit dilaksanakan. Gejala pada penderita lepra bisa bervariasi pada setiap orang yang terinfesi bakteri penyebab. Pengobatan penyakit lepra (kusta/morbus hansen) haruslah dilakukan secara cepat, sebab jika dibiarkan dapat membuat kecacatan penderita semakin terus bertambah.

Beberapa strain membentuk pigmen karotenoid.Spesies Mycobacterium ditemukan di tanah sebagai saprotrof yang hidup bebas, di air, pada tanaman, dan sebagai parasit dan patogen manusia dan hewan lain, termasuk ikan.Metabolismenya adalah pernapasan, dan khususnya kemoorganotrofik walaupun ada strain kemolitotrofik dari M. marinum dan M. smegmatis. Secara nutrisi, mycobacteria umumnya tidak berpuasa; sumber karbon dan nitrogen antara lain gula, hidrokarbon dan asam amino. Dalam sejumlah spesies gliserol dan asparagin dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pertumbuhan dapat dirangsang oleh serum atau telur atau dengan peningkatan tekanan parsial karbon dioksida; dalam anggota kompleks Mycobacterium tuberculosis pertumbuhan diperkaya oleh piruvat atau (dalam beberapa spesies) dengan gliserol. Dalam strain yang berkembang lambat (SG), pertumbuhan tampak di media padat dapat tidak terlihat dalam 4 6 minggu (hingga 12 minggu pada M. malmoense). Pada strain yang cepat berkembang (RG), pertumbuhan tampak di media padat dalam 1 minggu, bahkan 4 6 hari.Catat kalau pertumbuhan media bactec (cairan) dapat dideteksi lebih cepat daripada

di media padat.

1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu : 1. Apakah sebenarnya Mycobacterium leprae 2. Apakah penyebab dari penyakit leprae 3. Bagaimanakah patofisiologi dari Mycobacterium leprae 4. Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit leprae

BAB II PEMBAHASAN A. TAKSONOMI Kerajaan Filum Ordo Upaordo Famili Genus Spesies : Bacteria : Actinobacteria : Actinomycetales : Corynebacterineae : Mycobactericeae : Mycobacterium : M. Leprae

B. MORFOLOGI MAKROSKOPIS

Lesi kulit Lesi kulit biasanya berupa bercak kulit yang mati rasa yaitu bercak hipopigmentasi atau eritema, mendatar (macula) atau meninggi (infiltrat). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa suntuh, rasa suhu atau rasa nyeri.

Penebalan syaraf Dapat disertai atau tanpa gangguan pada fungsi syaraf yang terkena yaitu : Gangguan fungsi Sensorik Gangguan fungsi Motorik Gangguan fungsi Otonom : nyeri, mati rasa : parese, paralisis : kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut menurun

MIKROSKOPIS

C. FISIOLOGI PERTUMBUHAN Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang masuknya bakteri. Saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan

D. CARA PENULARAN

Cara penularan penyakit ini meliputi penularan langsung dan tidak langsung, melalui kulit yang ada lukanya atau lecet, dengan kontak yang lama dan berulang-ulang. Lepra merupakan penyakit yang tidak mudah menular.
E. CARA PENCEGAHAN

Mengingat

bahwa

pengobatan

dapat

menghentikan

penularan

maka

pemberantasannya dapat dilakukan dengan 3 usaha pokok yaitu: 1. Mencari dan menemukan semua penderita (case finding) dalam masyarakat untuk diberikan pengobatan yang sebaik-baiknya. 2. Mengobati dan mengikuti penderita (case holding)

a. Pengobatan dilaksanakan di poliklinik yang semudah mungkin dicapai penderita. b. Bila penderita tidak datang berobat ke poliklinik, dilakukan kunjungan rumah untukdiberikan pengobatan dan penerangan 3. Pendidikan kesehatan tentang penyakit lepra kepada masyarakat: a. Agar masyarakat mempunyai pengertian yang wajar tentang pengertian lepra tanpa membesar-besarkannya atau mengecilkannya b. Agar masyarakat dapat mengenal gejala penyakit lepra pada tingkat awal, sehingga pengobatan dapat segera diberikan supaya memudahkan

penyembuhan dan mencegah terjadinya kecacatan


F. GEJALA

Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita. Gejala pertamanya berupa penebalan pada kulit yang berubah warnanya berupa bercak keputih-putihan (maculahypopigmentasi) yang kurang atau hilang perasaannya (anaesthesia). Pengenalan tanda pertama ini sangat penting untuk berhasilnya pengobatan dan pencegahan kecacatan akibat lepra. Bila mengenai kulit muka akan mengakibatkan tampang seseorang menjadi sangat menakutkan yang disebut facies leonina(mukasinga).

Menurut WHO (1995) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda kardinal berikut: Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas Lesi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadangkadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga biasanya berupa: makula, papul, nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
G. PATOGENITAS

Pada tahun 1960 Shepard berhasil Menginokulasikan M .Leprae kedalam Telapak kaki Mencit, yang berkembang biak disekitar tempat suntikan. Ternyata tidak

ada perbedaan spesies dari dari manapun bahanitu didapat dari negeri manapun, dan dari macam lesi apapun. Untuk tumbuhnya diperlukan jumlah minimum M.Leprae yang disuntikan dan kalau melampaui jumlah maksimum, tidak akan meningkatkan perkembangbiakan. Inokulasi pada mencit yang telah diambil timusnya diikuti oleh Irradiasi (goor) sehingga kehilangan respon imun selulernya, akan menghasilkan Granuloma penuh basil yang menyeluruh, terutama pada daerah yang dingin yaitu : hidung, cuping telinga, kaki & ekor. Basil tersebut umtuk lanjut dapat Diinokulasikan lagi. Berarti memenuhi salah satu Postulat Koch, meskipun belum dipenuh.

M.leprae berproduksi di daerah-daerah yang lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai Patogenetas dan daya Invasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,bahkan dapat sebaliknya, ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh sistem imun yang berbeda yang mencegah timbulnya reaksi Granuloma setempat dan menyeluruh yang dapat sembuh sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut penyakit

Imunologik. Gejala-gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripadaintensitasinfeksinya.

H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Bakteriologis

Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut:

1. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.

2. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain.

3. Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.

4. Lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium leprae ialah:

a. Cuping telinga kiri atau kanan

b. Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain

5. Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena:

a. Tidak menyenangkan pasien

b. Positif palsu karena ada mikobakterium lain

c. Tidak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir hidung apabila sedian apus kulit negatif.

d. Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung lebih dulu negatif dari pada sediaan kulit ditempat lain.

6. Indikasi pengambilan sediaan apus kulit:

a. Semua orang yang dicurigai menderita kusta

b. Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai pasien kusta

c. Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena tersangka kuman resisten terhadap obat

d. Semua pasien MB setiap 1 tahun sekali

7. Pemerikaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu ziehl neelsen atau kinyoun gabett

8. Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode yaitu cara zig zag, huruf z, dan setengah atau seperempat lingkaran. Bentuk kuman yang mungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pecah-pecah (fragmented), granula (granulates), globus dan clumps.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Secara umum penularan lepra terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang terinfeksi kuman lepra tidak mengalami sakit lepra. Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah

Anda mungkin juga menyukai