Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Disusun umtuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Kelompok 5:

Lendriyani 2013201011

Nurul Ikhsani Faradillah 2013201034

Reffky Achmad Allfaress 2013201012

Nadia Aulia Nurayuni 2013201001

Siska Mirda Surina 2013201008

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, april 2021

Penyusun,
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi
dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan
hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada
konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi
dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai
Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan
cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan tenttang
konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham.
Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas
konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia. Manusia hidup bersama dalam berbagai
kelompok yang beragam latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah
keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam
kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah
kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh
kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu
bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna
dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation”
(dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.

B. Rumusan Masalah
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia Konstitusi Negara Indonesia adalah
UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-
undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma
hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah
Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17


Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang
dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri
dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan paralihan, 2 ayat
aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri
atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal,
dan beberapa bagian. d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut: 1. UUD
1945 yang belum diamandemenkan; 2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun
1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun 2002) Amandemen tersebut adalah: a)
Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999; b) Amandemen
ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000; c) Amandemen ke-3 pada
sidang tahunan MPR, disahkan 10 November 2001; d) Amandemen ke-4 pada tahunan
MPR, disahkan 10 Agustus 2002; Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia
pertama kali ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil karya BPUPKI
melalui sidang-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10
Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum
dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia
setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI. Sidang PPKI pertama berlangsung
tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar
Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk
presiden. Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung sngat
singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan
untuk segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan
lancar. Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang
mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum dasar yang
dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar” d.
Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada; e.
Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-
Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”. Penetapan UUD 1945 sebagai
konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai
berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia terdiri
atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan. 8 Jadi pada
waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri atas dua bagaian
yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya. Adapun bagian
penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.

Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No.
7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas: a) Pembukaan b) Batang tubuh, dan c)
Penjelasan. Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya
berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut kontitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku
diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS.
Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya disalah
satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota di
Yogyakarta. Kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku
dari tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia
kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak diberlakukan
lagi. Periode berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27 Desember 1949 sampai 17
Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II. 1) Mukadimah yang terdiri dari
empat ayat. 2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain: 9 a. Bentuk Negara adalah
serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik b. Sistem pemerintahan adalah
parlementer. Dalam sistem pemerintahan ini, kepala pemerintahan dijabat oleh seorang
perdana menteri.perdana menteri apis saat itu adalah Moh. Hatta. Konstitusi yang berlaku
setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Undang-
undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD RIS 1949 setelah
Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam Undang-Undang
Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi Republik Indonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang
menyusun UndangUndang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:
1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya. Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya
sebagai berikut: a) Menetapkan pembubaran Konstituante; b) Menetapkan berlakunya
UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950; c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
BAB II PEMBAHASAN
Sebagian orang itu tidak mengerti apa itu konstitusi, tapi beberapa dari mereka tidak sadar bahwa
mereka telah melakukan konstitusi ataupun malah melanggarnya. Lalu, apa konstitusi itu
sendiri? Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan
suatu negara. 

Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan
dapat pula tidak tertulis yang juga disebut konvensi. Undang-Undang Dasar menempati tata
urutan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara.

Konstitusi negara tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi
diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan
kata lain, konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara. 

Ketaatan terhadap konstitusi  ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku


konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara.
Contoh perilaku konstitusional bagi penyelenggara negara,

 MPR : mengubah dan menetapkan UU, melantik presiden dan wakilnya, dan lain-lain.
 Presiden : mengajukan rancangan UU kepada DPR, mengangkat dan memberhentikan
Menteri-menteri dan lain-lain .
 DPR : membentuk undang-undang, membahas rancangan undang-undang Bersama
dengan presiden, dan lain-lain.
 DPD : mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah, hubungan antar
pusat dan daerah.
 KPU : menyelanggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
 BPK : memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
 MA : menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang.
 MK : memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
 TNI dan Kepolisian : mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta
keutuhan serta kedaulatan negara, menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.
 Apakah perilaku konstitusional hanya berlaku untuk penyelenggara negara? Tidak,
perilaku konstitusional juga berlaku untuk warga negara tanpa terkecuali. Lalu, Apa
sajakah contoh perilaku konstitusional bagi warga negara? Terdapat banyak perilaku
konstitusional untuk warga negara, namun sebagian dari kita tidak sadar jika kita telah
melakukannya. Contoh perilaku konstitusional warga negara yaitu, taat pada aturan lalu
lintas, membayar pajak, tidak main hakim sendiri, menjalin persatuan, melaksanakan
pemilu secara langsung, bebas, umum, jujur, dan adil, pengambilan keputusan dengan
musyawarah.

 Lalu disebut apakah perilaku menyimpang konstitusi? Perilaku menyimpang konstitusi


disebut ikonstitusional. Contoh perilaku ikonstitusional yang perlu dihindari dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu, melanggar apa yang menjadi isi konstitusi atau
melanggar aturan dan norma yang telah ditetapkan di dalam konstitusi, dan

menyalahgunakan komnstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok ataupun untuk


memperkaya diri sendiri (korupsi).

 Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara dan warga negara secara
seimbang untuk mengembangkan perilaku konstitusional pertama kali dengan
mengetahui dan memahami aturan-aturan penyelenggaraan negara yang tercantum dalam
UUD 1945.

Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

Perilaku Konstitusional Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan Sejalan dengan semangat
pasal 28 UUD 1945 serta meningkatnya kesadaran warga Negara Indonesia dalam berpolitik,
maka terjadi perkembangan yang signifikan tentang jumlah partai politik dan organisasi
kemasyarakatan yang ada di Indonesia. Melalui organisasi politik tersebut seseorang dapat
memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan negara.

Oleh sebab itu, perilaku parpol dalam menyampaikan aspirasi politik dari masyarakat harus
secara konstitusional, tidak melakukan provokatif, anarkis, destruktif maupun perbuatan tercela
lainnya yang jelas bertentangan dengan harapan seluruh rakyat Indonesia.
Perilaku Konstitusional Warga Negara Harus kita sadari bersama bahwa keberhasilan bangsa
Indonesia dalam mewujudkan tujuan Negara sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan
UUD 1945 alenia keempat, tidak semata-mata merupakan tugas penyelenggara Negara.Namun
hal ini menjadi kewajiban kita untuk menjalin hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang
harmonis. Sebagai warga Negara yang baik, perilaku kita harus sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.Misalnya jika kita kelak menjadi petani menjadilah petani yang baik menanam
tanaman yang tidak menjerumuskan generasi muda kearah penyalahgunaan narkoba.Kita
menyadari bahwa dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Oleh sebab itu, dalam penyelesaian permasalahan dapat dihindari main hakim
sendiri, kekerasan, anarkis dan tindakan lain yang tidak konstitusional. Dalam kehidupan
bernegara kita dapat melakukan perbuatan yang konstitusional misalnya: 
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh rangkaian analisis tentang pengaruh amandemen Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945 terhadap perubahan konfigurasi kekuasaan kehakiman, maka
dapatlah ditarik kesimpulan sebagai inti pemikiran dari kajian ini. Beberapa kesimpulan tersebut
dipaparkan sebagai berikut: 1.a. Kedudukan kekuasaan kehakiman sebelum amandemen UUD
1945 menunjukan lemahnya basis konstitusional bagi kemerdekaan dan kemandirian kekuasaan
yudikatif, dan hal itu telah membuka ruang intervensi oleh kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
legislatif terhadap penyelenggaraan peradilan, antara lain: Pertama, sebelum amandemen UUD
1945, konfigurasi kekuasaan kehakiman diatur dengan sangat terbatas dan tidak jelas. Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman serta mengatur
persyaratan untuk menjadi dan diberhentikan sebagai hakim. UUD 1945 tidak memberi
pengertian tentang apa yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman dan tidak menjabar tentang
prinsip-prinsip kebebasan dan kemandirian kekuasaan kehakiman.

B. SARAN

Melalui kajian ini ditemukan berbagai kekurangan dan penyimpangan yang terjadi dalam
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, dan itu berdampak langsung pada terbelenggunya
independensi kekuasaan kehakiman yang diselenggarakan Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. Saran atau masukan sebagai sumbangsih pemikiran dari kajian ini
untuk memperbaiki penyelenggaraan kekuasaan kehakiman itu ke depannya adalah
melakukan reformasi ulang kekuasaan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
dimulai dari perbaikan-perbaikan yang bersifat integral dan komprehensif dengan
melakukan perubahan, harmonisasi, dan sinkronisasi atas Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, UU Kekuasaan Kehakiman, UU Mahkamah Agung, UU
Mahkamah Konstitusi, dan UU Komisi Yudisial dan beberapa peraturan perundang-
undangan terkait lainnya.

Anda mungkin juga menyukai