Anda di halaman 1dari 27

F6

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Skabies
menduduki peringkat ke-7 dari sepuluh besar penyakit utama di puskesmas dan menempati urutan ke-3
dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini,
antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti keadaan penduduk dan
ekologik. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai
semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita. Penyakit ini sering terjadi terutama pada daerah
beriklim tropis dan subtropics. Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus
berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd
immunity. Insidens penyakit skabies ini sangat tinggi terutama pada lingkungan dengan tingkat kepadatan
penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.

Tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu
malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
terganggunya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga
ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi
menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. Karena beberapa alasan
diatas maka menurut kami perlu adanya intervensi terhadap penyakit skabies ini, salah satunya adalah
dengan penemuan kasus skabies di masyarakat kemudian melakukan pengobatan pada penderita dan
kontak serta pencegahan penularan dan pemberantasan penyakit skabies dari hasil temuan tadi.

Permasalahan

IDENTITAS PASIEN
Nama : An L

Usia : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 9 November 2021 pukul 09.30 WIB di Poli Umum Puskesmas Cibeber.
Keluhan utama : gatal diseluruh tubuh
Lokasi : Perut
Onset & kronologis : Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal di sela-sela jari kaki dan tangan,
punggung tangan, paha serta siku kanan. Gatal berlangsung sejak pasien tinggal dipondok 4 bulan yang
lalu. Pasien juga mengaku teman sekamar pasien menderita keluhan yang sama. Gatal dirasakan
sepanjang hari terutama pada malam hari. Keluhan gatal menggangu waktu tidur pasien, sehingga
mengganggu aktivitas di pagi hari. Awalnya muncul bintil-bintil kemerahan yang gatal di sela jari tangan
dan kaki kemudian menyebar ke punggung tangan paha dan siku kanan. Pasien belum berobat ke dokter
sebelumnya, hanya diberi minyak angin pada sela jari. Sejak 1 bulan ini gatal yang dirasakan disertai
nyeri dan timbul benjolan bening, benjolan tersebut membesar dan memutih seperti susu dan pecah
mengeluarkan nanah. Pasien juga merasakan demam sejak 3 hari yang lalu.

Kualitas : Semakin lama gatal semakin meluas seluruh tubuh


Kuantitas : Gatal dirasakan terutama malam hari
Faktor memperberat : -
Faktor memperingan : berkurang dengan obat gatal
Gejala Penyerta : Demam (+), batuk (-), nyeri kepala (-), muntah (-), rasa tebal/kebas (-). BAB dan BAK
dalam batas normal

Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal


Riwayat Gangguan Jiwa/Skizofrenia disangkal
Riwayat sakit darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat merokok disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat kolestrol tinggi disangkal
Riwayat meminum alkohol disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
Riwayat gangguan kejiwaan disangkal
Riwayat hipertensi di keluarga disangkal
Riwayat diabete melitus di keluarga disangkal
Riwayat Penyakit Jjantung dalam keluarga disangkal
Riwayat keluarga meninggal muda atau mendadak disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien merupakan santri di pondok. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.
Kesan : sosial ekonomi kurang.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 9 November 2021
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS E4M6V5 =15
Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg N : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit, kussmaul (-) T : 37,7OC (axiller)
Kepala : allopesia (-) massa –
Kulit : Turgor kulit cukup, tidak pucat,
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), edema palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Discharge (-/-), serumen (-/-), pembesaran n. Auricularis (-/-)
Hidung : Discharge (-), hidung pelana (-)
Mulut : Bibir pucat (-), bibir sianosis (-)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax Dada :
Inspeksi: Simetris Cor Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba diSIC VI linea axilarisa anterior sinistra,kuat angkat (-), thrill(-),
sternal lift (-)
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC VI linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, bising sistolik (-)
Pulmo depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra stem fremitus dextra = sinistra retraksi suprasternal (-),
intercostal (-), epigastric (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SD vesikuler +/+, ST -/- di kedua lapang paru

Pulmo Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus dextra = sinistra stem fremitus dextra = sinistra, menurun
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler +/+, ST -/- di kedua lapang paru
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube timpani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba , nyeri tekan (-)

Status Lokalis :
Sela jari tangan dan kaki, punggung tangan dan siku kanan : tampak Papula dan vesikula, pustula
menyebar diatas permukaan eritema, ekskoriasi (+).

DIAGNOSIS
Scabies dengan Infeksi sekunder

Perencanaan dan Preventif :


Pemilihan Intervensi
- Meminta teman sekamar pasien yang mengalami bintik-bintik kemerahan yang gatal di tubuh turut
berobat.
- Menjaga kebersihan rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air
hangat, dijemur di terik matahari sampai kering dan diseterika)

Promotif :

- Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta upaya-upaya pencegahan yang harus
dilakukan terutama pengobatan terhadap penyakitnya.
- Edukasi pasien terutama mengenai terapi terhadap penyakitnya (terutama mengenai cara penggunaan
salap dengan cara yang benar)
Kuratif : Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
a. Permetrin : Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih
kurang 8 jam kemudian dicuci bersih

b. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %) : Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama
tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Sulfur : Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam
konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.
Rehabilitatif : -

Kontrol kembali ke puskesmas 7 hari lagi untuk menilai efek pengobatan.

Pelaksanaan

Intervensi dilaksanakan pada saat pasien berobat dengan memberikan terapi preventif, promotif, kuratif
dan rehabilitatif. Terapi preventif dan promotif dilakukan dengan memberikan edukasi ke pasien tentang
penyakit yang diderita, terapi yang akan diberikan dan komplikasi penyakit, serta menjelaskan cara
pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam keluarga yaitu dengan memberikan terapi tidak hanya
kepada pasien tetapi juga kepada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien,
yaitu adik pasien. Selain itu pencegahan dan pemberantasan juga dilakukan dengan menjaga kebersihan
rumah (Pakaian, handuk, seprei, alas bantal yang terkontaminasi dicuci dengan air hangat, dijemur di
terik matahari sampai kering dan diseterika), serta memberikan edukasi agar tidak menggunakan handuk
atau peralatan mandi secara bergantian, sebaiknya pasien atau adik pasien tidur sendiri tidak bercampur
dengan yang lain. Intervensi kuratif dilakukan dengan memberikan terapi salep permetrin 5%, sesuai
drug of choice scabies, selan itu dierikan terapi clindamysin 2x 300 mg selama 5 hari karena ada infeksi
sekunder ditandai dengan adanya pustula dan diberikan Cetrizine10 mg 1x1 tablet untuk mengurangi
gatal. Sedangakan terapi rehabilitatif dilakukan dengan edukasi agar pasien kontrol 7 hari lagi ke
puskesmas untuk menilai efek pengobatan.

Monitoring dan Evaluasi


Pasien yang telah mendapat obat dari Puskesmas sebaiknya teratur menggunakan obat dan melakukan
pemeriksaan ulang.

Asma bronkial

A. LATAR BELAKANG

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu
penyakit alergi yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit asma. Asma merupakan penyakit
inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara
maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-
baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah
sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global
Initiative for Asthma (GINA).

Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia. Prevalensi asma
menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar 235 juta penduduk dunia
terkena penyakit asma. Penderita asma Indonesia sebesar 7,7% dengan rincian laki-laki 9,2% dan
perempuan 6,6%. Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan
pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama
bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana
caranya mencegah terjadinya serangan asma.

B. PERMASALAHAN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Umur : 58 tahun
Tanggal Periksa: 16 November 2021

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 16 November 2021
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang mulai dirasakan 4 jam yang
lalu. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat maupun
perubahan posisi. Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk kalimat, masih dapat
berjalan sendiri. Pasien mengatakan sesak disertai bunyi “ngik-ngik”. Pasien belum
mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya. Biasanya pasien mengkonsumsi
salbutamol bila sesak timbul.

Pasien sudah merasakan keluhan tersebut sejak kecil. Keluhan timbul bila
terpapar cuaca/udara dingin. Sudah beberapa bulan keluhan tidak timbul. Namun
dalam satu bulan terakhir keluhan beberapa kali timbul. Serangan dapat terjadi dua
kali dalam satu minggu, namun dalam satu hari hanya satu kali. Serangan tidak
pernah muncul malam hari.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : (+)
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
e. Riwayat mondok : disangkal
f. Riwayat alergi : (+) alergi udara dingin, seafood
4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : ya sudah +/- 40 thn
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma/alergi : (+) ibu pasien menderita asma
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 November 2021

1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.


2. Tanda Vital
a. Tensi : 110 / 90 mmHg
b. Nadi : 98 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
c. Pernapasan : 26 x/menit
d. Suhu : 36,8 °C per axiler
3. Kulit
Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).
4. Kepala
bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
5. Wajah
Simetris, eritema (-)
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra
(-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-)
7. Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)
8. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
9. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah atropi (-)
10. Leher
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar
getah bening (-).
11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal,
sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan parasternal
tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi :
batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra
batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio
clavicularis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis dextra
pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis sinistra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 90 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-).
Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi
Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+) saat
ekspirasi minimal.
Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+) saat
ekspirasi minimal.
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba
13. Ekstremitas : dalam batas normal

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. DIAGNOSIS : Asma Bronkial
2. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Global Initiative for Asthma dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menganjurkan untuk
melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol.
Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua faktor yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)
2. Pengobatan berdasarkan derajat
Terapi Non-farmakologis:
Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:
- Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma.
Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi, merokok, olah raga,
perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yang sering
mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi virus. Untuk
memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk mengetahui
riwayat kesehatan pasien serta uji alergi pada kulit (skin prick test).
- Edukasi pada pasien atau orang yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma.
Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara
untuk mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi juga meliputi
pengetahuan tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asma dan
mengenal tanda-tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obat yang tepat, dan
bagaimana memonitoring pencetusnya. Selain itu pasien diminta untuk melakukan
fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau perkusi toraks dan cara batuk yang
efisien.

Terapi famakologis:
Menurut PDPI, medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara seperti inhalasi, oral
dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan adalah melalui inhalasi agar langsung
sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupun tidak ada. Macam–macam
pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur (IDT), IDT dengan alat bantu
(spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated IDT, dan nebulizer. Medikasi asma
terdiri atas pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten, yang
digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol. Menurut PDPI, pengontrol, yang
sering disebut sebagai pencegah terdiri dari, Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik,
leukotriene modifiers, agonis β-2 kerja lama (inhalasi dan oral), metilsantin (teofilin).
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk cepat mengatasi
bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma. Prinsip kerja obat ini adalah dengan
mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat
bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada, dan batuk.
Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hipersensitivitas jalan napas. Pelega terdiri dari agonis β-2 kerja singkat, kortikosteroid sistemik,
antikolinergik (Ipratropium bromide).

Terapi farmakologis dan nonfarmakologis yang diberikan adalah :


Pasien menolak dirujuk ke rumah sakit, diberikan terapi obat-obatan oral dan juga
edukasi kepada pasien.
- Terapi Oral:
Dexametason 3 x 0.5 mg
CTM 2 x 4 mg
Salbutamol tab 3 x 4 (prn sesak)

Edukasi yang diberikan kepada pasien:


1. Menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma, misalnya
menghindari udara dingin.
2. Olahraga yang mampu melatih otot-otot pernapasan seperti berenang dan senam secara
rutin 1-2 kali/ minggu.
3. Istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi dan buah-buahan.
4. Minum obat secara teratur dan kontrol secara rutin.
5. Segera datang ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan sesak nafas tidak
berkurang/bertambah dengan pemberian obat.

Intervensi dilaksanakan pada saat pasien berobat dengan memberikan terapi preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif. Terapi preventif dan promotif dilakukan dengan
memberikan edukasi ke pasien tentang penyakit yang diderita, terapi yang akan diberikan dan
komplikasi penyakit, serta menjelaskan cara pencegahan dengan mengeliminasi pencetusnya.
Edukasi juga dilakukan terhadap keluarga agar membantu mengeliminasi pencetus dan
membantu mengontrol kekambuhan pasien. Intervensi kuratif dilakukan dengan memberikan
terapi Dexametason 3 x 0.5 mg, CTM 2 x 4 mg, Salbutamol tab 3 x 4 (prn sesak).
Sedangakan terapi rehabilitatif dilakukan dengan edukasi agar pasien kontrol 7 hari lagi ke
puskesmas untuk menilai efek pengobatan.

D. MONITORING DAN EVALUASI


Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up mengenai keluhan
yang dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan pemeriksaan pada kedua lapang paru untuk
menilai apakah masih ada wheezing. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga
direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan spirometri agar dapat
mengetahui fungsi paru, prognosis dan penatalaksaan selanjutnya

OA

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia
lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai
perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. Penyakit ini merupakan jenis artritis yang paling
sering terjadi dan menimbulkan rasa sakit serta hilangnya kemampuan gerak. Angka kejadian OA di
dunia terbilang cukup tinggi. WHO memperkirakan 25% orang berusia 65 tahun di dunia menderita OA.2
Sementara di kawasan Asia Tenggara, jumlah penderita OA mencapai 24 juta jiwa. Prevalensi OA di
Indonesia sampai saat ini belum ada laporan yang jelas. Namun Handono dan Kusworini melaporkan
bahwa prevalensi OA di Malang pada usia antara 49-60 tahun cukup tinggi, yaitu sebesar 21,7%.
Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi
dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Hampir semua pasien OA lutut
menderita setidaknya satu penyakit penyerta. Adanya penyakit penyerta dan obesitas dikaitkan dengan
keterbatasan dalam kegiatan atau rasa sakit.10 Sementara dalam penelitiannya terhadap penderita OA
lutut, Keith T. Palmer membuktikan bahwa aktivitas fisik (terutama berlutut, jongkok, mengangkat, atau
mendaki) dapat menyebabkan dan / atau memperburuk OA lutut.

Identitas
Nama : Ny. Y
Usia : 50 tahun
Anamnesis dilakukan tanggal 26 November 2021
RPS
Pasien mengeluh nyeri pada kedua lututnya, nyeri dirasakan sudah selama 15 hari, nyeri dirasakan
berdenyut dan tertusuk-tusuk, terutama pada perubahan posisi dari duduk ke berdiri dan saat berjalan.
Setiap pagi hari pasien mengeluh kaku di kedua sendi lututnya sekitar setengah jam. Keluhan ini sudah
sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin memberat. Pasien sering mengkonsumsi
obat penghilang nyeri di warung, tetapi keluhan itu muncul lagi saat reaksi obat habis. Pekerjaan pasien di
pasar dan sering mengangkat beban berat. Pasien juga gemuk dan merasa sulit menurunkan berat
badanya.
RPD
Riwayat alergi (-) Riwayat asma (-) Riwayat darah tinggi (-) Riwayat kencing manis (-)
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 120/80 mmHg RR : 24 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : afebril
Status gizi : Kesan gizi cukup BB / TB : 79 kg / 145cm BMI : 37,57 (obesitas)
Keadaan Umum : compos mentis
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-) Leher : JVP tidak meningkat
Thorax
- Inspeksi : simetris, tidak ada gerakan tertinggal, ictus cordis tidak tampak, retraksi (-)
- Palpasi : ictus cordis teraba di SIC 5 LMCS
- Perkusi : sonor (+/+) - Auskultasi : SDV (+/+), rhonkhi (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung I-II tunggal,
bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : normal
- Auskultasi : bising usus 12x/menit
- Perkusi : timpani di seluruh lapang
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas - Akral hangat (+/+) - Oedem (-/-)
Status Lokalis Genue Dextra et Sinistra
- Look: rubor (-/-), oedem (-/-), alignment genue dex et sin (baik)
- Feel: kalor (-/-), krepitasi (+/+)
- Move: ROM terbatas (+/+), nyeri (+/+)

Diagnosis OA bilateral
Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa :
- Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta memahami
tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiaanya tetap terpakai.
- Terapi fisik atau rehabilitasi. Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit. - Penurunan Berat Badan, karena berat badan yang berlebih merupakan
faktor yang memperberat OA. - Kontrol secara teratur
2. Medikamentosa : - NSAIDs (Non Steroid Anti Iflamatory Drugs), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-
2), dan Asetaminofen - Asam Hialuronat disebut Viscosupplement karena dapat memperbaiki viskositas
cairan sinovial. Obat ini diberikan secara intraartikular dan berperan penting dalam pembentukan matriks
tulang rawan sendi melalui agregasi dengan proteoglikan. - Glikosaminoglikan dapat menghambat
sejumlah enzim yang berperan dalam degradasi tulang rawan dan merangsang sintesis proteoglikan dan
asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi. - Kondroitin sulfat, merupakan bagian proteoglikan pada
tulan rawan sendi dan bermanfaat sebagai anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis hialuronat serta
anti degradatif. - Vitamin C, dapat menhambat aktivitas enzim lisozim.
3. Terapi Pembedahan Terapi ini diberikan jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk menurangi rasa
sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang menggangu aktivitas sehari-
hari.

PELAKSANAAN
1. Terapi non medikamentosa : Pasien diberikan edukasi untuk menurunkan berat badan dan mengurangi
kerjaan yang mengangkat beban berat karena dapat memperparah derajat OA. Pasien juga disarankan
untuk dirujuk dan dianjurkan mengikuti rehabilitasi fisik dan melakukan kontrol rutin untuk OA yan
dideritanya.

2. Terapi medikamentosa :  Na Diklofenak 25mg 3x1  Vitamin B complex 2x1

MONITORING DAN EVALUASI


Pasien diminta untuk rutin kontrol ke puskesmas minimal dua minggu sekali.
F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

SEORANG LAKI-LAKI USIA 45 TAHUN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II

BAB I LATAR BELAKANG

Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes
melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan karena
defek sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya. Di Indonesia, prevalensi DM mencapai
15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa
mendatang, diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000
jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25
tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang. Dalam
jangka waktu 30 tahun, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan
peningkatan jumlah pasien DM yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh karena : a)
Faktor demografi b) Gaya hidup yang kebarat-baratan c) Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
d) Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang Penanganan yang
terbaik dari penyakit DM adalah pencegahan. Pencegahan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya penyakit DM dengan gaya hidup yang sehat dan
aktifitas fisik secara rutin. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya skrining kesehatan sehingga dapat
dilakukan penegakan diagnosis sejak dini dan pemberian terapi yang tepat dan adekuat. Mengingat
penyakit DM adalah penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi dan kemungkinan kecacatan yang
besar, maka juga perlu dilakukan pencegahan tersier yaitu berupa pencegahan terjadinya kecacatan dan
upaya rehabilitasi guna mengembalikan kondisi fisik/ medis, mental, dan sosial.

BAB II PERMASALAHAN

I.

II.
Identitas Pasien
Nama : Tn. BS

Umur : 45 tahun

Alamat : cibeber

Pekerjaan : Pensiunan

Tanggal Periksa : 03 Desember 2021

Anamnesis (Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 03 Desember 2021 )


1. Keluhan Utama: Sering kencing pada malam hari
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan sering kencing pada malam hari.
Pasienjuga mengeluhkan kesemutan pada jari-jari kaki dan tangan. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan
terakhir. Serta,pasien merasakan badan cepat letih Tiga bulan yang lalu pasien pernah memeriksakan diri
ke mantri dengan keluhan serupa disertai dengan rasa haus terus menerus dan nafsu makan yang
meningkat namun berat badan turun. Kemudian oleh mantri dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
dan didapatkan hasil gula darah diatas normal namun pasien lupa tepatnya berapa. Sejak saat itu pasien
mengonsumsi obat DM yang dibelinya sendiri di apotek (glibenklamid) dan ini adalah pertama kalinya
pasien memeriksakan diri ke dokter karena merasa keluhannya tidak berkurang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat asma/alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal\

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat asma/alergi : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal

Riwayat konsumsi alkohol : disangkal


6. Riwayat Gizi: Pasien sehari – hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1 piring dengan lauk
tahu tempe, kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu.
7. Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien adalah seorang pensiunan. Pasien tinggal bersama istrinya. Saat ini,
biaya perawatan pasien menggunakan BPJS.

III. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 03 Desember 2021
1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
a. Tensi : 130 / 80 mmHg

b. Nadi : 85 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

c. Pernapasan : 16 x/menit
d. Suhu : 37,2 °C per aksiler

3. Status Gizi BB = 69 kg, TB = 170 cm, BMI = 25,36 kg/m2


4. Kulit: Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).
5. Kepala: bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih
6. Wajah: Simetris, eritema (-)
7. Mata: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-)
8. Telinga: Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)
9. Hidung: Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
10. Mulut: Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil atropi (-)

11. Leher: JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-).
12. Thoraks: Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal, sela
iga melebar (-) -
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.

Perkusi :  batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra  batas jantung kiri
bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio clavicularis sinistra  batas jantung kanan atas :
spatium intercostale II, linea sternalis dextra  batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea
sternalis dextra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 85 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-), gallop (-)

Pulmo Inspeksi  Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.  Dinamis :
pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-).

Palpasi  Statis: simetris Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi  Kanan: sonor  Kiri : sonor

Auskultasi  Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)  Kiri : suara dasar vesikuler
normal, suara tambahan (-)

13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)

Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba
14. Ekstremitas : normal

III. Pemeriksaan penunjang


Gula darah sewaktu stik: 300 g'dl

BAB III PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

I. Diagnosis : Diabetes Mellitus Tipe 2

II. Penatalaksanaan Tatalaksana pengendalian diabetes mellitus dilakukan dengan pendekatan:


a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta
kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian diabetes mellitus.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah
timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi faktor risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian akibat
komplikasi yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan
manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian
diabetes melitus.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan
kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan diabetes mellitus dapat diturunkan dengan
mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi,
pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

BAB IV PELAKSANAAN

Terapi non-farmakologis: Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Terapi famakologis: R/ Metformin tab 500 mg No. XXX S 1 dd 1 tab R/ Glimepirid tab 2 mg S 1 dd 1 tab

No. XXX

BAB V MONITORING DAN EVALUASI

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah berkurang
atau belum. Memeriksa tekanan darah dan gula darah pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada atau
tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari dabetes melitus, maka pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis.
F6
LAPORAN KEGIATAN F 6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Topik : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internship dokter Indonesia di Puskesmas Gondanglegi Kabupaten
Malang

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara
berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka
kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. Di Amerika pneumonia
menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit
infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika
sekitar 12% atau 25-30 per 100.000 penduduk (Heriana, et.al, 2005). Sedangkan untuk angka kematian
akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6%,
Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2% dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% (SEAMIC Health
Statistics, 2000). ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun. Hal ini
berarti dari seluruh jumlah anak umur 1 bulan sampai 4 tahun yang meninggal, lebih dari sepertiganya
meninggal karena ISPA atau diantara 10 kematian 4 diantaranya meninggal disebabkan oleh ISPA
(Depkes, 1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35%
kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di
berbagai negara setiap tahun mati karena ISPA (WHO, 1986)

B.

PERMASALAHAN PASIEN
Dalam laporan ini, kasus yang diangkat adalah Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun 3 bulan datang ke
puskesmas diantar ibunya dengan keluhan utama batuk berdahak berwarna hijau, tenggorokan terasa
gatal,demam, pilek dengan sekret berwarna hijau sejak 1 hari yang lalu. Demam turun sewaktu pasien
diberi obat warung berupa contrexin oleh ibunya. Pernah mengalami gejala yang sama sekitar 4 bulan
lalu, ibunya membawa pasien ke dokter dan sembuh. Kecurigaan bahwa An. M menderita ISPA berawal
dari keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien yang relevan dengan gejala-gejala timbulnya ISPA, yakni
berupa batuk, demam serta pilek.

C. MANAJEMEN KASUS

IDENTITAS A. Identitas Anak  Nama : An. M  Tempat Tanggal Lahir : Ketawang, 2 Januari 2008 
Usia : 6 tahun 3 bulan  Jenis Kelamin : Laki-laki B. Identitas Orang Tua  Nama Bapak / Usia : Agus /
37 tahun  Pekerjaan : Pekerja Swasta  Nama Ibu/ Usia : Tuti / 31 tahun  Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga ANAMNESIS A. Keluhan utama : Batuk B. Riwayat Penyakit Sekarang : Dikeluhkan ± satu hari
yang lalu, batuk berdahak berwarna hijau, batuk terus menerus, batuk berdarah (-), batuk berlendir (-),
batuk tidak disertai nyeri dada dan sesak, batuk awalnya kering kemudian berdahak berwarna hijau, gatal
tenggorokan (+), pilek dengan sekret berwarna hijau kental sejak 1 hari yang lalu. Sesak (-), demam (-),
riwayat nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan sehari 3 kali. BAB = biasa BAK = lancar C.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah mengalami gejala yang sama, ibunya membawa pasien ke dokter dan
sembuh, riwayat kontak dengan orang yang bergejala sama (-) ,riwayat cacar dan campak (-), riwayat
trauma (-). D. Riwayat Penyakit Keluarga :  Ada riwayat batuk lama yang diderita oleh kakek pasien 
Ibu alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur  Tidak ada riwayat kejang demam atau
epilepsy  Tidak ada riwayat hipertensi  Tidak ada riwayat diabetetes mellitus E. Riwayat Kehamilan 
Hamil pertama kali usia 24 tahun  Menikah usia 23 tahun  G1P1A0  Saat hamil Miftahurahman, ibu
mengalami mual-muntah hingga usia kehamilan sekitar 3 bulan  Saat hamil nafsu makan ibu meningkat
F. Riwayat Kelahiran  Ibunya melahirkan Miftahurahman pada usia kandungan 38 minggu (aterm) 
Persalinan secara sectio caesaria karena kehamilan mengalami ketuban pecah dini BB pada saat lahir
3,2 kg

G. Riwayat Pemberian Makanan  ASI selama 2 tahun tidak disertai minum susu formula  Diberikan
makanan tambahan bubur SUN saat umur 6 bulan  Nafsu makan anak baik, sehari makan 3 kali  Anak
senang mengkonsumsi permen, minuman dingin/es  Anak tidak menyukai sayur  Makanan yang
dikonsumsi sekarang adalah nasi, ikan kadang-kadang, ayam  kadang kadang Sekarang anak tidak
minum susu

H. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan  BB Sekarang : 21,3 kg  Mulai duduk usia 6 bulan 
Anak mulai berdiri usia 11 bulan  Anak bisa berjalan usia 1 tahun  Saat ini anak berusia 6 tahun 3
bulan dan mengalami perkembangan yang aktif, anak juga sudah duduk di Taman Kanak-kanak. I.
Riwayat Imunisasi  Imunisasi lengkap J. Riwayat Kepribadian, Sosial, dan Lingkungan  Senang
bermain dengan teman-teman sebayanya  Dekat dengan ibunya  Mudah dekat dengan orang  Diasuh
oleh ibunya sendiri  Aktifitas dilingkungan bermain cukup baik III.

PEMERIKSAAN FISIS Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Berat bada n : 21,3 kg A.
Tanda vital :  Nadi : 60 x/menit  Pernafasan : 30x/menit  Suhu : Normal B. Pemeriksaan fisis
keseluruhan Kepala-Leher Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-) Kepala : Bentuk
normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna Mata OD hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
: Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak
edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-) OS : Bentuk
normal, Konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak edema, pupil
bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak

Hidung ada serumen : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, terdapat

Mulut sekret berwarna hijau kental : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah tidak
kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut
tidak ada Pertumbuhan gigi Leher
Thorax kelainan : Normal : Pembesaran KGB -/: Inspeksi :  Bentuk dan ukuran     : Bentuk dada
kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan dinding dada simetris Permukaan dada : Papula (-),
purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena kolateral (-), massa (-). Iga dan sela iga : Pelebaran ICS
(-) Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri dan kanan Fossa jugularis :
Tidak tampak deviasi Tipe pernafasan : Torako-abdominal

Palpasi  Trakea    V linea parasternal sinistra Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan : Tidak ada
deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS

Perkusi    Sonor seluruh lapang paru Batas paru-hepar : Inspirasi ICS V, Ekspirasi ICS V Batas paru-
jantung :  Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra  Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi   Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-). Pulmo :  Vesikuler (+) pada seluruh
lapang paru  Rhonki (-/-)  Wheezing (-/-)

Abdomen Inspeksi    : Bentuk Umbilicus Permukaan Kulit : Simetris : Masuk merata : Tanda-tanda
inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-),spider navy   (-). Distensi (-) Ascites (-)

Auskultasi    Bising usus (+) normal Metallic sound (-) Bising aorta (-)

Perkusi   Timpani pada seluruh lapang abdomen (+) Nyeri ketok (-)

Palpasi    IV. V. Nyeri tekan epigastrium (-) Massa (-) Hepar / lien : tidak teraba

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan pemeriksaan DIAGNOSIS ISPA (Infeksi Saluran


Pernafasan Akut)

VI.

PENATALAKSANAAN  Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah : 

Glyceryl Guaiacolate 5 – 12 tahun = 100-200 mg, 3-4 kali sehari. Paracetamol tablet 500 mg 3x ½ tab
10-15 mg/kg BB/x 210- 315 mg Vitamin C 45 mg/ hari

Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk : 1. Makan secara teratur, mengurangi
minum yang dingin-dingin, hindari perokok, larang anak untuk mencoba menghisap rokok. 2.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi dan mengkonsumsi vitamin bila
perlu. 3. Istirahat yang cukup.

I.

Tanda vital :   

II.Nadi Pernafasan Suhu : 62 x/menit : 30 x/menit : 36,8oC


Pemeriksaan fisis keseluruhan Kepala-Leher Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna Mata OD hitam terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral superior
et inferior tidak edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), OS mata
cekung (-) : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik, palpebral superior et inferior
tidak edema, pupil bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak

Hidung ada serumen : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, terdapat

Mulut sekret berwarna hijau kental : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah tidak
kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah,

faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada Pertumbuhan gigi Leher kelainan :
Normal : Pembesaran KGB -/-

Thorax :

Inspeksi :  Bentuk dan ukuran     : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
dinding dada simetris Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena
kolateral (-), massa (-). Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-) Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis
: cekung, simetris kiri dan kanan Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi Tipe pernafasan : Torako-
abdominal

Palpasi  Trakea   V linea parasternal sinistra Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan : Tidak ada
deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS

Perkusi    Sonor seluruh lapang paru Batas paru-hepar : Inspirasi ICS V, Ekspirasi ICS V Batas paru-
jantung :  Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra  Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi   Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-). Pulmo :  Vesikuler (+) pada seluruh
lapang paru  Rhonki (-/-)  Wheezing (-/-)

Abdomen Inspeksi :    Bentuk Umbilicus Permukaan Kulit : Simetris : Masuk merata : Tanda-tanda
inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa (-), vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),
ekimosis (-),spider navy   (-). Distensi (-) Ascites (-)

Auskultasi    Bising usus (+) normal Metallic sound (-) Bising aorta (-)

Perkusi   Timpani pada seluruh lapang abdomen (+) Nyeri ketok (-)

Palpasi    Nyeri tekan epigastrium (-) Massa (-) Hepar / lien : tidak teraba

Ekstremitas : Tidak ada kelainan


Penatalaksaan nonfarmakologi yang diberikan berupa saran untuk :
1. Makan secara teratur, mengurangi mengkonsumsi es/ minuman dingin,memperbanyak minum air
putih. 2. Menghindari perokok, melarangg anak untuk mencoba menghisap rokok. 3. Bila anak
kedinginan segera selimuti dan menggunakan pakaian yang hangat 4. Meningkatkan daya tahan tubuh
dengan cara mengkonsumsi makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin bila perlu. 5.
Istirahat yang cukup.
III. KEADAAN PASIEN : A. Profil Pasien An. M adalah seorang anak tunggal yang hanya tinggal
dirumah bersama ibunya, sedangkan ayah pasien tidak menetap di rumah karena bekerja di luar kota.
Pasien tidur bersama ibunya, An. M sudah menginjak Taman Kanak-kanak.

B. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1
ruang TV, ruang makan, kamar mandi, dapur dan gudang penyimpanan padi serta pupuk. Ventilasi
dirumah cukup baik, ruang makan beralaskan tanah, gudang tempat penyimpanan padi dan pupuk
berdinding bilik bambu dengan keadaan kotor sehingga banyak debu disekitar gudang, Kondisi kamar
tidur dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup baik, kamar mandi dan dapur cukup bersih.
Peralatan rumah tangga yang cukup lengkap, dan terdapat 1 motor. Lingkungan disekitar rumah pasien
cukup bersih. C. Riwayat Penyakit Keluarga Dari penuturan ibu pasien diketahui bahwa kakek pasien
menderita riwayat saluran pernafasan, ibu pasien alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur.
D. Pola Konsumsi Makanan Pola Konsumsi keluarga tersebut cukup baik dengan asupan gizi. Pasien
sering mengkonsumsi es/ minuman dingin. E. Psikologi dalam hubungan antar anggota keluarga Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang lain terutama paman pasien. F.
Kebiasaan Pasien sering mengkonsumsi permen dan es/ minuman dingin. G. Lingkungan Lingkungan
pemukiman keluarga cukup bersih dan cukup tertata dengan baik. Sampah tersimpan pada tempatnya,
demikian juga dengan tata letak peralatan dan perlengkapan rumah. Hubungan dengan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal baik. H. Keadaan Pasien Pilek yang disertai sekret yang kental. Pasien minum
obat tidak teratur karena menurut penuturan ibu pasien sedang mengkonsumsi obat lain sehingga ibu
menghentikan obat pemberian puskesmas.

DISKUSI

Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun 3 bulan datang ke puskesmas diantar ibunya dengan keluhan
utama batuk berdahak berwarna hijau, tenggorokan terasa gatal,demam, pilek dengan sekret berwarna
hijau sejak 1 hari yang lalu. Demam turun sewaktu pasien diberi obat warung berupa contrexin oleh
ibunya. Pernah mengalami gejala yang sama sekitar 4 bulan lalu, ibunya membawa pasien ke dokter dan
sembuh. Kecurigaan bahwa An. M menderita ISPA berawal dari keluhan-keluhan yang dialami oleh
pasien yang relevan dengan gejala-gejala timbulnya ISPA, yakni berupa batuk, demam serta pilek. ISPA
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus namun demikian pathogen tersering yang
menyebabkan ISPA adalah virus atau infeksi gabungan virus bakteri. Keluhan An. M berupa batuk
produktif dengan sputum berwarna hijau dapat dijumpai pada beberapa pasien ISPA namun hal ini tidak
dapat membedakan secara spesifik penyebab ISPA tersebut bakteri atau virus. Untuk mengetahui lebih
jelas penyebab dari ISPA perlu dilakukan pemeriksaan sputum. An. M adalah seorang anak tunggal yang
tinggal hanya bersama ibunya dirumah, An. M sering bermain bersama pamannya yang perokok. An. M
sering mencoba menghisap rokok yang dikonsumsi oleh pamannya, selain itu paman An. M juga sering
merokok didekat An. M. Dirumah tempat tinggal An. M terlihat ruang makan yang beralaskan tanah
sehingga meningkatkan kelembaban udara di dalam rumah , terdapat gudang penyimpanan pupuk dan
padi yang berdinding bilik dengan debu yang tebal. Dari uraian yang singkat ini dapat diketahui bahwa
lingkungan menjadi salah satu faktor risiko An. M menderita ISPA. Obat yang diminum oleh An. M
adalah Glyceryl Guaiacolate,Paracetamol dan Vitamin C. An. M diberikan Glyceryl guaiacolate yang
mempunyai cara kerja mengencerkan dahak pada saluran pernapasan sehingga mempermudah
pengeluaran dahak. Oleh karena itu obat ini digunakan untuk meredakan batuk berdahak.Obat ini
bertindak sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan mengurangi viskositas sekresi dalam
trakea dan bronkus. Dosis yang diberikan pada anak-anak Glyceryl Guaiacolate 5 – 12 tahun = 100-200
mg, 3-4 kali sehari. Paracetamol adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesic) dan
menurunkan demam (antipiretik). Cara menurunkan demam dengan cara menghambat pusat pengatur
panas tubuh di hipotalamus. Pada kondisi demam, paracetamol hanya bersifat simptomatik yaitu
meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak

mengobati penyebab demam itu sendiri. Dosis dalam bentuk Paracetamol tablet 500 mg 3x ½ tab.
Vitamin C adalah vitamin yang biasa digunakan uuntuk mencegah dan mengobati demam. Vitamin C
juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai
antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Selain itu vitamin C juga
dapat memperkuat daya imunitas dalam tubuh. Selain terapi farmakologis, diperlukan terapi non
farmakologis berupa saran-saran kepada ibu An. M yang mengasuhnya, misalnya menjaga pola hidup
sehat, makan yang bergizi dan teratur serta istirahat yang cukup.

F6
Pusling
Kedurung

F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

PELAKSANAAN PUSKESMAS KELILING DI KELURAHAN KEDURUNG

LATAR BELAKANG
Kegiatan pengobatan dasar di puskesmas terbagi menjadi pengobatan dalam gedung berupa poliklinik
umum, poliklinik gigi, apotek, kesehatan ibu dan anak, ruang tindakan, serta pengobatan luar gedung
berupa rujukan kasus dan pelayanan puskesmas keliling (puskel). Adapun tujuan pengobatan dasar ini
adalah meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesia, yaitu terhentinya
proses perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang, berkurangnya penderitaan karena sakit,
mencegah dan berkurangnya kecacatan, serta merujuk penderita ke fasilitas diagnosis dan pelayanan
yang lebih canggih bila perlu. Salah satu pengobatan dasar adalah puskesmas keliling (puskel). Kegiatan
yang dilakukan hampir sama dengan poli di puskesmas yang membedakan adalah tempatnya.
Puskesmas keliling adalah kegiatan puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama yang berhubungan dengan promotif dan preventif.

Puskesmas Keliling merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang
belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Puskesmas Keliling dilaksanakan secara
berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dengan memperhatikan siklus kebutuhan
pelayanan. Unit pelayanan kesehatan keliling dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau roda 2
dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.
Fungsinya menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah
kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan puskesmas keliling yaitu;
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh
pelayanan puskesmas atau puskesmas pembantu, melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa,
dipergunakan sebagai alat transpor penderita dalam rangka rujukan bagi kasus gawat darurat,
melakukan penyuluhan kesehatan. Dengan geografis di Indonesia dan tidak tersebarnya fasilitas
kesehatan secara merata di tiap daerahnya, membuat beberapa daerah tidak memiliki akses ke
pelayanan kesehatan primer yang dekat sehingga dilakukannya program puskesmas keliling ini, dimana
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan menurunkan angka kesakitan di masyarakat.

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Pengobatan dasar disebut juga tindakan kuratif, yang termasuk dalam five levels of prevention.
Rendahnya kesadaran dan perilaku masyarakat untuk mengobati penyakitnya sedini mungkin
mengakibatkan penyembuhan menjadi sulit. Permasalahan lain juga yaitu kurang tersebarnya fasilitas
layanan kesehatan sehingga beberapa masyarakat sulit untuk mengakses pelayanan kesehatan terdekat.

PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena latar belakang di atas dan permasalahan yang ada maka diperlukan suatu upaya agar tidak
terjadi keterlambatan dalam menangani suatu penyakit dengan mendatangi langsung daerah tertentu
yang memang masih sulit untuk mengakses layanan kesehatan. Kegiatan puskesmas keliling ini juga
sudah rutin dilakukan tiap bulannya di daerah daerah terpencil.

PELAKSANAAN

Kegiatan puskesmas keliling dilakukan hari senin tanggal 28 Maret 2022 di kelurahan Kedurung. Kegiatan
dilakukan dimulai dari jam 09.00 – selesai. Kegiatan dibantu oleh tim puskesmas dan beberapa warga
setempat. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengobatan dasar dan pemeriksaan lab. Pelaksanaan
kegiatan dimulai dari pendaftaran/ registrasi menggunakan kartu BPJS/ NIK, selanjutnya pemeriksaan
fisik berupa tanda tanda vital dan penimbangan berat badan. Selanjutnya dapat berkonsultasi dengan
dokter yang ada dan jika ada yang membutuhkan pemeriksaan lab dapat di lakukan sesuai indikasi yang
ditemukan. Pemeriksaan lab yang sediakan berupa pemeriksaan kadar gula sewaktu, asam urat dan
kolestrol. Setelah selesai dari konsultasi atau pemeriksaan lab selanjutnya dibagikan obat sesuai yang
diberikan.

EVALUASI

Kegiatan puskesmas keliling berjalan dengan lancar dibantu oleh tim dari puskesmas. evaluasi untuk
kedepannya diharapkan kader kader di lingkungan daerah dapat mengingatkan dan menghimbau warga
setempat tentang kegiatan puskesmas keliling agar warga yang mungkin sedang sakit dan tidak bisa
berobat atau tidak memilki akses ke pelayan kesehatan mendapatkan pelayanan pengobatan gratis dari
puskesmas keliling. Diharapkan juga dengan adanya puskesmas keliling ini dapat meningkatkan
kesadaran dan perilaku masyarakat untuk peduli terhadap kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai