Kasmawi
110170035
2014
REFLEKSI KASUS
1. DESKRIPSI PENGALAMAN
STATUS PASIEN
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Aditya Pratama
Usia : 5 tahun
Status : anak pertama dari dua bersaudara
Alamat : Jl. Kembang, gang Mangga Rt/ Rw
Pengantar : neneknya
Keluhan Umum
Panas dan cacar air di seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Panas sudah 5 hari yang lalu, panas malam hari naik, pagi-siang
mendingan, tidak menggigil, pasien masih bisa bermain seperti biasa,
belum diobati, faktor yang memperingan dan memperberat panas tidak
tahu (pengantar). Cacar air diseluruh tubuh dan gatal, pengantar dan pasien
tidak tahu kapan muncul, mual (+), muntah (+) tidak berdarah berwarna
kuning, muntah tidak tentu, batuk (-), sakit perut diepigastrium (pasien)
Riwayat Penyakit Dahulu
Dua bulan yang lalu pernah seperti ini, sudah diobati dan sembuh
(Pengantar).
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang seperti ini, kecuali adiknya sama seperti
ini tetapi lebih dulu yang terkena pasien, adiknya tinggal di daerah Tegal
sehingga pengantar tidak tahu tentang riwayat penyakit adiknya, pasien
datang tadi malam dengan ayahnya. Teman bermain di daerah Tegal
banyak yang terkena cacar air.
Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap (BCG, hepatitis B, DPT, polio ) kecuali
campak, pengantar tidak tahu sudah berapa kali diberikan imunisasi dari
masing-masing imunisai yang sudah diberikan.
Tinjauan sistem tubuh
Nafsu makan menurun, buang air besar tidak ada masalah, buang
air kecil tidak masalah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Berat Badan : 14 kg
Tanda - Tanda Vital :
a. Suhu : 37,1 oc
b. Nadi : 124 kali/menit, reguler dan kuat
c. Napas : 32 kali/ menit
d. Tekanan Darah : tidak diukur
Pemeriksaan kepala leher :
a. Mata : konjungtiva ananemis
Sklera anikterik
b. Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
c. Bibir : tidak sianosis
d. Lidah : berselaput warna putih ditengah
e. Mulut : tidak ada lesi kulit di selaput lendir dan tidak ada tanda
peradangan
Pemeriksaan torak :
a. inspeksi : kelainan kulit (makula, papula, vesikel, pustul dan krusta),
tidak ada retraksi, simetris tidak ada yang tertinggal
b. auskultasi : jantung dan paru normal tidak ada suara tambahan
Pemeriksaan abdomen :
a. inspeksi : perut datar, kelainan kulit (makula, papula, vesikel, pustul
dan krusta), garakan peristaltik tidak tampak
b. auskultasi : bising usus 31 kali/menit
c. palpasi : tidak ada nyeri tekan
Kulit : makula, papula, vesikel, krusta si seluruh tubuh (disseminata)
DIAGNOSIS BANDING
Varicella, variola dan impetigo
DIAGNOSIS KERJA
Varicella
Setelah dilakukan anamnesis maka dapat disimpulkan bahwa kasus ini dilatar
belakangi oleh beberapa faktor diantaranya :
2. ANALISIS KASUS
Saat malakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, terapi dan edukasi saya
merasa banyak kekurangan diantaranya :
- Anamnesis masih kurang terarah kediagnosis
- Pemeriksaan fisik kulit dan interpretasinya (efloresensi) masih kurang
- Obat yang diberikan hanya sebatas nama obat tidak tahu dosisnya
- Edukasi kurang lengkap
- Tidak memanfaatkan waktu dengan tepat sehingga pasien merasa bosan
- Belum bisa membuat pasien merasa tenang
Berdasarkan kekurangan diatas, tujuan saya adalah :
- Dapat melakukan anamnesis secara sistematis dan terarah
- Dapat melakukan pemeriksaan fisik kulit (efloresensi) secara lengkap dan
tepat sampai interpretasinya
- Dapat mendiagnosis secara tepat
- Dapat memberikan obat yang lengkap dan sesuai dengan simptom dan
diagnosis
- Dapat memberikan edukasi yang tepat, lengkap dan jelas sehingga pasien
mengerti dan memahami hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
- Dapat memanfaatkan waktu sehingga pasien tidak bosan
- Dapat membuat pasien merasa senang, tenang dan percaya terhadap kita,
karena ketiga hal inilah yang sangat - sangat penting dimiliki oleh setiap
dokter
Kasus yang saya dapat adalah varicella (cacar air) yaitu penyakit menular
akut yang disebabkan oleh infeksi primer Varicella Zoster Virus (VZV). Penyakit
ini terutama mengenai anak-anak dan sangat menular, dapat melalui kontak
langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara (droplet infection). Masa
inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21 hari, sedangkan pada pasien
imunokompromais lebih singkat, yakni kurang dari 14 hari (Emmy, 2005).
Varicella Zoster Virus (VZV) masuk melalui saluran pernapasan dan konjungtiva
sampai terbentuknya kelainan kulit. Gejala yang muncul dari varicella (cacar air)
yaitu gejala prodormal 2 3 hari sebelum lesi kulit muncul berupa demam,
malaise, anoreksia dan sakit kepala. Tetapi pada anak2 sering tidak disertai gejala
prodormal. Gejala prodormal kemudian diikuti lesi kulit yang pertama kali
muncul di kepala, kemudian menyebar cepat ke badan dan ektremitas.
Konsentrasi tertinggi di daerah badan sehingga memberikan gambaran dsitribusi
sentral. Lesi ini disertai dengan pruritus (gatal) yang biasanya timbul selama
vesikel terbentuk. Lesi juga dapat terjadi pada selaput lendir orofaring, saluran
pernapasan, vagina, konjungtiva dan kornea. Lesi awal berupa makula eritematosa
yang cepat menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta dalam beberapa hari.
Gambaran khasnya adalah terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada
satu saat (polimorf) (Emmy, 2005 dan CDC, 2007)
Berdasarkan keluhan dari hasil anamnesis seperti panas (demam), mual
(+), muntah (+), sakit perut di epigastrium, dan gatal. Serta dari hasil pemeriksaan
fisik seperti suhu (37,1 oc) dan lesi kulit secara bersamaan berupa makula
eritematosa, papul, vesikel, pustul, dan krusta diseluruh tubuh. Maka terapi dan
edukasi yang diberikan adalah
- Chlorpheniramine Maleate CTM untuk mengurangi pruritus (gatal)
- Domperidon untuk antimuntah
- Antasida untuk mengurangi sakit perut
- Acyclovir sebagai anti virus
- Vitamin B compleks untuk menambah energi
- Banyak minum, minum susu dan banyak makanan bergizi (nasi, buah dan
sayur) sebagai asupan bergizi
- Tidur dan bermain dipisah dengan orang lain atau keluarganya terutama
anak-anak lain untuk mencegah penularan
Terapi yang saya berikan sesuai dengan keluhan dari pasien dan hasil
pemeriksaan fisik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak enak dari pasien, serta
mengurangi kekuatiran dari keluarganya. Sehingga diharapkan terapi yang saya
berikan berguna bagi pasien untuk mengurangi keluhan yang membuat pasien
tersebut merasa tidak enak atau sakit. Serta mengurangi kekuatiran dari
keluarganya bahwasanya panyakit tersebut dapat sembuh dan pasein dapat
beraktivitas seperti biasanya. Tujuan akhir dari terapi tersebut yaitu membuat
pasien dan keluarganya senang. Selain itu terapi yang saya berikan juga
diharapakan dapat berguna bagi saya dalam menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan untuk kedepanya.
Ketika mendapat kasus ini, saya merasa iba atau kasihan terhadap apa
yang menimpa anak tersebut dan keluarganya (adikya). Tetapi dilain sisi kasus ini
berguna untuk menambah ilmu, wawasan dan pengalaman saya dalam
berinteraksi dengan pasien dan keluarganya, yang nantinya diharapkan apabila
saya dapat kasus yang sama, saya lebih profesional dalam menggali riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, terapi dan edukasi serta tidak bingung dalam
menghadapi kasus tersebut.
Ketika berinteraksi dengan pasien dan keluarganya saya melihat pasien
tersebut tampak tidak enak atau sakit sehingga pasien tersebut merasa gelisah
karena efek dari penyakit tersebut yang menibulkan gejala. Saya juga melihat
keluarga yang mengantar (neneknya) merasa kuatir terhadap keadaan anak
tersebut.
4. ALTERNATIF LAIN
Seperti yang dijelaskan diatas, saya mempunyai beberapa tujuan setelah
dapat kasus varicella. Salah satunya adalah dapat memberikan terapi yang sesuai
dan lengkap.
Pasien yang saya dapat adalah pasien imunokompeten, sehingga terapi
tidak memerlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan
bersifat simptomatis serta pemberian antivirus, pemgobatan tersebut yaitu
- Lesi berbentuk vesikel dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah.
Misal Bedak Salisil 1% dan sejenisnya.
- Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan
salep antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi skunder. Misal
Eritromisin dosis anak: 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis),
selama sedikitnya 4 hari.
- Gatal dapat diberikan CTM (chlorpheniramine) 4 mg, dosis dewasa 1
kaplet 3 4 kali / hari, dosis usia 6 12 tahun : 0,5 1 kaplet 3 4 kali
perhari
- Dapat diberikan antipiretik dan anlgetik, tetapi tidak boleh golongan
salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya sindrom Reye
Parasetamol
anak 10 15 mg/kgBB/ kali diberikan 3 -4 kali/hari
dewasa 500 1000 mg / hari dosis maksimal 4000 mg / hari
- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi
skunder akibat garukan
- Obat antivirus yang dapat diberikan :
Pemberian antivirus untuk mengurangi lama sakit, keparahan dan
waktu penyembuhan akan lebih singkat
Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari
48 72 jam setelah erupsi kulit muncul
Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir,
valasiklovir dan famasiklovir
Acyclovir dosis dewasa: 5 800 mg selama 7 10 hari. Dosis
Anak : 20 mg / kg BB / dosis, max 800mg, pemberian 4 kali sehari
selama 5 hari
KESIMPULAN
Saya iba melihat pasien yang terkena varicella, apalagi pasien masih anak-
anak, tetapi dilain sisi dengan adanya kasus ini, saya bisa lebih mengerti dan
memahami tentang varicella. Kasus tersebut saya jadikan sebagai pelajaran yang
nantinya apabila dapat kasus yang sama, saya bisa mendiagnosis dan memberikan
terapi yang tepat dan lengkap. Tentunya untuk bisa seperti itu, saya tidak boleh
berhenti disini, tetapi harus mempelajari lagi tentang varicella baik definisi,
etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, terapi, pencegahan, prognosis.
Kasus varicella yang saya dapat memberikan pola pikir saya untuk belajar
secara mind mapping karena dengan begitu seorang dokter dapat mendiagnosis
dengan cepat dan tepat, yang nantinya akan mempengaruhi terapi dan edukasi.
Selain itu kasus ini mengajarkan bahwasanya sebagai seorang dokter bukan hanya
pandai dalam hal mendiagnosis dan terapi, tetapi ada unsur penting lainya yang
sangat penting dan wajib dimiliki oleh setiap dokter salah satunya seorang dokter
harus bersikap sopan santun, tatakrama, empati, simpati terhadap keadaan pasien
sehingga pasien merasa nyaman dan terciptalah rasa saling percaya antara dokter
dan pasien, karena itu akan mempengaruhi sugesti pasien. Untuk bisa atau
mempunyai sikap seperti diatas seorang dokter harus bisa menilai perasaan pasien
dan harus di dasari dengan pedoman tentunya dari ilmu spiritual yang didapat dari
agama.
Kasus diatas memberi atau mengingatkan saya sebagai calon dokter, kalau
saya masih banyak kekurangan baik dari segi teori maupun dari segi skill dan
pengalaman. Sehingga saya harus lebih giat dan sering belajar serta berinteraksi
dengan pasien, agar tidak terjadi kesalahan ketika saya sudah menjadi seorang
dokter.
Kedokteran adalah suatu seni, sering kali orang menganggap dokter adalah
orang yang bisa menyembuhkan. Padahal sebenarnya dokter hanya bisa
"berusaha" menyembuhkan. Dalam proses penyembuhan tersebut, disinilah
seorang dokter akan memulai karya seninya. Namun, ini bukan berarti karya seni
yang asal - asalan, tapi adalah suatu karya seni yang sangat istimewa dan
diciptakan dengan pedoman Knowladge, experience, dan selalu mengandalkan
Tuhan. Ketika interaksi antara seorang dokter dengan pasien yang di dasari
dengan moral terjalin, terciptalah disitu sambung rasa dan rasa saling percaya
antara dokter dengan pasien. Disinilah sisi humanis dari profesi dokter. Sisi
humanis sangat penting dimiliki oleh setiap dokter.
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2007. Prevention of varicella: recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP). MMWR
Dr. Ramona Dumasari Lubis, SpKK. 2008. Varicella dan Herpes Zoster.
Departemen Ilmi Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara 2008
Emmy S. Sjamsoe Daili, Sri Linuwih Menaldi dan I Made Wisnu. 2005. Penyakit
Kluit Yang Umum di Indonesia. PT Medical Multimedia Indonesia Jakarta Pusat
Luan-yin chang, li-min huang, I-shou chang dan fang-yu tsai. 2011.
Epidemiological characteristics of varicella from 2000 to 2008 and the impact of
nationwide immunization in Taiwan. BMC [Accessed 24 januari 2014].
Martin kurniawan, Norberta dessy dan matheus tatang. 2009. Varicella pada
anak. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Jl. Boulevard
Jend.Sudirman, Lippo Karawaci, Tangerang, Indonesia.