Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU
Disusun Oleh : Angela Rebecca TS
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan

Program Internship Periode November 2017 – November 2018

Propinsi DKI Jakarta

2018
ANAMNESA
 Nama : Ny. Y
 Usia : 43 tahun
 Pekerjaan : Buruh cuci
 Pendidikan : SMP
Identitas  Agama : Islam
 Status : Menikah
 Alamat : Bangka 3 No. 26 RT 003/ RW 018
 No. RM : P317107017014933
 NyY, 43 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan dengan keluhan batuk berdahak sejak  9 bulan yang
lalu, yang tidak kunjung sembuh. Batuk disertai dahak yang
berwarna putih dan semakin berat di malam hari, timbul secara
tiba-tiba dan terus-menerus. Pasien juga mengeluh nafsu makan
Riwayat yang menurun sehingga pasien merasa lemas, sering berkeringat
pada malam hari, terdapat demam yang naik turun dan
Penyakit mengalami penurunan berat badan. Pilek disangkal.
Sekarang  Pasien sempat berobat ke klinik di dekat rumah, namun selama ini
dokter mengatakan kalau pasien hanya menderita alergi dan
diberikan obat batuk. Namun, etelah obat habis keluhan dirasakan
kembali. Karena batuk yang tidak kunjung sembuh selama 9
bulan, pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan dan disarankan untuk cek sputum. Hasilnya pasien
dinyatakan mengalami TB Paru.

 Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis
sebelumnya. Pasien sempat tinggal serumah dengan kakaknya
yang menderita tuberkulosis selama 3 tahun. Waktu itu kakak
pasien menderita TB paru dan meninggal karena penyakit
tersebut di RSUD Pasar Minggu setelah menjalani pengobatan
selama 2 bulan.
Riwayat  Pasien adalah seorang buruh cuci dengan 1 anak berumur 17
tahun. Ia bekerja sebagai Buruh Cuci di dekat rumahnya,
Penyakit sedangkan suami pasien bekerja sebagai penjual bakso. Pasien
tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sempit bersama 10 orang
Sekarang keluarganya dan di lingkungan yang padat penduduk. Selain itu,
pasien tidur di lantai. Namun di rumah pasien tidak ada yang
merokok. Hubungan pasien dengan tetangganya baik, namun
pasien tampak sangat tertutup untuk penyakitnya karena takut
dibicarakan oleh lingkungan sekitarnya. Karena sudah sibuk
bekerja, pasien tidak pernah berolahraga dan jarang terpapar sinar
matahari.
 Untuk makan sehari-hari, pasien memasak sendiri dibantu oleh
kakaknya yang tinggal serumah dengannya. Setiap harinya pasien
minum air yang dimasak dari air tanah. Pasien jarang
Riwayat mengonsumsi sayuran dengan alasan kurang menyukai makan
Penyakit sayur dan buah.
 Untuk kondisi tempat tinggal pasien bisa dibilang sangat pengap.
Sekarang Hanya terdapat dua buah jendela dan satu pintu untuk
ventilasinya. Selain itu banyak barang yang menumpuk di setiap
ruangannya dan di dalam semua ruangan tidak terdapat jendela.
 Untuk berobat selama ini pasien memanfaatkan fasilitas program
BPJS di Puskesmas. Tetapi terkadang pasien juga berobat di klinik
dekat rumahnya. Namun untuk kontrol penyakit parunya pasien
rutin berobat ke poli paru Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan.
Riwayat
 Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Orang tua
Penyakit pasien dulu tinggal serumah dengannya, ayah pasien meninggal
karena penyakit jantung dan ibu pasien meninggal karena stroke.
Sekarang Rumah yang sekarang pasien tinggali bersama sanak saudaranya
merupakan rumah peninggalan orang tua mereka. Alasan mereka
tidak tinggal terpisah karena rumah tersebut adalah kenangan
dari mendiang orang tua mereka. Saat ini terdapat 10 orang yang
tinggal di rumahnya.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan


belum pernah dirawat di rumah sakit.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Kompos Mentis
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 83x/menit, reguler, isi cukup
 Nafas : 18x/menit, reguler
 Suhu : 36,2 oC (aksila)
 Tinggi Badan : 159 cm
 Berat Badan : 42 kg
 Kesan gizi : Underweight (IMT : 16.61 )
 Kepala : deformitas (-). Rambut hitam, tidak mudah
dicabut, dan tersebar merata. Nyeri tekan sinus (-)
 Mata : conjungtiva injeksi (-/-), deformitas (-), ptosis (-),
eksoftalmus (-), enoftalmus (-), xanthelasma -/-, pupil
isokor, refleks pupil langsung (+/+ ), refleks pupil tidak
langsung (+/+), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
 Hidung : deformitas (-), sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
 Mulut : lidah basah, tidak hiperemis. Stomatitis (-). T1-T1.
caries dentis (-)
 Telinga : deformitas (-), serumen (-/-)
 Leher : Trakea di tengah, JVP terlihat tidak meningkat, KGB
leher tidak teraba membesar
 Paru : simetris kanan/kiri, retraksi iga (-), massa (-).
Bunyi nafas dasar vesikuler kanan = kiri, rhonki
(+/+ pada apex paru), wheezing (-/-)
 Jantung : pulsasi iktus kordis tidak terlihat. Iktus kordis
Thorax teraba pada sela iga 5 linea midklavikula kiri,
batas jantung kanan pada sela iga 4 pada linea
sternalis kanan, batas jantung kiri pada sela iga 5
pada linea midklavikula kiri. Bunyi jantung I/II
normal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : Supel, timpani, nyeri tekan (-), massa (-), tidak
teraba adanya pembesaran hepar dan limpa,
ballottement (-/-), shifting dullness (-), bising
usus 4x/menit

 Kulit : sawo matang

 Alat Genitalia : tidak diperiksa

 Anus : tidak diperiksa

 Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, sianosis -/-, clubbing


finger -/-, atrofi otot (-/-), turgor baik.
ASPEK PERSONAL
 Alasan Kedatangan
pasien : Batuk yang tidak sembuh selama 9 bulan
 Persepsi : Pasien merasa batuk tidak akan sembuh
 Harapan : Pasien ingin sembuh
 Kekhawatiran : Pasien takut tidak bisa sembuh dan
DIAGNOSIS keluarganya tertular

HOLISTIK  ASPEK KLINIS


 Diagnosis Kerja :
Kasus baru TB paru BTA +++
 Diagnosis Banding :
Bronkopneumonia
Kanker Paru
FAKTOR RESIKO INTERNAL
 Pasien tidak bisa menelan obat tablet
 Pasien tidak pernah berolahraga di pagi hari dan jarang terpapar sinar
matahari
 Pengetahuan yang kurang tentang penyakit TB Paru
 Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan penularan TB Paru
 Pengetahuan yang kurang tentang makanan yang bergizi seimbang

DIAGNOSIS FAKTOR RESIKO EXTERNAL


 Riwayat sakit tuberkulosis pada keluarga pasien
HOLISTIK  Lingkungan tempat tinggal: rumah tinggal yang sempit, di lingkungan
pemukiman yang padat, dan sempat serumah dengan penderita TB
Paru.
 Lingkungan kerja: tidak ada faktor risiko di lingkungan kerja
 Sosial ekonomi: biaya hidup pasien ditanggung oleh pasien sendiri
beserta suaminya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

DERAJAT FUNGSIONAL
 1 (mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada
kesulitan).
TATALAKSANA
Edukasi ke pasien :
 Mengenai penyakit TB Paru, cara penularan dan pengobatannya yang
harus tuntas.
 Selalu menyediakan masker di rumah dan memakainya untuk
mencegah penularan ke keluarga dan lingkungan sekitar.
 Menjaga kebersihan rumah
Health  Tidak memakai alat makan dan minum yang sama dengan anggota
keluarga di rumah.
Promotion  Menjaga agar sirkulasi udara di rumah lancar dan mengusahakan agar
sinar matahari masuk ke dalam rumah.
 Mengenai dampak tidak minum obat TB.
 Memberi tahu pasien agar membuang ludah sembarangan seperti di
lantai kamar mandi, asbak, atau got di samping rumahnya.
 Efek samping yang ditimbulkan oleh obat TB seperti kencing
berwarna merah, ikterus, dispepsia, dan lain-lain.
Edukasi ke keluarga:
 Mengenai penyakit TB Paru dan cara penularannya.
 Selalu mengingatkan pasien untuk mengenakan masker agar
tidak menyebarkan penyakit ke anggota keluarga lainnya.
Health  Selalu mengingatkan pasien untuk minum obat.
Promotion  Tidak memakan alat makan dan minum yang sama dengan
pasien.
 Menjaga daya tahan tubuh agar tidak tertular dengan
mengonsumsi makanan yang bergizi.
Specific Protection
 Rajin berjemur di bawah sinar matahari pagi
 Tidur menggunakan alas
 Jangan terlalu capek bekerja
 Minum obat yang teratur dan jangan sampai tidak minum obat
 Rajin kontrol ke puskesmas bila obat habis.
 Konsumsi vitamin dan susu yang diberikan
 Makan makanan yang bergizi seimbang
TATALAKSANA
Early Detection & Prompt Treatment
 Pemberian obat KDT Kategori I 3 Tablet, GG 3 x 100 mg, Vitamin B
komplek 1 x 1.
 Pemeriksaan dahak pada akhir fase awal pengobatan, bulan kelima,
dan bulan keenam.
 Edukasi pasien untuk mengonsumsi makanan yang tinggi protein

 Disability Limitation (-)


 Rehabilitation (-)
Indikator keberhasilan:

 BTA (-) pada pemeriksaan di akhir bulan kedua hingga akhir


pengobatan
 Berat badan meningkat
FOLLOW-UP
& INDIKATOR Pola makan :
KEBERHASIL
AN  Makan makanan yang tinggi protein

Aktivitas fisik:

 Pasien rajin jalan pagi agar terpapar sinar matahari pagi


LAMPIRAN FOTO
BAGIAN
DEPAN
RUMAH
RUANG TAMU
KAMAR
KAMAR
KAMAR
MANDI
TEMPAT
JEMURAN
KAMAR
FOTO
BERSAMA
PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
 Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
DEFINISI (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
 Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 jika
dibandingkan dengan data tahun 1990. Angka prevalensi TB yang
pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000 penduduk, pada tahun
2015 ditargetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk. Berdasarkan
hasil survei prevalensi TB tahun 2013, prevalensi TB paru smear
positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke atas sebesar 257.

EPIDEMIOLOGI
 Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di
Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB
baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB
di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk
dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh karena itu
kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar
ETIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai