Oleh:
H1AP20013
Pembimbing
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik Anestesi RSUD dr. M. Yunus, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Zulkimaulub Ritonga, Sp. An sebagai
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah memberikan
masukan-masukan, petunjuk serta bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik
material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1.2.1. Menganalisis persiapan pre-anestesi terhadap pasien dengan
carcinoma mammae.
1.2.2. Menganalisis intra-operatif pasien dengan carcinoma mammae.
1.2.3. Menganalisis post-operatif pasien dengan carcinoma mammae.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi Penulis
1. Laporan kasus ini diharapkan bisa menjadi kesempatan bagi penulis untuk
mengintegrasikan ilmu yang telah didapat selama stase anestesi dan terapi
intensif dengan melakukan pembedahan kasus secara ilmiah.
2. Laporan kasus ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis mengenai general anestesi pada pasien dengan
carcinoma mammae.
2.1. IDENTITAS
Nama : Ny. AL
Umur : 46 tahun
Suku bangsa : Bengkulu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Seluma
MRS : 26 Desember 2020
2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Muncul benjolan pada payudara kanan sebesar telur puyuh yang semakin
membesar sejak 1 tahun yang lalu.
2.7. FOLLOW UP
a. PRE-OPERATIF
Pasien tiba di ruang OK
Kondisi pasien:
- KU : Tampak sakit ringan
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 87 x/menit
- RR : 18 x/menit
- SpO2 : 100%
5 Aman :
Amankan pasien
Amankan diri
Amankan alat anestesi
Amankan obat-obatan anestesi
Amankan Lingkungan
1. Amankan Pasien
Anamnesis pasien menanyakan keluhan pasien, riwayat operasi, riwayat
alergi, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat merokok dan mengkonsumsi
alkohol. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Informed Consent
Pembedahan dan Pembiusan dengan status ASA I. Premedikasi yang
diberikan pada pasien yaitu Ondansentron 4 mg. Puasa 6 jam pre operasi.
Cairan infus yang diberikan Ringer Laktat dengan cairan pengganti puasa: 6
jam x 2 ml/kg jam x 65 kg = 780 cc.
Lakukan pemeriksaan 6B pada pasien yang akan dioperasi. Pemeriksaan
6B pada kasus ini sebagai berikut.
B1 (Breath)
Airway : Clear
Frekuensi pernafasan : 18 x/menit
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : (-)
Riw. asma/sesak/batuk/alergi: -/-/-/-
B2 (Blood)
Akral : Hangat/merah/kering
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 87 x/menit
T/V : Cukup
Temperatur : 37oC
Konj.palp inferior pucat/hiperemis/ikterik :-/-/+
B3 (Brain)
Sensorium : Compos Mentis
RC : +/+
Pupil : Isokor
Reflek fisiologis :+
Reflek patologis :-
Riw. kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/ pandangan kabur :-/ -/
-/-
B4 (Bladder)
Urin :+
Volume : Cukup
Warna : Kuning pekat
Kateter :+
B5 (Bowel)
Abdomen : soepel, nyeri tekan (+) di regio epigastric
dan hipokondrium dextra, murphy sign (+)
Peristaltic : (+) N
Mual/Muntah : +/+
BAB/Flatus : +/+
NGT :-
B6 (Bone)
Fraktur :-
Luka :-
Oedem :-
2. Amankan diri
Pastikan penolong dalam kondisi sehat
Menggunakan alat pelindung diri
5. Amankan lingkungan
Memastikan lingkungan tempat operasi sudah siap dan lengkap
untuk digunakan.
b. INTRA-OPERATIF
Induksi Anestesi
- Injeksi fentanyl 10 cc (100 mcg), propofol 10 cc (100 mg),
Midazolam 3 mg, Atracurium Besylate 3 cc (30 mg).
- Inhalasi dengan Sevoflurance 3%
- Intubation
- Terpasang ETT no. 7 dan guedel no. 4
Durante Operasi
Lama operasi 2 jam
HR: berkisar 80-100 x/menit
Saturasi oksigen berkisar antara 99%-100%
Cairan yang keluar: Perdarahan (1.500 cc)
12.00 88 100% -
12.15 85 100% -
12.30 87 100% -
12.45 91 100% -
Perdarahan
Tabung suction: 1.000 cc
Kassa kecil: 10 x 10 = 100 cc
Kassa besar: 4 x 100 cc = 400 cc
Perkiraan total perdarahan: 1.500 cc
Volume urin: 200 cc
IWL: 15 X 65 kg/24 jam = 975/24 jam = 40,62/jam = 41 cc/jam
Cara pemberian
Jam I : (50% x pengganti puasa) + stress operasi
(50% x 760) + 546 = 926 cc kristaloid
Jam II : (50% x pengganti puasa) + pengganti jumlah pendarahan
o Pengganti jumlah pendarahan sebanyak (1.500 cc)
o 10% pertama dari EBV (455 cc) = 455 cc kristaloid
o 10% kedua dari EBV (455 cc) = 455 cc koloid
Jadi, jam kedua = 380 cc + 455 cc = 835 cc kristaloid, 455 cc koloid
3.1.2. Epidemiologi
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data
Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik; Badan
Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)
dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di
Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau
18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat
diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari
80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya
pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya
rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara
optimal.
3.1.4. Patogenesis
1. Ekspresi Gen Dalam Kanker Payudara
Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yang wujud antaranya adalah
alfa (α) dan beta (β) (dikenali sebagai ERα dan ERβ). Berbagai macam
jaringan dalam tubuh manusia mengekspresikan reseptor ERα antaranya
adalah payudara, ovarium, endometrium manakala ginjal, otak paru-paru
dan beberapa organ lain mengekspresikan reseptor ERβ. Peranan ERβ
berhubungan dengan karsiogenesis tetap kontroversi manakala peranan
protein ERα sebagai penyebab kanker sudah jelas.
Kedua subtipe ER memiliki ikatan DNA yang kuat dan bertempat
dalam inti dan sitosol sel. Apabila estrogen masuk kedalam sel, ia akan
berikatan dengan ER dan komplex tersebut akan bermigrasi ke dalam
nucleus dan menyebabkan proses traskripsi protein yang selanjutnya
menyebabkan perubahan pada sel. Oleh karena sifat proliferasi estrogen,
stimulasi selular dapat memberikan efek negative pada pasien yang
memiliki jumlah receptor yang banyak didalam sel.
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,
ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem
kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah.
c. Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
d. Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar,
lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik,
ini disebut “tanda kembang kol”.
e. Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.
3.1.6. Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan Utama
1. Benjolan di payudara
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
4. Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
5. Benjolan ketiak dan edema lengan
Keluhan Tambahan
1. Nyeri tulang (vertebra, femur)
2. Sesak dan lain sebagainya
Gambar 3.1. Teknik melakukan inspeksi payudara dan daerah sekitarnya dengan lengan
di samping, di atas kepala, dan bertolak pinggang.
Gambar 3.2. Teknik melakukan palpasi parenkim payudara untuk identifikasi tumor
primer dan palpasi aksila, infraklavikula, dan supraklavikula untuk identifikasi
pembesaran getah bening regional.
2. USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa
kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya:
o Permukaan tidak rata
o Taller than wider
o Tepi hiperekoik
o Echo interna heterogen
o Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam
tumor membentuk sudut 90 derajat
Penggunaan USG untuk tambahan mamografi meningkatkan
akurasinya sampai 7,4 %. Namun USG tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai modalitas skrining oleh karena didasarkan
penelitian ternyata USG gagal menunjukan efikasinya.
6. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode
pemeriksaan menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi
antigen dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk
preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan
subtipe kanker payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi
sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk
kanker payudara adalah:
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor
progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67
Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok
parafin (spesimen core biopsy dan eksisi), dan dapat juga dari hapusan
sitologi atau cell block. Pemeriksaan harus dilakukan pada spesimen
yang difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil
dinyatakan positif apabila > 1% inti sel terwarnai (baik dengan
intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).
Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah
direkomendasikan untuk karsinoma payudara invasif (DCIS tidak
dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus dilakukan pada
blok paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan NBF 10% dan tidak
dapat dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil dinyatakan HER2 positif
pada HER2 +3, sedangkan HER2 +2 memerlukan pemeriksaan
lanjutan berupa hibridisasi in situ.
3.1.6.3. Stadium
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak dinilai
Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting
tanpa tumor
T1 Tumor ≤2 cm
T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm
T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm
T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm
T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm
T3 Tumor >5 cm
T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada
atau kulit
T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)
T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit
M (Metastasis)
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
3.1.7. Tatalaksana
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat (termasuk penetapan stadium). Diagnosa dan terapi pada
kanker payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif.
Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau
stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung
ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu
juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based,
cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end
of life isssues.
3.1.7.1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara.
Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb.
Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan, dapat dilakukan
pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan
seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai
diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara
en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB.
Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah
terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan
payudara, kompleks putting-areola, otot pektoralis mayor dan
minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara
en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara,
namun dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan
makin kecilnya tumor yang ditemukan maka makin
berkembang operasi operasi yang lebih minimal. Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Total (Simple) Mastectomy
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
d. Skin Sparing Mastectomy
Skin sparing mastectomy adalah operasi pengangkatan
seluruh jaringan payudara beserta tumor dan nipple areola
komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin
serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus disertai
rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini
dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini
yang tidak memenuhi sarat untuk BCT.
e. Nipple Sparing Mastectomy
Nipple sparing mastectomy adalah operasi pengangkatan
seluruh jarungan payudara beserta tumor dengan
mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi
payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan
ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer dan potong beku sub
areola: bebas tumor.
f. Breast Concerving Treatment
Breast concerving treatment adalah terapi yang
komponennya terdiri dari lumpektomi atau segmentektomi atau
kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi.
g. Mastektomi dengan Teknik Onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi
yang mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan
jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau
dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat
dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan
menggunakan tissue expander sebelumnya.
3.1.7.2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat
atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
lokal/setempat. Obat sitostotika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat
ini sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant,
neoadjuvan, dan primer (paliatif).
1) Terapi adjuvant diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi. Tujuan terapi adalah untuk memusnahkan sel-sel
kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro
metastasis).
2) Terapi neoadjuvan diberikan mendahului/ sebelum pengobatan/ tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil.
3) Terapi primer sebagai pengobatan utama pada tumor ganas yang diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif.
Regimen yang sering digunakan mengandung kombinasi siklofosfamid
(C), metotreksat (M), dan 5-FU (F). Oleh karena doksorubisin merupakan
salah satu zat tunggal yang paling aktif, zat ini sering digunakan dalam
kombinasi tersebut.
3.1.7.3. Radioterapi
Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA
dengan gangguan proses replikasi dan menurunkan risiko rekurensi lokal dan
berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara.
Radiasi bila :
Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
Tumor sentral / medial
KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. 6
Indikasi BCT :
Tumor tidak lebih dari 3 cm
Atas permintaan pasien
Memenuhi persyaratan sebagai berikut: • Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral • Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik • Bukan ductal carcinoma in situ
(DCIS) atau lobular carcinoma in situ (LCIS) • Belum pernah diradiasi
dibagian dada • Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau
skleroderma • Memiliki alat radiasi yang adekuat
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (IIIA)
Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target
Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi
adjuvant, dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi
target
b) Inoperabel (IIIB)
Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal
terapi
Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi +
kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi
target
Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa radiasi
adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target
Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy.
Kemudian diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10
Gy.
4. Kanker payudara stadium lanjut
Prinsip :
Sifat terapi paliatif
Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi
hormonal)
Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan
3.1.8. Pencegahan
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara.
Pencegahan primer berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko
yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker secara
sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti
yang telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya. Prevensi primer
agar tidak terjadi kanker payudara saat ini memang masih sulit; yang bisa
dilakukan adalah dengan meniadakan atau memperhatikan beberapa faktor
risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara.
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining
kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau
kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan dari skrining adalah
untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka
kematian.Pencegahan sekunder merupakan primadona dalam penanganan
kanker secara keseluruhan.
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau
kelompok orang yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang
mungkin kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi.
Skrining ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil
pengobatan menjadi efektif; dengan demikian menurunkan kemungkinan
kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
3. Mammografi skrining
3.1.9. Prognosis
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara
ditunjukkan oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis
penderita keganasan payudara diperkirakan buruk juka usianya muda,
menderita kanker payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya
triple negatif yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR
negatif, dan respon reseptor permukaan sel HER-2 juga negatif. Persentase
harapan hidup lima tahun penderita payudara dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Pasien pada kasus ini termasuk dalam kategori ASA I, pasien menderita
carcinoma mammae dextra tanpa adanya penyakit sistemik lain.