Anda di halaman 1dari 4

Time of Death

Penentuan waktu kematian sangatlah penting dalam kasus pidana maupun


perdata. Dalam kasus kriminal, penentuan waktu kematian dapat mengatur waktu
terjadinya pembunuhan, mengeliminasi atau mengungkap siapa
tersangkanya, mengkonfirmasi atau menyangkal alibi. Dalam kasus perdata,
waktu kematian dapat menentukan siapa yang mewarisi properti atau apakah polis
asuransi dapat dikeluarkan .  Sayangnya, semua metode yang sekarang digunakan
untuk menentukan waktu kematian pada tingkat tertentu tidak dapat
diandalkan dan tidak akurat. Sehingga memberikan jawaban yang tidak jelas atau
meragukan. Semakin lama interval postmortem, yaitu waktu antara kematian dan
upaya untuk menentukan waktu kematian, semakin kurang tepat estimasi
intervalnya. Salah satu aspek yang jelas dari penentuan waktu kematian yang
sering tidak dipertimbangkan adalah bahwa waktu terjadinya cedera fatal belum
tentu merupakan waktu kematian. Seseorang dapat mengalami luka fatal
yang parah, namun tetap dalam keadaan tidak sadar selama berjam-jam sebelum
kematian (Gambar 2.1).
Beberapa faktor yang telah digunakan dalam menentukan waktu kematian:
Livor mortis
Rigor mortis
Suhu tubuh
Tingkat dekomposisi
Perubahan kimiawi dalam vitreous
Aliran-sitometri
Isi perut
Aktivitas serangga
Tempat kejadian perkara (kertas, surat, pakaian, televisi, jadwal TV, dll.)
Livor Mortis
Livor mortis (lividity, postmortem hypostasis) adalah warna ungu
kemerahan di daerah tertentu dari tubuh akibat akumulasi darah dari pembuluh
darah kecil pada bagian tubuh terbawah mengikuti gravitasi (Gambar 2.2
A). Luka postmortem kadang-kadang disalahartikan sebagai memar oleh orang
awam.
Area tubuh yang bertumpu pada permukaan yang keras akan tampak lebih
pucat, berbeda dengan livor mortis karena pada area ini terjadi kompresi yang
mencegah penumpukan darah. Dengan demikian, area yang menopang berat
tubuh, misalnya, tulang belikat, bokong,
Gambar 2.1. Luka kontak pelipis kanan dengan .357 Magnum. Almarhum hidup 1 jam
dan 34 menit tanpa life support systems.

Gambar 2.2. (A) Livor mortis pada area tubuh dependen (lanjutan).
dan betis pada individu yang berbaring telentang, tidak menunjukkan livor mortis,
tetapi tampak sebagai area pucat atau memucat (Gambar 2.2 B, C). Pakaian ketat,
misalnya bra, korset, atau ikat pinggang, yang menekan jaringan lunak, dapat
menghancurkan pembuluh darah, juga menghasilkan area pucat.
Livor mortis biasanya, tetapi tidak selalu, memiliki warna merah ceri
hingga merah muda pada kematian karena karbon monoksida. Diakibatkan oleh
karboksihemoglobin. Pewarnaan yang sama juga dapat disebabkan oleh paparan
tubuh terhadap suhu dingin dan kematian akibat sianida. Area merah terang pada
livor mortis juga terlihat disekitar chest tube. 
Gambar 2.2. (lanjutan) (B) Pemucatan pada area bokong dan bahu yang terjadi
karena kompresi pada pembuluh darah oleh berat dari tubuh. (C) Bayi dengan wajah
pucat karena berbaring dengan wajah menghadap ke bawah di tempat tidur bayi.

Dari ketiga hal yang disebutkan di atas, pewarnaan disebabkan oleh


dominasi hemoglobin beroksigen. 
Livor mortis biasanya terlihat dalam 30 menit sampai 2 jam setelah
kematian. Pada individu yang sekarat dengan kematian perlahan
dengan gagal jantung terminal, livor mortis sebenarnya dapat muncul sebelum
kematian atau antemortem. Livor mortis berkembang secara bertahap,
biasanya mencapai pewarnaan maksimum pada 8-12 jam setelah kematian. Pada
saat ini, hal itu dikatakan "menetap". Sebelum menetap, livor mortis akan
bergeser apabila jenazah digerakkan. Jadi, jika seseorang meninggal dengan
berbaring telentang, livor mortis terbentuk di posterior, yaitu di punggung. Jika
seseorang membalikkan tubuhnya, darah akan mengalir ke permukaan anterior
tubuh. Livor mortis menjadi "menetap" saat pergerakan atau drainase darah tidak
lagi terjadi, atau ketika darah bocor keluar dari pembuluh darah ke jaringan lunak
sekitarnya karena hemolisis dan kerusakan dari pembuluh darah. Livor mortis
yang menetap dapat terjadi sebelum 8-12 jam jika dekomposisi dipercepat, atau
pada 24-36 jam jika tertunda karena suhu dingin. Jadi, pernyataan bahwa livor
mortis “menetap” pada 8-12 jam sebenarnya hanyalah sebuah generalisasi yang
samar-samar. Livor mortis yang belum menetap dapat dibuktikan dengan
menerapkan tekanan ke area berwarna merah keunguan, maka area yang diberi
tekanan tersebut akan memucat. 
Meskipun livor mortis dapat disamakan dengan memar, memar
jarang disamakan dengan livor mortis. Pemberian tekanan pada area yang
memar tidak akan menyebabkan pemucatan. Sayatan ke area memar menunjukkan
perdarahan yang menyebar ke jaringan lunak. Sebaliknya, sayatan di area livor
mortis menunjukkan darah terkurung di pembuluh, tanpa darah di jaringan lunak. 
Livor mortis juga terjadi secara internal, dengan pengendapan darah di
bagian-bagian tertentu pada suatu organ. Paling jelas terlihat di paru-paru. 
Saat darah menumpuk di area tertentu, tekanan darah yang mengendap
dapat merusak pembuluh kecil, sehingga membentuk petechiae ( perdarahan kecil
atau bintik Tardieu) dan purpura (bercak perubahan warna keunguan) (Gambar
2.3). Ini biasanya membutuhkan waktu 18-24 jam dan sering kali menunjukkan
bahwa dekomposisi akan segera terjadi. Fenomena ini lebih sering terjadi pada
kematian asfiksia atau kematian lambat . Sayangnya, seiring berjalannya waktu,
tidak dapat ditentukan dengan pasti apakah purpura yang dihasikan adalah ante
atau postmortem. Kehadiran petechiae dan purpura hanya di area tertentu dapat
menunjukkan asal postmortem. Pada anggota tubuh yang tergantung di sisi tempat
tidur atau di kaki dan lengan seseorang yang digantung, bintik Tardieu dapat
berkembang lebih cepat, muncul dalam waktu 2-4 jam setelah kematian.

Anda mungkin juga menyukai