Anda di halaman 1dari 3

www.klinikindonesia.

com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 1

Livor Mortis
Oleh : Muhammad al-Fatih II

Nama lain livor mortis antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post
mortem sugillation, dan vibices.

Livor mortis adalah bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi
terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja
pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras.

Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama
bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis.
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira
kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi
mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis
sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam.

Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :

1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.


2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.

Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat.
Masing-masing sesuai dengan posisi mayat.

Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun
telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping
leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi.

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 2

Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian
ventral tubuh, dan ekstensor tungkai.

Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia
eksterna.

Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar,
posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus
yang dibawah (dalam rongga panggul).

Ada 3 faktor yang mempengaruhi livor mortis, yaitu :

1. Volume darah yang beredar.


2. Lamanya darah dalam keadaan cepat cair.
3. Warna lebam.

Volume darah edar yang banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi, misalnya
pada CFC. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit,
misalnya pada anemia.

Lamanya darah dalam keadaan cepat cair tergantung dari fibrinolisin dan kecepatan koagulasi darah
post mortem.

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian, yaitu :

1. Merah kebiruan merupakan warna normal lebam.


2. Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin.
3. Merah gelap menunjukkan asfiksia.
4. Biru menunjukkan keracunan nitrit.
5. Coklat menandakan keracunan aniline.

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 3

Ada 5 macam interpretasi livor mortis, yaitu :

1. Tanda pasti kematian.


2. Menaksir saat kematian.
3. Menaksir lama kematian.
4. Menaksir penyebab kematian.
5. Posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati.

Livor mortis harus kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah
darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika
irisan jaringan kita siram dengan air.

Daftar Pustaka

• Bahan kuliah Ilmu Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin


Makassar.

• Arif Mansjoer dkk. (ed.). Ilmu Kedokteran Forensik dalam Kapita Selekta Kedokteran Ed. III Jl.
II. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.

Update : Makassar, 24 Februari 2007

Sumber : www.klinikindonesia.com (menerima sumbangan artikel kesehatan & kedokteran)

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online

Anda mungkin juga menyukai