Anda di halaman 1dari 13

I.

Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tanggal masuk RS Tanggal Pemeriksaan : Tn.A : 45 Thn : Laki-laki : Islam : Buruh tani : Panguragan : 05-12-2011 : 06 12 2011

II.

Anamnesis ( Autoanamnesis tanggal 06 12 2011 )

Keluhan utama Keluhan tambahan

: Pasien merasa nyeri pada bekas operasi colostomy : Mual

Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri pada daerah bekas operasi colostomy 3 hari sebelum masuk rumah sakit nyeri yang dirasakan menjalar sampai ke epigastrium ,pasien juga mengeluhkan mual dan muntah saat terjadi nyeri.Pasien menyatakan tidak dapat Bab dan flatus. Saat datang ke Rumah sakit pasien direncakan untuk dilakukan laparatomy untuk dilakukan colostomy ulang

III.

Pemeriksaan Fisik

Status generalis Keadaan umum Kesadaran Vital sign : Tampak sakit sedang : compos mentis : TD : 130/80 Nadi : 80 x RR : 20 S Kepala Mata : 36

: normocephal : Conjuctiva tidak anemis dan tidak ikterik, pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+

Thoraks Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis teraba Perkusi : batas jantung normal Auskultasi : BJ I-II regular, murmur -, gallop Pulmo : Inspeksi : pergerakan hemitoraks kanan dan kiri simetris Palpasi : fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri simetris Perkusi : sonor diseluruh lapang paru Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen Inspeksi : Tidak terlihat adanya masa

Palpasi : Nyeri tekan + pada daerah luka, Nyeri ketok CVA -/Perkusi : Timpani Auskulltasi : Bising (+) Normal Genitalia : tidak ada kelainan Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-

IV.

Pemeriksaan Penunjang Lab darah rutin WBC Lymphosit Monosit Granulosit RBC : 6,90 : 2,90 : 1,30 : 2,70 : 4,92

Haemoglobin Haematocrit MCV MCH MCHC PLT

: 15,20 : 47,40 : 95,60 : 30,60 : 32,50 : 404

V.

Pembahasan Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri pada daerah bekas operasi colostomy 3 hari sebelum masuk rumah sakit nyeri yang dirasakan menjalar sampai ke epigastrium ,pasien juga mengeluhkan mual dan muntah saat terjadi nyeri.Pasien menyatakan tidak dapat Bab dan flatus. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan bising usus,terdapat adanya nyeri tekan pada abdomen

VI.

Diagnosis Banding

VII.

Diagnosis Kerja Post Colonostomy(Relaparatomy)

VIII. Penatalaksanaan IVFD Ceptazidim Tramadol Ranitidin Rencanan dilakukan Colostomy


4

IX.

Prognosis : Dubia ad Bonam : Dubia ad bonam

Quo ad Vitam Quo ad functionam

BAB I
. KOLOSTOMI

Kolostomi adalah tindakan membuka dinding abdomen, di mana ujung dari kolon dikeluarkan melalui bukaan tersebut dan membentuk stoma. Kolostomi dilakukan bila sebagian dari kolon diangkat karena adanya proses keganasan, kelainan kongetinal, obstruksi usus, atau diverticulitis yang mengenai usus tersebut. Lokasi kolostomi pada abdomen tergantung dari bagian kolon yang digunakan untuk membentuknya tipe kolostomi yang dilakukan. Stoma terlihat pada dinding abdomen terdiri dari jaringan mukosa usus yang lembab, hangat dans mesekresi mukosa sejumlah kecil mucus.

Merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap. Kolostomi sementara dibuat, misalnya pada penderita dengan gawat perut dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk pengamanan anastomosis, aliran feses dialihkan sementara melalui kolostomi dua stoma yang biasanya disebut stroma laras ganda. Dengan cara Hartmann, pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di perut telah ada. Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut QuenuMiles berupa anus preteranaturalis benar. Esofagostomi, gastrostomi, yeyunustomi, dan sekostomi biasanya merupakan stoma sementara. Ileostomi dan kolostomi sering berupa stoma tetap.

Indikasi kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal. Kolostomi dapat berupa stoma kalt (loop kolostoma) atau stoma ujung (end kolostoma). Pada kolostoma sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula. Banyak penderita mengadakan pembilasan sekali sehari sehingga mereka tidak terganggu oleh pengeluaran feses dari stomanya. Kolostoma pada kolon transversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon transversum tidak padat, sehingga lebih mudah diatur. Anus preternaturalis sering menyebabkan penyulit. Hernia parastoma dapat berisi kolon, omentum, atau usus halus yang sering terjadi pada orang gemuk. Prolaps, stenosis, nekrosis, dan retraksi merupakan komplikasi teknik yang kurang sempurna. Infeksi dinding perut kadang terjadi dan iritasi kulit sering dilihat dikarenakan rangsang sisa pencernaan. Terapi entrostoma merupakan ahli yang bertugas khusus untuk merawat dan membimbingpenderiata dan keluarganya untuk mengahadapi anus dengan preternaturalis.

Gambar 8. Reseksi dan kolostomi Tidak seperti anus, stoma tidak mempunyai katup atau otot sehingga pengeluaran feses tidak dapat di control. Pasien-pasien dengan keadaan berikut membutuhkan kolostomi: 1. Necrotizing enterocolitis 2. Hirschprung disease 3. Meconeum ileus 4. Imperforate anus 5. Complex hindgut anomalies 6. Intensinal malrotation/volvulus/atresia 7. Esophageal atresia with or without trachesophageal fistula 8. Trauma 9. Tumor kolon 10. Colitis ulserativa 2. Tujuan Kolostomi 1. Menggantikan fungsi anus sebagai muara akhir saluran pencernaan. 2. Mengalihkan aliran feses bila ada proses patologis di distal. 3. Sebagai dekompresi pada obstruksi kolon.

3. Pembagian Kolostomi 1. Menurut lamanya 2. Kolostomi permanen (termporer) 3. Berguna untuk mengatasi obstruksi pada operasi efektif maupun tindakan darurat, dan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi pada kasusk tumor kolon, peradangan dan infeksi. 4. Kolostomi Sementara 5. Ditujukan untuk penggunaan tetap (seumur hidup), menggantikan fungsi anus bila anus dan rektum diangkat. Biasanya dilakukan kolostomi sigmoid. 6. Menurut letaknya
8

7. Ascending colostomy 8. Transverse colostomy 9. Descending colostomy 10. Sigmoid colostomy

Menurut bentuknya

1. Loop colostomy 2. Single barreled colostomy 3. Double barreled colostomy

Berdasarkan tempat kolostomy dapat dibagi menjadi: 1. Hemikolektomi kanan Untuk tumor colon ascenden. Yang dibuang adalah ileum terminale sepanjang 10-12 cm dan setengah colon transversum (colon kanan sampai dengan pangkalnya di mesocolon). Ileum yang sisa di sambung dengan colon transversum, tindakan ini disebut ileotransversotomy. 2. Hemikolektomi kiri Untuk tumor kolon descenden. Yang dibuang adalah setengah kolon transversum sampai kolon ascenden. 3. Sigmoidektomi Untuk tumor sigmoid 4. Reseksi anterior Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 proksimal dan 1/3 tengah. Bagian colon yang dibuang adalah colon descenden, sigmoid, dan sebagian rectum. Setengah colon descenden bagian atas disambung dengan rectum bagian tengah atau bawah. 5. Reseksi abdomino perineal (cara Miles) Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 distal. Rectum dan sigmoid dengan messosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfe para rectal dan retroperitoneal sampai kelenjar limfe peritoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus di eksisi dan dikeluarkan seluruhnya dengan rectum melalui abdomen.

Gambar 13. Kolostomi Teknik Pembedahan: 1. 2. Desinfeksi kulit Insisi di kuadran abdomen yang paling dekat dengan lengkung usus yang akan dieksteriorisasi. 3. 4. 5. Insisi bagian fat, fasia, otot dan perineum Keluarkan lengkung kolon tanpa melipat atau memutarnya Buat suatu lubang di mesokolon yang cukup besar untuk dilalui oleh sepotong batang gelas atau teugel dengan kateter. 6. Lakukan fiksasi dengan menjahit peritoneum. Kemudian dilanjutkan dengan menjahit fasia dan kulit dengan catgut. 7. Fasia yang dibuka terlalu lebar dijahit kembali dengan catgut chromic dengan kulitnya pula. 8. 9. Buatlah suatu insisi di apeks dari lengkung usus tadi dengan pisau. Tutupi sekitar kolostomi dengan petrolatum dan penyeka yang sebelumnya diberi salep zincoxyd/boor/vaseline. 10. Dipasang kantung kolostomi. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut stoma.

Perawatan Post Operasi: 1. 2. Beri perawatan post operasi dengan baik, observasi kemungkinan adanya komplikasi Memberikan perawatan anoplasty perineal yang baik, mencegah infeksi, yang dapat mempercepat penyembuhan a. b. Jangan meletakkan apapun pada rectum Biarkan perineum terbuka
10

c. d.

Rubah posisi kiri kanan Posisi panggul ditegakkan jika akan melakukan pembersihan atau perawatan

3.

Melakukan perawatan kolostomi dengan baik a. Cegah ekskoriasi dan iritasi b. Observasi dan catat ukuran, frekwensi, karekteristik feces

4.

Mempertahankan nutrisi yang adekuat untuk mencegah dehidrasi ketidakseimbangan Elektrolit a. NGT pada awal post operasi digunakan b. Monitor cairan parenteral

Komplikasi kolostomi: 1. Obstruksi Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. 2. Infeksi Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi. 3. Retraksi stoma/ mengkerut Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan. 4. Prolaps pada stoma

11

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan. 5. 6. Stenosis / penyempitan dari lumen stoma Perdarahan stoma

DAFTAR PUSTAKA
12

1. David C. Sabiston, Buku Ajar Bedah, Bagian Pertama, EGC, Jakarta 2002, Hal 5665

2. Mansur A dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II, FKUI. 2000. Hal 321 3. Schwartz, Shires, Spincer. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. EGC, 2002. Hal 424-425 4. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteraan EGC. 2004. Hal 672-675 5. R, Syamsuhidajat, Wim de Jong; Buku Ajar Ilmu Bedah : Jakarta EGC, 1997, hal 300 6. FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, Jilid ke 2 editor Arif Mawyur, Media Aesculapius, Jakarta 2000, hal 318-320 7. Schwartz. Principles of Surgery. Ed. 7th. The McGraw-Hills Company, 1999 8. Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabistons Essential Surgey, Alih Bahasa Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995, hal 228 231.

13

Anda mungkin juga menyukai