Oleh:
dr. Gun Gun Gunawan
Pembimbing:
Dr. dr. Rizki Diposarosa, Sp.BA., Subsp. D. A (K)
Sejarah
Alexis Littre (1658–1726), ahli anatomi Paris, dianggap sebagai orang pertama untuk
mengusulkan kolostomi atau anus buatan. Kejadian ini terjadi pada tahun 1710 selama otopsi
pada anak dengan atresia anal, alexis menjelaskan bagaimana setelah membuat sayatan di
perut, adalah hal yang mungkin untuk "membawa" bagian atas usus ke luka sayatan di perut,
yang seharusnya tidak pernah tertutup dan yang akan melakukan fungsi anus. Selanjutnya
konsep ini dilakukan pada tahun 1776, ketika kolostomi dilakukan oleh Pillore of Rouen pada
orang dewasa dengan karsinoma rektal. Pada tahun 1783, Dubois dikatakan sebagai orang
pertama yang membuat kolostomi pada seorang bayi yang memiliki atresia ani, meninggal
setelah 10 hari. Pada kasus lain ada seorang bayi yang mengalami anus imperforata, yang
memiliki kolostomi yang dibuat oleh Duret pada tahun 1793 dan masih hidup hingga 45
tahun kemudian. Selama abad ke-19, prosedur ini diperkenalkan di pusat-pusat di seluruh
Eropa dan berbagai modifikasi dikembangkan, termasuk kolostomi loop proksimal oleh
Maydl (1888). Operasi "a deux temps" yang dilaporkan pada tahun 1885 oleh Davies Colley
dari Guy's Hospital, London, terdiri dari menjahit usus ke kulit diikuti dengan pembukaan
yang tertunda setelah tepi luka yang tertutup. hal ini adalah perkembangan penting di era
ketika infeksi yang merupakan penyebab utama morbiditas. Prosedur Hartmann, dijelaskan
pada tahun 1923 untuk digunakan sebagai eksisi rektal untuk karsinoma pada saat
anastomosis usus besar ke rektum masih berbahaya, masih banyak digunakan dalam bedah
anak.
Definisi Kolostomi
Kolostomi adalah prosedur operasi yang menghubungkan bagian colon ke dinding
anterior abdominal sehingga terbentuk satu lubang pembukaan pada dinding abdomen atau
lebih dikenali sebagai stoma. Pada prosedur kolostomi ini, stoma yang terbentuk adalah asal
dari ujung colon yang telah diinsisi dan dijahit ke permukan kulit abdomen. Feses akan
Kolostomi digunakan untuk mengalihkan aliran feses dari kolon distal dan rektum,
dan mungkin bersifat sementara atau permanen. Kolostomi sementara mungkin menjadi
Hirschsprung’s, pasca cedera, atau untuk mengobati parah pada penyakit radang usus atau
infeksi. Mungkin juga sekunder prosedur untuk melindungi anastomosis distal. Kolostomi
permanen adalah diperlukan setelah eksisi radikal anorektum untuk penyakit atau
melemahkan inkontinensia tinja, misalnya karena sfingter anal disfungsi atau dismotilitas
1. Divided Colostomy
Prosedur ini memiliki keuntungan dari pengalihan tinja/feses dan memiliki risiko rendah
terjadi prolaps atau retraksi. Usus besar ditranseksi dan distal ujungnya dieksteriorkan
sebagai fistula mukosa dan ditempatkan berdekatan dengan stoma proksimal sehingga kedua
stoma dapat tertutup dalam kantong kolostomi, atau stoma dipisahkan secara luas dengan
menempatkannya pada sudut yang berlawanan dari sayatan sehingga proksimal, tetapi tidak
distal, stoma terletak di dalam kantong untuk mencegah feses masuk ke bagian distal usus
besar. Atau, stoma distal ditutup dan diganti di dalam rongga perut (prosedur Hartmann)
Gambar. 1
2. Single-end colostomy
Dalam beberapa keadaan, kolostomi mungkin diperlukan untuk jangka waktu yang lebih
lama atau permanen. Dalam keadaan ini ada keuntungan dalam membuat kolostomi akhir
terhadap penatalaksanaan atresia ani sampai tahap akhir. Tindakan kolostomi juga
akurat untuk memberikan gambaran anatomi secara lengkap terhadap kelainan ini. sayatan
melingkar untuk menawarkan potensi terbaik untuk aplikasi kantong stoma (tanpa bekas luka
masuk ke kolostomi), dan kemungkinan stoma paling kecil prolaps dan hernia parastomal.
Gambar. 2
3. Kolostomi loop.
Lingkaran usus besar dieksteriorisasi dan dibuka, tetapi tidak terbagi. Prosedur ini
memiliki keuntungan karena sederhana dan cepat untuk melakukan dan nilai khusus pada
pasien sakit parah, tetapi membawa. risiko prolaps dan retraksi yang lebih tinggi. tingkat
pengalihan tinja adalah variabel, yang merupakan kerugian dengan adanya analisis lengkap
oklusi, ketika rektum tidak dapat dibersihkan, atau dengan anorektalfistula, di mana ada
Gambar. 3
Indikasi
2. Infeksi, seperti pada kasus NEC, kolitis fulminant, fistula rektovaginal (aquired),
5. Untuk proteksi tindakan operasi kolon bagian distal dan daerah anorektum dan
rektosigmoid
Penempatan Kolostomi
Malrotasi Anorektal
Kolon desenden distal/ kolon sigmoid proksimal (high sigmoid colostomy) Preferred
site
Separated stoma (double barrel divided colostomy) Mencegah spill-over faeces dari
Hirschsprung’s Disease
Lokasi terbaik adalah didaerah dilatasi segmen yang mengandung ganglion normal yang
Kolostomi harus pada level dimana pada operasi definitif tidak diperlukan penutupan
kolostomi
Leveling colostomy (kolostomi dibuat di bagian kolon dengan persyarafan dan fungsi
Persiapan Pasien
Pasien dipuasakan 4 – 5 jam sebelum tindakan pembedahan
Dipasang infus dextrose 5% dalam larutaan NaCl 0,225% dengan tetesan sesuai
- 1 (satu) buah pipa lambung ukuran 8 F atau sesuai umur dan besar pasien
- 1 (satu) buah kateter ukuran 6 F atau sesuai umur dan besar pasien
- Benang atraumatik silk dengan jarum bulat (round) ukuran 4 – 0 dan 5 – 0 sebanyak
masing-masing 1 buah
a). Linen :
b). Instrumen :
Tehnik Pembedahan
- Pasien tidur terlentang dalam pembiusan umum dipasang pipa lambung dan kateter urethra
- Desinfeksi dinding abdomen mulai dari epigastrium sampai pertengahan paha dengan
poviodine
- Dipasang doek steril untuk mempersempit lapangan operasi pada abdomen di daerah kolon
- Insisi kulit dibuat transversal secukupnya lebih kurang 3 – 4 cm, di daerah abdomen sesuai
- Fascia muskulus Obliquus abodominis exsterna dibuka tajam sekaligus membelah otot-otot
dinding abdomen sampai ditemukan peritoneum kemudian di buka secara tajam dengan
- Setelah usus halus disisihkan dicari kolon dengan melakukan identifikasi pada taenianya,
kolon yang dibebaskan dari omentum kemudian dikeluarkan secukupnya untuk membentuk
loop kolon dan membuat lubang pada mesokolon untuk tempat masuknya tuigel (karet
pemegang) kolon agar bisa ditarik keluar rongga abdomen melalui tempat insisi
- Kolon yang telah berada diluar rongga abdomen diukur kurang lebih 3 cm diatas dinding
- Serosa kolon dijahitkan dengan peritonium melingkar sebanyak 8 jahitan sehingga tidak
- Selanjutnya fascia dan seluruh tebal dinding abdomen dijahitkan dengan serosa kolon
melingkar sebanyak 8 jahitan sehingga kolon yang tersisa menonjol diluar dinding abdomen
sekitar 1 – 11/2 cm
- Jika luka insisi masih menyebabkan kolostomi longgar maka untuk menghindarkan terjadi
- Loop kolon selanjutnya dibuat lubang sampai terbentuk 2 buah stoma kolon terpisah yang
- Dilakukan penjahitan lubang colon ( stoma yang telah dibentuk) all layer dengan kulit
- Stoma kolon yang telah terbentuk di lakukan proteksi dengan memberikan kantong plastik
Perawatan Pascabedah
- Pasien dipuasakan sampai kolostomi berfungsi dan bising usus terdengar normal pada
auskultasi
- Penilaian komplikasi awal antara lain perdarahan, peritonitis, prolaps usus halus dilakukan
- Pasien dipulangkan setelah dinilai kolostomi berfungsi baik tidak terdapat komplikasi awal
dan orangtua pasien telah dapat merawat kolostomi anaknya dengan baik dan benar
- Pasien kontrol setelah 1 (satu) minggu pulang dari perawatan inap untuk peenilaian luka
- Penilaian adanya komplikasi lanjut seperti iritasi kulit sekitar kolostomi, perdarahan dari
Stoma Care
Stoma proksimal lebih sulit perawatannya dibanding stoma yang lebih distal
Sebelum meninggalkan RS orang tua pasien harus diberi semangat dan diajari cara
perawatan stoma.
Komplikasi Kolostomi
1. Akut
- Iritasi kulit
- Kompresi vaskular
- Infeksi peristomal/abses/fistula
- Nekrosis
2. Kronis
- Pencabutan
- Stenosis/Striktur
- Varises/pendarahan peristoma
- Infeksi/peradangan kulit
- Perforasi
Komplikasi yang paling sering terjadi setelah dilakukan operasi kolostomi adalah
terbentuknya hernia di sekitar lokasi stoma. Kelainan ini ditandai adanya pembengkakan
(bulge) di permukaan kulit di sekitar lokasi stoma, sukar dilakukan irigasi dan terjadi
obstruksi partial. Selain itu, terjadi eviserasi usus karena gangguan penyembuhan luka dan
Terjadinya prolaps usus halus dan prolaps usus besar dengan invaginasi. Iritasi kulit
abdomen yang kronik oleh karena rangsangan sisa pencernaan. Terjadi retraksi pada stoma
dan stenosis pada stoma oleh karena fibrosis hingga menyebabkan stoma menyempit. Terjadi
ileus obstruksi oleh karena hernia parastoma di mana stoma berisi kolon, omentum atau usus
halus. Stoma menjadi nekrosis oleh karena gangguan peredaran darah, tekanan dan
invaginasi.
DAFTAR PUSTAKA