Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran
reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat
ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati
perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat
didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk
laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2012)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan mudah
ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan
dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam
penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post
operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini digunakan teknik operasi laparotomi medianus
cental dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral
yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari laparatomi?
2. Apa saja jenis-jenis dari laparatomi?
3. Apa indikasi diadakannya laparatomi?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien laparatomi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian dari laparatomi
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis dari laparatomi
3. Mengetahui apa indikasi diadakannya laparatomi
4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien laparatomi
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih
umum pembedahan perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Ramali
Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut
dengan operasi. Sedangkan menurut Sanusi (1999), laparatomi adalah insisi pembedahan
melalui dinding perut atau abdomen.
B. Jenis Laparotomi
Menurut Tekhnik Pembedahan
1. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)
a. Paparan bidang pembedahan yang baik
b. Dapat diperluas ke cephalad ( ke arah “kranial” )
c. Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal
d. Dipilih cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan bidang
pembedahan yang memadai
e. Dipilih pada kasus gawat-darurat
2. Insisi pada garis tranversal abdomen (Pfannenstiel incision)
Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.
Keuntungan:
a. Jarang terjadi herniasi pasca bedah
b. Kosmetik lebih baik
c. Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik
Kerugian:
a. Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
b. Tehnik relatif lebih sulit
c. Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak
Jenis insisi tranversal :
1. Insisi PFANNENSTIEL :
a. Kekuatan pasca bedah : BAIK
b. Paparan bidang bedah : KURANG
2. Insisi MAYLARD :
a. Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh karena dilakukan
pemotongan pada m.rectus abdominalis dan disisihkan ke arah kranial dan kaudal
b. Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan Lnn.Paraaortal
c. Dibanding insisi MIDLINE :
- Nyeri pasca bedah kurang.
- Penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun
- Ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses pada organ abdomen bagian
atas sangat kurang.
3. Insisi CHERNEY :
a. Perbedaan dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus dilakukan pada origo di
simfisis pubis.
b. Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan bidang pembedahan
terbatas.
4. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
5. Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan
colesistotomy dan splenektomy.

C. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi


1. Adrenalektomi: pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin
2. Apendiktomi: operasi pengangkatan apendiks
3. Gasterektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum, mengangkat sel-
sel penghasil gastrin dalam bagian sel parietal)
4. Histerektomi: pengangkatan bagian uterus
5. Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon
6. Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal
7. Pankreatomi: pengangkatan pancreas
8. Seksiosesaria: pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium melalui abdomen.
9. Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih
10. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan ovarium

D. Indikasi Bedah Laparatomi


Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan apendiksitis,
pangkreatitis, hernia, kista ovarium, kangker serviks, kangker ovarium, kangker tuba falopi,
kangker hati, kangker lambung, kangker kolon, kangker kandung kemih, kehamilan ektopik,
mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen, pendarahan abdomen, massa abdomen, dll.

E. Manifestasi Klinik Tindakan Laparatomi


1. Nyeri tekan
2. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
3. Kelemahan
4. Gangguan integumuen dan jaringan subkutan
5. Konstipasi
6. Mual dan muntah, anoreksia

F. Topografi anatomi abdomen


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
3. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang
kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
4. Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line
abdomen.
5. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat
dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah
tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon
asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan
organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine
dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

G. Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut
aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
2. Infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang paling
penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-
organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen
sebagai akibat dari batuk dan muntah.
4. Ventilasi paru tidak adekuat
5. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
H. Proses Penyembuhan Luka
1. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi didalamnya, yaitu :
Homestasis
a. Vasokontriksi, vasokontriksi pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan dan
menurunkan masuknya mikroorganisme.
b. Platelet aggregation
c. Tromboplastin yang menggumpal.
Inflamasi
a. Vasodilatasi, vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan nutrisi dan fagosit
terhadap luka saat timbul tanda-tanda peradangan.
b. Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit memakan atau
menghancurkan bakteri, benda asing.
2. Fase proliferase
Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang terjadi didalamnya,
yaitu:
Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan menghasilkan kapiler baru.
Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka sekitar tiga cm sehingga
luka dapat tertutup.
3. Fase remodeling atau maturasi.
Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses penyerapan kembali
jaringan yang berlebih dan membentuk jaringan baru yang tipis dan lemas, kekuatannya
hanta 80 persen dari jaringan yang asli.
Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka:
a. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.
b. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
c. Pencegahan infeksi.
d. Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan
batuk efektif, latihan mobilisasi dini.
e. Mempertahankan konsep diri.
Pada gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy
karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan
terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya
berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien
setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai