BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran
reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat
ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut
atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan
sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah
celiotomi.( Fossum, 2002)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan mudah
ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadi perdarahan
dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam
penggunaan metode ini adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post
operasi kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini digunakan teknik operasi laparotomi medianus cental
dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada
di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar Medis
2.1 Pengertian
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah
digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi,
gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,
hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindkan bedah obgyn yang sering dilakukan
dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba
fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal,
eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a.
Midline incision : Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah
terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar,
dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan
organ dalam pelvis.
b.
Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis
operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah,
serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain :
merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan
saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c.
d.
2.
Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan
lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyaimesocolon dapat terpuntir
sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya
gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang
lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada
dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan
tekanan pada dinding usus).
4.
5.
Tumor abdomen
6.
7.
8.
9.
2.
Mempercepat penyembuhan.
3.
4.
5.
2.5. Komplikasi
1. Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme. Manifestasi
Klinis:
a.
Pucat
b.
c.
Pernafasan cepat
d.
e.
f.
g.
2.
Hemorrhagi
a.
b.
c.
2.6.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pengobatan :
a.
b.
c.
d.
Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul
jika diindikasikan
e.
Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :
komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)
f.
2.
Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi dan ambulatif dini.
4.
Tindakan pengendalian :
a.
Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering
mengubah posisi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
3.
Pencegahan infeksi.
4.
5.
Muntah
Diare
g.
h.
i.
j.
Melena (tinja hitam seperti ter akibat darah dari saluran cerna bagian atas) atau
darah per ektum.
Penting untuk menilai adakah penyakit lokal dan adakah efek sismetik seperti penurunan
berat badan atau malabsorpsi.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Riwayat Keluarga
Adakah kondisi turunan yang mempengaruhi sistem gastrointestinal?
10
11
2. Aukultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke
seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan
cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic
lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat,
bahkan sampai hilang.
b. Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya
pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi
portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
3. Palpasi
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a. Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
b. Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.
Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan
agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada
dinding abdomen.
c. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah
yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d. Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika
muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot
kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
e. Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di
bagian depan dinding abdomen.\
12
Liver
Stomach
Gallbladder
Spleen
Duodenum
Head of pancreas
Body of pancreas
Cecum
Appendix
Sigmoid colon
Right ureter
Left ureter
13
MIDLINE
Aorta
Uterus (if enlarged)
Bladder (if distended)
4. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau
massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus,
serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang
normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati
(redup; organ yang padat).
a. Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi
usus, pekak hati akan menghilang.
b. Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan
asites:
-
14
perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan
tampak adanya peralihan suara redup.
2.9.
Dignosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
sumber informasi.
Nyeri berhubungan dengan insisi, distensi abdomen, immobilisasi.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan
5.
sensasi.
6.
Risiko infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya mikroorganisme
sekunder akibat pembedahan
2.4. Intervensi Keperawatan
1.
R/: Diskusi akan persepsi dan ketakutan membuat pasien mengekspresikan diri
sendiri dan mengeksplore pengetahuannya.
-
15
Tinjau ulang perawatan selang gastrotomi bila pasien dipulangkan dengan alat
ini.
R/: Meningkatkan kemandirian, meningkatkan kemampuan perawatan diri.
b.
c.
Pasien akan menunjukan teknik relaksasi individu yang efektif dalam mencapai
kenyamanan
d.
Mempertahankan level nyeri pada skala nyeri yang dapat ditoleransi (skala 0-10)
e.
Intervensi Rasional
-
16
17
R/: Menurunkan laju metabolic dan iritasi usus karena oksin sirkulasi/local,
yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
mengontrol atau mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerja sama dengan aturan terapeutik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah, kehilangan air
dengan abnormal. Kriteria hasil :
a. Menunjukan level elektrolit, BUN, hematokrit dan serum osmolalitas dalam
keadaan normal.
b. Urine output dalam batas normal
c. Hasil hemodinamika dalam batas normal
Intervensi Rasional
-
Monitor dan perbaiki intake output, antara setiap jam dan perbandingkan.
Ukur dan dokumentasikan output urine setiap 1-4 jam.
R/: Terapi diuretik, hipertermia, pembatasan intake cairan dapat menimbulkan
kekurangan cairan. Pengukuran tiap jam dan perbandingannya dapt
mendeteksi kekurangan.
18
Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status
membrane mukosa.
R/: Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
Pantau suhu
R/: Demam rendah umum terjadi selam 24 -48 jam pertama dan dapat
menambah kehilangan cairan
19
Bersihkan dan ganti balutan (wound care) luka dengan teknik steril.
R/: Pencegahan komplikasi luka terhadap kontaminasi silang dan membantu
penyembuhan luka.
b.
Intervensi
-
20
perawatan
luka
dengan
tekhnik
aseptic dapat
mencegah