PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(Sjamsuhidajat, 1997). Stress merupakan fenomena yang sering
dijumpai pada pasien bedah (Sabiston, 1995). Pembedahan dapat
menyebabkan anoreksia atau restriksi intake makanan dalam beberapa
hari/ minggu, menurunnya status kesehatan dan kehilangan berat
badan. Dalam beberapa kasus, dapat terjadi vomiting, diare dan
pendarahan yang dapat menyebabkan kehilangan natrium, klorida,
kalium, dan zat besi. Apabila malabsorbsi terjadi dalam jangka waktu
yang panjang, pasien dapat kekurangan protein mineral dan vitamin
lainnya (Krause, 2004)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laparatomi
1. Pengertian
2. Jenis Laparotomi
3
1) Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
2) Tehnik relatif lebih sulit
3) Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak
Jenis insisi tranversal :
1) Insisi PFANNENSTIEL :
a) Kekuatan pasca bedah : BAIK
b) Paparan bidang bedah : KURANG
2). Insisi MAYLARD :
a) Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh
karena dilakukan pemotongan pada m.rectus abdominalis dan
disisihkan ke arah kranial dan kaudal
b) Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan
Lnn.Paraaortal
c) Dibanding insisi MIDLINE :
i. Nyeri pasca bedah kurang.
ii. Penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun
iii. Ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses
pada organ abdomen bagian atas sangat kurang.
3). Insisi CHERNEY :
a) Perbedaan dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus
dilakukan pada origo di simfisis pubis.
b) Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan
bidang pembedahan terbatas.
4). Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
5). Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4
c. Gasterektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung
(duodenum/jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian
sel parietal)
d. Histerektomi: pengangkatan bagian uterus
e. Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon
f. Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal
g. Pankreatomi: pengangkatan pancreas
h. Seksiosesaria: pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium
melalui abdomen.
i. Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih
j. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan
Ovarium
a. Nyeri tekan
b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumuen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia
5
a. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan
atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
b. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal
dan dua garis vertikal:
1) Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
2) Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara
SIAS dan mid-line abdomen.
3) Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium
kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/
suprapubik, dan iliaka kiri.
7. Komplikasi
6
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka
dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah
keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi
atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan,
ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk
dan muntah.
d. Ventilasi paru tidak adekuat
e. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
a. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi
didalamnya, yaitu :
1) Homestasis
a) Vasokontriksi, vasokontriksi pembuluh darah sehingga
menghentikan perdarahan dan menurunkan masuknya
mikroorganisme.
b) Platelet aggregation
c) Tromboplastin yang menggumpal.
2). Inflamasi
a) Vasodilatasi, vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan
nutrisi dan fagosit terhadap luka saat timbul tanda-tanda
peradangan.
b) Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit
memakan atau menghancurkan bakteri, benda asing.
b. Fase proliferase
7
Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang
terjadi didalamnya, yaitu :
1) Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan
menghasilkan kapiler baru.
2) Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka
sekitar tiga cm sehingga luka dapat tertutup.
c. Fase remodeling atau maturasi.
Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses
penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan membentuk jaringan baru
yang tipis dan lemas, kekuatannya hanta 80 persen dari jaringan yang
asli.
B. Tindakan keperawatan
1. Tindakan Pre Operatif
Penatalaksanaan Perawatan
8
2) Data obyektif meliputi :
a) Napas dangkal
b) Tensi turun
c) Nadi lebih cepat
d) Abdomen tegang
e) Defense muskuler positif
f) Berkeringat
g) Bunyi usus hilang
h) Pekak hati hilang
i) Diagnosa Keperawatan
3) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan
adanya rasa nyeri di abdomen.
4) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan /
luka operasi laparatomi.
5) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,
pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
d. Diagnosis
9
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen
Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang
perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis. Diadakan
pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi
sistematis dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas
sampai kiri bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal
duodenum dan bursa omentalis. Bila sudah ada kontaminasi rongga
peritoneum digunakan drain dan subkutis serta kutis dibiarkan terbuka.
operasi.
b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
10
d. Perawatan luka operasi secara steril.
b. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
11
f. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka
adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab
dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup
waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen
sebagai akibat dari batuk dan muntah.
a. Fase pertama
b. Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak /
rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana
serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
c. Fase kedua
d. Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh
pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru
tumbuh dengan kuat dan kemerahan
e. Fase ketiga
f. Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul
jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
a. Fase keempat
g. Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
h. Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
i. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
j. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
k. Pencegahan infeksi.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post
laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan.
Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis,
ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan
yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi
12
Pengkajian
a. Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
c. Persarafan : Tingkat kesadaran
d. Balutan
1) Apakah ada tube, drainage
2) Apakah ada tanda-tanda infeksi
3) Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani
laparotomi
e. Peralatan
f. Rasa nyaman, rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi
Persiapan pre operasi yang perlu dilakukan oleh petugas untuk penderita
antara lain :
13
1. Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan
operasi dan memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada
mereka dalam menghadapi keadaan ini. Diterangkan pula bahwa
operasi untuk operasi ini diperlukan izin / persetujuan dari penderita dan
keluarganya.
7. Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum pembedahan
pada beberapa penderita, misalya glukosa darah pada penderita
diabetes.
9. Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan minum
cairan selama 8 jam sebelum pembedahan.
14
10. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak diperlukan pada
berbagai kasus, tetapi pada penderita lanjut usia atau pada penderita
yang lemah.
Cara berlatih :
15
pasien dilatih dan dijaga kebersihan mulut dan giginya. Sejak sebelum
operasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Keterampilan dalam melakukan persiapan preoperatif perlu ditingkatkan agar
tidak timbul kesalahan dalam pelaksanaan prosedur operasi
17
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987,
Edisi II
http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-pada-mioma-
uteri.html
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/10/04/mioma-uteri/
18
LAMPIRAN
NILAI NILAI
NO TUGAS/LANGKAH YA TIDAK
19
9. Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya
pencukuran dilakukan langsung sebelum pembedahan.
12. Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum
pembedahan pada beberapa penderita, misalnya glukosa
darah pada penderita diabetes.
20
bernafas daripada biasanya, oleh karena sakit dan perlu
istirahat / ketenangan. Dahak susah dikeluarkan, karena
dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh karena itu pasien
yang sudah dioperasi menjadi radang paru-paru. Sehingga
perlu latihan nafas panjang.
Cara berlatih :
21
Oleh karena itu, sebelum operasi perlu dilakukan latihan
untuk mempertahankan/mengembalikan/ memulihkan
tenaga. Sehari 3-4 kali latihan minimum 10 kali gerakan
dengan cara lengan dan kaki diluruskan dan kemudian
ditekuk
C TEKNIK
22. Melaksanakan tindakan secara sistematis dan beraturan
23. Memberikan perhatian terhadap respon pasien
24. Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-
ragu
25 Mendokumentasikan hasil tindakan
22