Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laparatomi adalah salah satu jenis operasi yang di lakukan


pada daerah abdomen. Operasi laparatomy di lakukan apabila terjadi
masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma
abdomen.

Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan


tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti
penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai
penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk
laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002).

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman


yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa
saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika
seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak
berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang
mereka alami biasanya terkait. Dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung setiap tahapan
yang dialami dan saling ketergantungan antara team kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008)

Hasil survey di RSSA diperoleh data bahwa selama tahun


2004, jumlah pasien yang menjalani pembedahan adalah sebanyak
5897 pasien, dimana dari 10 penyakit terbanyak di ruang bedah,
diketahui bahwa 12,33% adalah penyakit yang membutuhkan bedah
digestif. Pembedahan menyebabkan terjadinya gangguan faal organ
vital, terjadi juga perubahan metabolisme dan perubahan pada jaringan

1
(Sjamsuhidajat, 1997). Stress merupakan fenomena yang sering
dijumpai pada pasien bedah (Sabiston, 1995). Pembedahan dapat
menyebabkan anoreksia atau restriksi intake makanan dalam beberapa
hari/ minggu, menurunnya status kesehatan dan kehilangan berat
badan. Dalam beberapa kasus, dapat terjadi vomiting, diare dan
pendarahan yang dapat menyebabkan kehilangan natrium, klorida,
kalium, dan zat besi. Apabila malabsorbsi terjadi dalam jangka waktu
yang panjang, pasien dapat kekurangan protein mineral dan vitamin
lainnya (Krause, 2004)

Rata-rata 75 % status kesehatan pasien yang dirawat di RS


akan menurun dibandingkan dengan status waktu masuk perawatan.
Penurunan ini menyebabkan angka mortalitas naik dan menyebabkan
lamanya perawatan di RS (Rahmad Soegih, 1997). Kondisi pasien
seringkali semakin memburuk karena tidak diperhatikan persiapan
sebelum tindakan operasi..

B. Tujuan

1.  Tujuan Umum

Meningkatkan kesadaran diri pasien operasi laparatomi untuk


bekerjasama dalam persiapan tindakan operasi laparatomi agar
prosedur pelaksanaan operasi dapat dilaksanakan dengan tepat

2.  Tujuan Khusus

a.   Memperkecil terjadinya komplikasi yang akan muncul akibat


pembedahan

b.  Mempermudah petugas bekerjasama dengan pasien dalam


mempersiapkan tindakan pre operatif laparatomi

C. Manfaat

Dapat meningkatkan kesadaran diri pasien operasi laparatomi


untuk bekerjasama dalam persiapan tindakan operasi laparatomi agar
prosedur pelaksanaan operasi dapat dilaksanakan dengan tepat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Laparatomi
1. Pengertian

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu


tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono. M, 1996). Pembedahan
yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya
terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Ramali Ahmad (2000)
mengatakan bahwa laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput
perut dengan operasi.  Sedangkan menurut Sanusi (1999), laparatomi
adalah insisi pembedahan melalui dinding perut atau abdomen.

2. Jenis Laparotomi

  Menurut Tekhnik Pembedahan


a. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)
1) Paparan bidang pembedahan yang baik
2) Dapat diperluas ke cephalad ( ke arah “kranial” )
3) Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal
4) Dipilih cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat
memberikan paparan bidang pembedahan yang memadai
5) Dipilih pada kasus gawat-darurat

b. Insisi pada garis tranversal abdomen (Pfannenstiel incision)


Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi.
Keuntungan:
1) Jarang terjadi herniasi pasca bedah
2) Kosmetik lebih baik
3) Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik
Kerugian:

3
1) Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
2) Tehnik relatif lebih sulit
3) Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak
Jenis insisi tranversal :
1) Insisi PFANNENSTIEL :
a) Kekuatan pasca bedah : BAIK
b) Paparan bidang bedah : KURANG
2).   Insisi MAYLARD :
a) Paparan bidang bedah lebih baik dibanding PFANNENSTIEL oleh
karena dilakukan pemotongan pada m.rectus abdominalis dan
disisihkan ke arah kranial dan kaudal
b) Dapat digunakan untuk melakukan diseksi Lnn. Pelvik dan
Lnn.Paraaortal
c) Dibanding insisi MIDLINE :
i. Nyeri pasca bedah kurang.
ii. Penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun
iii. Ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses
pada organ abdomen bagian atas sangat kurang.
3). Insisi CHERNEY :
a) Perbedaan dengan insisi MAYLARD : pemotongan m.rectus
dilakukan pada origo di simfisis pubis.
b) Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan
bidang pembedahan terbatas.
4). Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
5). Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

3. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi

a. Adrenalektomi: pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin


b. Apendiktomi: operasi pengangkatan apendiks

4
c. Gasterektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung
(duodenum/jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian
sel parietal)
d. Histerektomi: pengangkatan bagian uterus
e. Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon
f. Nefrektomi: operasi pengangkatan ginjal
g. Pankreatomi: pengangkatan pancreas
h. Seksiosesaria: pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium
melalui abdomen.
i. Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih
j. Selfigo oofarektomi: pengangkatan salah satu atau kedua tuba valopi dan
Ovarium

4. Indikasi Bedah Laparatomi

Tindakan laparatomi bisa ditegakkan atas indikasi pada klien dengan


apendiksitis, pangkreatitis, hernia, kista ovarium, kanker serviks, kanker
ovarium, kanker tuba falopi, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker
kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis, trauma abdomen,
pendarahan abdomen, massa abdomen, dll.

5.   Manifestasi Klinik Tindakan Laparatomi

a. Nyeri tekan
b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumuen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia

6. Topografi anatomi abdomen

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum


dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

5
a. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan
atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
b. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal
dan dua garis vertikal:
1) Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
2) Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara
SIAS dan mid-line abdomen.
3) Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium
kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/
suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak


kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam
keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid
teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan
saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan
organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih
pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

7. Komplikasi

a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif dini.
b. Infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens,
organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk

6
menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka
dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah
keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi
atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan,
ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk
dan muntah.
d. Ventilasi paru tidak adekuat
e. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

8. Proses Penyembuhan Luka

a. Fase inflamasi
Fase ini berlangsung selama dua sampai lima hari, proses yang terjadi
didalamnya, yaitu :
1) Homestasis
a) Vasokontriksi, vasokontriksi pembuluh darah sehingga
menghentikan perdarahan dan menurunkan masuknya
mikroorganisme.
b) Platelet aggregation
c) Tromboplastin yang menggumpal.

2). Inflamasi
a) Vasodilatasi, vasodilatasi pembuluh darah dapat menghantarkan
nutrisi dan fagosit terhadap luka saat timbul tanda-tanda
peradangan.
b) Fagositosis, pada saat terjadi peradangan atau infeksi sel fagosit
memakan atau menghancurkan bakteri, benda asing.
b. Fase proliferase

7
Fase ini berlangsung selama lima hari sampai tiga minggu, proses yang
terjadi didalamnya, yaitu :
1) Granulasi, pembentukan fibrobals dari kolagen, mengisi luka dan
menghasilkan kapiler baru.
2) Epitelisasi, sel ini menyebar kesegala penjuru untuk menutup luka
sekitar tiga cm sehingga luka dapat tertutup.
c. Fase remodeling atau maturasi.
Fase ini berlangsung selama tiga minggu sampai dua tahun, proses
penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan membentuk jaringan baru
yang tipis dan lemas, kekuatannya hanta 80 persen dari jaringan yang
asli.

9. Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka:

a. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.


b. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
c. Pencegahan infeksi.
d. Pengembalian Fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan
napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini.
e. Mempertahankan konsep diri.
f. Pada gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post
laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan.
Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis,
ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan
yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

B. Tindakan keperawatan
1. Tindakan Pre Operatif

Penatalaksanaan Perawatan

a. Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif.


1) Data subyektif meliputi;

Nyeri yang sangat pada daerah perut.

8
2) Data obyektif meliputi :
a) Napas dangkal
b) Tensi turun
c) Nadi lebih cepat
d) Abdomen tegang
e) Defense muskuler positif
f) Berkeringat
g) Bunyi usus hilang
h) Pekak hati hilang
i) Diagnosa Keperawatan
3) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan
adanya rasa nyeri di abdomen.
4) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan /
luka operasi laparatomi.
5) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,
pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

b. Hasil yang diharapkan

1) Pasien akan tetap merasa nyaman.


2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya.
3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

c.  Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :

1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar


sudah ditegakkan.
2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien
untuk tidak makan dan minum.
3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan.
4) Mencatat intake dan output.
5) Posisi pasien seenak mungkin.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.
7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.
8) Monitoring tanda-tanda vital.

d.   Diagnosis

9
1) Foto polos abdomen
2) CT scan abdomen
3) USG abdomen
Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang
perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis. Diadakan
pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi
sistematis dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas
sampai kiri bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal
duodenum dan bursa omentalis. Bila sudah ada kontaminasi rongga
peritoneum digunakan drain dan subkutis serta kutis dibiarkan terbuka.

2.    Post Laparotomi

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang


diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
perut.

Tujuan perawatan post laparatomi

a.       Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

b.      Mempercepat penyembuhan.

c.       Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

operasi.

d.      Mempertahankan konsep diri pasien.

e.       Mempersiapkan pasien pulang.

Latihan-latihan fisik yang dilakukan post laparotomi adalah latihan napas


dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot
bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan
hari ke 2 post operasi.

Tindakan keperawatan post operasi:

a.       Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

b.      Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

c.       Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati,

jangan sampai drain    tercabut.

10
d.      Perawatan luka operasi secara steril.

Evaluasi post operasi :

a.       Evaluasi tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :

1) Suhu tubuh normal


2) Nada normal
3) Perut tidak kembung
4) Peristaltik usus normal
5) Flatus positif
6) Bowel movement positif

b.      Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.

c.       Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.

d.      Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.

e.       Luka operasi baik. 

Komplikasi post laparatomi;

a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


b. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas
dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai
emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu
latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang
dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
c. Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
d. Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik
dan antiseptic.
e. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.

11
f. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka
adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab
dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup
waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen
sebagai akibat dari batuk dan muntah.

Proses penyembuhan luka

a. Fase pertama
b. Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak /
rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana
serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
c. Fase kedua
d. Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh
pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru
tumbuh dengan kuat dan kemerahan
e. Fase ketiga
f. Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul
jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
a. Fase keempat
g. Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
h. Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan
i. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
j. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
k. Pencegahan infeksi.

Pengembalian Fungsi fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan


napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini. Mempertahankan konsep
diri.

Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post
laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan.
Intervensi perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis,
ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan
yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi

12
Pengkajian

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy adalah:

a. Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
c. Persarafan : Tingkat kesadaran
d. Balutan
1) Apakah ada tube, drainage
2) Apakah ada tanda-tanda infeksi
3) Bagaimana keadaan penyembuhan luka pasien yang menjalani
laparotomi

e.       Peralatan

1)      Monitor yang terpasang.

2)      Cairan infus atau transfusi.

f.       Rasa nyaman, rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi

g.      Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi

C. Persiapan tindakan laparatomi

          Keperawatan pre operasi dimulai ketika keputusan tindakan


pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan ke kamar
operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi awal,
merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara,
memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan
klien dalam rangka perawatan post operasi.

Persiapan pre operasi yang perlu dilakukan oleh petugas untuk penderita
antara lain :

13
1.    Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan
operasi dan memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada
mereka dalam menghadapi keadaan ini. Diterangkan pula bahwa
operasi untuk operasi ini diperlukan izin / persetujuan dari penderita dan
keluarganya.

2.    Melakukan pengosongan kandung kencing. Pada operasi


perabdominan di pasang kateter menetap.

3.    Mengosongkan isi rectum. Pada placenta previa tidak dianjurkan karena


dapat menyebabkan perdarahan.

4.    Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya pencukuran dilakukan


langsung sebelum pembedahan.

Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan rambut daerah


dinding perut pada operasi perabdominam.

5.    Melakukan suci hama daerah operasi :

a. Daerah genetalia eksterna dan vagina dengan memakai larutan


asam pikrin, larutan betadine, larutan savlon dan sebagainya.
b. Daerah dinding perut dengan larutan betadine, larutan iodium atau
larutan savlonlalu dicuci lagi dengan latutan alcohol.

6.  Jangan lupa bahwa penderita akan puasa sekitar 8 jam sebelum


pembedahan. Pemberian obat obatan selama itu harus diberikan secara
IV atau IM. Antibiotika harus diberikan sebelum pembedahan bilamana
itu digunakan sebagai profilaksis melawan peradangan.

7.    Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum pembedahan
pada beberapa penderita, misalya glukosa darah pada penderita
diabetes.

8.    Darah harus dicocokan dengan penderita bilamana akan dilakukan


transfuse. Komponen darah(misal trombosit) harus disiapkan terlebih
dahulu.

9.    Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan minum
cairan selama 8 jam sebelum pembedahan.

14
10. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak diperlukan pada
berbagai kasus, tetapi pada penderita lanjut usia atau pada penderita
yang lemah.

Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat meningkatkan


adaptasi klien pasca operasi di antaranya :

1. Latihan nafas panjang

Sesudah operasi, pasien ada kemungkinan susah untuk bernafas


daripada biasanya, oleh karena sakit dan perlu istirahat / ketenangan.
Dahak susah dikeluarkan, karena dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh
karena itu pasien yang sudah dioperasi menjadi radang paru-paru.
Sehingga perlu latihan nafas panjang.

Cara berlatih :

a.       Menarik nafas dalam

b.      Keluarkan nafas pelan pelan

Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya minimum 5 kali dalam sekali


latihan, sekali latihan minimum 3 kali (pagi, siang, sore).

2.    Latihan mengeluarkan dahak

Setelah terlatih menarik nafas dalam, kemudian latihab batuk dan


berdahak, Karena dahak yang menempel di saluran nafas itu
menyebabkan radang paru-paru/ susah nafas. Sesudah operasi,
biasanya pasien takut batuk dan mengeluarkan dahak sambil menekan
luka operasi.

3.    Gizi yang cukup

Sebelum operasi harus mendapatkan gizi yang cukup, agar sesudah


operasi luka cepat sembuh dan tenaga cepat kembali.

4.    Kumur – kumur dan menggosok gigi

(Menjaga kebersihan mulut dan gigi)

Saat sudah operasi, di dalam mulut mudah menjadi kotor. Itu


menyebabkan sariawan, limfadenitis, radang paru-paru. Oleh karena itu,

15
pasien dilatih dan dijaga kebersihan mulut dan giginya. Sejak sebelum
operasi.

5.    Latihan mengeluarkan otot

Tindakan operasi akan menghabiskan banyak tenaga. Oleh karena itu,


sebelum operasi perlu dilakukan latihan untuk
mempertahankan/mengembalikan/ memulihkan tenaga. Sehari 3-4 kali
latihan minimum 10 kali gerakan dengan cara lengan dan kaki
diluruskan dan kemudian ditekuk

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Operasi laparatomy di lakukan apabila terjadi masalah kesehatan


yang berat pada area abdomen.Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat)
disamping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
(Randhianto, 2008)

B. Saran
Keterampilan dalam melakukan persiapan preoperatif perlu ditingkatkan agar
tidak timbul kesalahan dalam pelaksanaan prosedur operasi

17
DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987,
Edisi II

Elhy. 2010. Post op Laparotomy, diakses pada 18 Januari 2013,


http://semangateli.blogspot.com/2010/05/post-op-laparatomy.html

Anonim. 2011. ASKEP POST LAPARATOMI, diakses pada 18 Januari 2013,


ttp://maidun-gleekapay.blogspot.com/2011/06/askep-post-laparatomi.html

Anonim. 2012. Cara Cepat Menyembuhkan Luka Operasi Caesar.


Penyembuhan Pasca Operasi Caesar, diakses pada 19 Januari 2013,
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta

Anonim. 2012. askep laparatomi, diakses pada 19 Januari 2013,


http://chocolavt.blogspot.com/

http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-pada-mioma-
uteri.html

http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/10/04/mioma-uteri/

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB.


Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

18
LAMPIRAN

DAFTAR TILIK PERSIAPAN TINDAKAN LAPARATOMI

NILAI NILAI
NO TUGAS/LANGKAH YA TIDAK

A Sikap Dan Prilaku Siswa


1. Memberi salam pada pasien dan keluarga dengan ramah
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada
klien/keluarga
3. Tanggap terhadap reaksi klien dan kontak mata
4. Memberi support mental kepada klien
B Penatalaksanaan
5.  Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan
dilakukan operasi dan memberikan pengertian serta
kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi
keadaan ini. Diterangkan pula bahwa operasi untuk operasi
ini diperlukan izin / persetujuan dari penderita dan
keluarganya.

6. Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa


benar-benar sudah ditegakkan.

Tidak memberikan apapun melaui mulut dan


beritahukan pasien untuk tidak makan dan minum.

Monitoring cairan intra vena bila diberikan.

Mencatat intake dan output.

Posisi pasien seenak mungkin.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.

Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah


operasi selesai.

Monitoring tanda-tanda vital

7. Melakukan pengosongan kandung kencing. Pada operasi


perabdominan di pasang kateter menetap
8. Mengosongkan isi rectum. Pada placenta previa tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan perdarahan.

19
9. Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya
pencukuran dilakukan langsung sebelum pembedahan.

Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan


rambut daerah dinding perut pada operasi perabdominam.

10. Melakukan suci hama daerah operasi :

c. Daerah genetalia eksterna dan vagina dengan


memakai larutan asam pikrin, larutan betadine, larutan
savlon dan sebagainya.

d. Daerah dinding perut dengan larutan betadine, larutan


iodium atau larutan savlonlalu dicuci lagi dengan
latutan alcohol.

11. Jangan lupa bahwa penderita akan puasa sekitar 8 jam


sebelum pembedahan. Pemberian obat obatan selama itu
harus diberikan secara IV atau IM. Antibiotika harus
diberikan sebelum pembedahan bilamana itu digunakan
sebagai profilaksis melawan peradangan.

12. Darah harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum
pembedahan pada beberapa penderita, misalnya glukosa
darah pada penderita diabetes.

13. Darah harus dicocokan dengan penderita bilamana akan


dilakukan transfuse. Komponen darah(misal trombosit) harus
disiapkan terlebih dahulu.
14. Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam
dan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan
15. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak
diperlukan pada berbagai kasus, tetapi pada penderita lanjut
usia atau pada penderita yang lemah
16. Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat
meningkatkan adaptasi klien pasca operasi di antaranya
17. Latihan nafas panjang

Sesudah operasi, pasien ada kemungkinan susah untuk

20
bernafas daripada biasanya, oleh karena sakit dan perlu
istirahat / ketenangan. Dahak susah dikeluarkan, karena
dipengaruhi oleh efek anastesi. Oleh karena itu pasien
yang sudah dioperasi menjadi radang paru-paru. Sehingga
perlu latihan nafas panjang.

Cara berlatih :

a.       Menarik nafas dalam

b.      Keluarkan nafas pelan pelan

Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya minimum 5 kali


dalam sekali latihan, sekali latihan minimum 3 kali (pagi,
siang, sore).

18. Latihan mengeluarkan dahak

Setelah terlatih menarik nafas dalam, kemudian latihab


batuk dan berdahak, Karena dahak yang menempel di
saluran nafas itu menyebabkan radang paru-paru/ susah
nafas. Sesudah operasi, biasanya pasien takut batuk dan
mengeluarkan dahak sambil menekan luka operasi.

19. Gizi yang cukup

Sebelum operasi harus mendapatkan gizi yang cukup, agar


sesudah operasi luka cepat sembuh dan tenaga cepat
kembali
20. Kumur – kumur dan menggosok gigi

(Menjaga kebersihan mulut dan gigi)

Saat sudah operasi, di dalam mulut mudah menjadi kotor.


Itu menyebabkan sariawan, limfadenitis, radang paru-paru.
Oleh karena itu, pasien dilatih dan dijaga kebersihan mulut
dan giginya. Sejak sebelum operasi.

21. Latihan mengeluarkan otot

Tindakan operasi akan menghabiskan banyak tenaga.

21
Oleh karena itu, sebelum operasi perlu dilakukan latihan
untuk mempertahankan/mengembalikan/ memulihkan
tenaga. Sehari 3-4 kali latihan minimum 10 kali gerakan
dengan cara lengan dan kaki diluruskan dan kemudian
ditekuk

C TEKNIK
22. Melaksanakan tindakan secara sistematis dan beraturan
23. Memberikan perhatian terhadap respon pasien
24. Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-
ragu
25 Mendokumentasikan hasil tindakan

22

Anda mungkin juga menyukai