STASE MATERNITAS
DI RUANG MAWAR
RSUD KARDINAH KOTA TEGAL
Disusun Oleh :
Agun Pangestu
220104002
2023
LAPORAN PENDAHULUAN HISTEREKTOMI
A. DEFINISI
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau
uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur
pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan.
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri
B. ETIOLOGI
Adanya mioma uteri fibroid yang merupakan tumor jinak pada rahim, Histerektomi
perlu dilakukan karena tumor ini dapat menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, dan tekanan pada kandung
kemih.
Endometriosis, suatu kelainan yang disebabkan dinding rahim bagian dalam yang
seharusnya tumbuh didalam rahim saja, juga ikut tumbuh diindung telur, tuba
falopii, atau bagian tubuh lainnya. Hal ini bisa membahayakan bagi ibu, oleh karena
itu, biasanya dianjurkan untuk melakukan histerektomi oleh dokter.
C. TUJUAN
D. JENIS-JENIS HISTEREKTOMI
Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu,
penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu
Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan.
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat
uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
Histerektomi radikal, histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina,
jaringan dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan
pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal
tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga
dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan
histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang
dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998)
E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi:
Ruptur uteri
Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :
Atonia uteri
Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya
diangkat sekaligus.
Uterus miomatosus yang besar.
Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
Kontra Indikasi
Atelektasis
Luka infeksi
Tromoflebitis
Embolisme paru-paru.
1. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat
dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara
yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam
ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
2. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa
adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-
paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan
profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah
pembedahan yang memadai.
3. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah
atau jaringan lain membentuk pus.
4. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ
dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi radikal
adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang
dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan
secara umum yang membantu meminimalkan infeksi.
G. PENATALAKSANAAN
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat
cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter
bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih
harus dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah
kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus
intestinal. Edema dan pengirigasi antiseptic
biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan, pasien mendapat
sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada pagi hari
pembedahan akan membantu pasien rileks
2. Postoperative
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun
MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose
jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau
adenokarsinoma endometrium).
GAMBAR
I. ASUHAN KEPERAWATAN TINDAKAN HISTEREKTOMI
Pengkajian
Data Subyektif
Sebelum Operasi
Lemas.
Pusing.
Mual, kembung.
2. Data Obyektif
a. Sebelum Operasi
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi.
Terdapat luka.
Puasa.
Selaput mukosa mulut kering.
Diagnosa keperawatan
Pre operatif
Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin
c. Post operatif
pembedahan.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan kolaboratif:
1. Beri obat-obat analgetik
sesuai pesanan dokter.
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan infeksi tidak 1. Cuci tangan bedah dengan baik
terjadi dan benar
prosesur tindakan
2. Lakukan aseptic dengan benar
pembedahan
3. Jaga kesterilan lapang operasi
dan instrument operasi
c. Intervensi Post operatif
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri berkurang, 1. Kaji intensitas nyeri
dengan luka operasi secara bertahap pasien.
2. Observasi tanda-tanda
vital dan keluhan pasien.
3. Letakkan klien di tempat
tidur dengan teknik yang
tepat sesuai dengan
pembedahan yang
dilakukan.
4. Berikan posisi tidur yang
menyenangkan clan aman.
5. Anjurkan untuk sesegera
mungkin beraktivitas
secara bertahap.
6. Berikan therapi analgetik
sesuai program medis
7. Lakukan tindakan
keperawatan dengan
hati-hati.
8. Ajarkan tehnik relaksasi
1. Observasi tanda-tanda
vital tiap 4 jam.
2. Monitor pemberian infus.
3. Beri minum & makan
2. Resiko Tinggi Kekurangan Turgor kulit secara bertahap
Volume Cairan elastis, tidak 4. Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan kering. dehidrasi.
muntah setelah Mual clan muntah 5. Monitor clan catat cairan
pembedahan. ticlak ada masuk clan keluar.
6. Timbang berat badan tiap
hari.
7. Catat dan informasikan
ke dokter tentang
muntahnya.
1. bservasi keadaan luka
operasi dari tanda-tanda
peradangan : demam,
merah, bengkak dan
keluar cairan.
2. Rawat luka dengan
Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar
Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
Leveno, Kenneth J....2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
( ) ( )