Anda di halaman 1dari 4

HISTEREKTOMI SUB TOTAL DAN TOTAL

No.Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 4
RSUD Dr. M.M DUNDA
LIMBOTO
Jln. Moh. A. Wahab (Eks Jln.
Jend. A. Yani No. 53)

Ditetapkan Oleh :
STANDAR Kepala UPF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
OPERASIONAL Tanggal Terbit RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
PROSEDUR 1 Oktober 2008

Dr. I Gusti Ketut Alit Semarawisma, Sp.OG


NIP.19620617 198803 1 013

Pengertian Pengangkatan uterus

Tujuan 1. Mengangkat uterus


2. Mencegah perdarahan masif atau kehilangan darah yang tidak perlu
3. Mencegah kontaminasi bakteri pada daerah operasi dengan
menggunakan teknik asespsi yang ketat
4. Mengembalikan anatomi normal pada tingkat yang mungkin
5. Mempertahankan atau memperbaiki fungsi dan untuk mencegah
disfungsi post operatif.
6. Mendeteksi dan mengoreksi penyakit dan abnormaliti lain

Petugas Pelaksana Tenaga medis di bagian Obstetri dan Ginekologi.


Indikasi prosedur pembedahan adalah untuk:
Indikasi - Menyelamatkan jiwa
- Mengatasi keluhan
- Mengoreksi deformitas
1. Kelainan jinak uterus:
1. Mioma uteri
a. Dengan perdarahan yang banyak yang menyebabkan anemia
b. Dengan dismenorea sekunder
c. Dengan keluhan rasa tidak nyaman, urinari frekuensi atau obstruksi
d. Dengan terapi konservatif gagal
e. Sebesar hamil 12-14 minggu
2. Perdarahan uterus disfungsional
3. Adenomiosis
4. Prolapsus uterus dengan gejala relaksasi dinding vagina sistouretrokel,
enterokel dan rektokel)
5. Obstetrik : perdarahan post partum yang tidak terkontrol, ruptur uteri,
inversio uteri dan kehamilan abdominal atau servikal merupakan
keadaan-keadaan obstetrik yang memerlukan tindakan histerektomi
abdominal untuk mencegah kematian akibat perdarahan
2. Kelainan tuba non neoplasma dimana uterus bukan kelainan primer
1. Endometriosis pelvik yang tak respon terhadap terapi hormonal pada
wanita yang tidak ingin hamil kembali.
2. Pelvic inflamatory Disease, dengan ruptur tuboovarian abses, atau pasien
dengan gejala-gejala yang signifikan dari PID yang tidak respon dengan
terapi konservatif.
3. Kelainan ektopik : cervical pregnancy dan interstitial pregnancy.
4. Neoplasma
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia yang sudah tidak menginginkan anak
2. Stadium awal kanker serviks invasif
3. Hiperplasia adenomatosa endometrium atipik
4. Adenokarsinoma endometrium
5. Sarkoma uterus
6. Neoplasma ovarium dan tuba
7. Penyakit trophoblas dengan peningkatan kadar hCG yang persisten
setelah kemoterapi
Keganasan organ lain yang menimbulkan perlekatan dengan uterus

Prosedur A. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


B. PERSIAPAN
PASIEN
OPERATOR
PERALATAN DAN BAHAN
C. TINDAKAN
a. Membuka dinding perut
1. Baringkan pasien di atas meja operasi, dilakukan induksi anastesi
2. Usapkan larutan antiseptik pada dinding abdomen hingga procesus
xyphoideus dan sepertiga atas paha
3. Tutup tubuh pasien dengan kain steril dan tempatkan lobang kain pada
daerah operasi
4. Tanyakan kepada petugas anestesi apakah operasi sudah dapat dimulai
5. Lakukan sayatan mediana / pfanenstiel
6. Sayatan diperdalam hingga mencapai rongga pelvik/abdomen
7. Lindungi kandung kemih, masukan kasa lebar dan pasang retraktor sehingga
uterus dan organ sekitar dapat dipresentasikan dengan jelas
b. Membebaskan adnexa dari uterus
1. Keluarkan uterus dari rongga abdomen
2. Ligamentum rotundum dekat kornu uteri :
 Diklem dengan 2 klem Ochsner (kocher bengkok)
 Dipotong diantaranya dengan pisau atau gunting
 Kemudian ikat rangkap dengann kromik ukuran 0 atau 2-0
3. Lamina anterior ligamentum latum yang terbuka di insisi dengan gunting
dari tempat pemotongan menujun kebawah dan medial kearah segmen
bawah rahim
4. Lamina posterior ligamentum latum tepat di bawah tuba falopi,
ligamentum ovarii proprium serta pembuluh darah ovarium didorong
secara tumpul dengan 2 jari kedepan kemufian di gunting sehingga
terbentuk lobang.
5. Melalui lobang tersebut tuba falopi, ligamentum ovari serta pembuluh
darah ovarium :
 Klem dengan 2 kocher (Ochsner) dan
 Potong diantara klem dengan pisau
6. Longgarkan jepitan dan ikat puntung lateral dengan benang kromik 0 /
2-0
7. Puntung medial diikat dengan benang sutera dan jepit ujung gunting
dekat dengan uterus menuju kearah ligamentum kardinale
8. Lamina posterior ligamentum latum dipotong kebawah dengan gunting
dekat dengan uterus menuju kearah ligamentum kardianele
 Jepit dan ikat setiap perdarahan yang terjadi
c. Membebaskan kandung kemih
1. Buka plika vesikouterina (diantara kedua ujung sayatan ligamentum latum)
2. Kandung kemih serta peritoneum dibebaskan dari segmen bawah rahim
secara tumpul :
 Gunakan jari dibungkus kasa atau
 Diseksi tajam denga gunting (kalau ada perlengketan).

Catatan : untuk histerektomi totalis kandung harus dibebaskan lebih luas


d. Amputasi korpus uteri
1. Untuk histerektomi subtotal korpus uteri dipotong berbentuk corong setinggi
diatas ostium internum diatas ligamentum kardinale
 Untuk histerektomi totalis uterus belum dipotong dan lanjutkan ke
langkah (e).
e. Identifikasi dan mengikat pembuluh darah uterus
1. Pinggir lateral uterus diperlihatkan dengan mengevaluasi uterus kesisi
berlawanan
2. Lembaran posterior ligamentum latum didorong kekaudal bersama-sama
dengan ligamentum kardinale.
3. Pengupasan diteruskan dengan 2 klem kocher lurus dekat dengan uterus
terliat setinggi ostium uteri internum.
4. Pembuluh darah uterus diklem dengan 2 klem lurus kocher dekat dengan
uterus kemudian dipotong diantaranya dan pembuluh darah pada puntung
lateral diikat rangkap dengan kromik 0 atau 2-0
5. Puntung medial diiikat dengan servik, di insisi diantarannya dan diikat.
6. Ligamentum kardinale diklem dengan 2 klem kocher dekat servik, di insisi
diantaranya dan diikat
7. Tindakan yang sama dilakukan terus kebawah sampai forniks lateral dari
vaagina dengan gunting matzenbaum
f. Membebaskan serviks dari vagina
1. Lamina posterior ligamentum latum diinsisi sampai kepangkal ligamentum
sakrouterina terus kebelakang servik di kavum douglasi
2. Peritoneum belakang dibebaskan dari servik dan forniks posterior vagina
dengan gunting metzenbaum
3. Ligamentum sakro uterina diklem dan diinsisi kemudian diikat dengan
benang kromik no. 0 / 2-0
4. Dilakukan diseksi sampai ruang rekto vagina terbuka
5. Forniks lateralis vagina kiri dan kanan di klem dengan klem kocher bengkok
dan dilakukan insisi sebelah medial dan kranial dari klem dan dibawah servik
sampai seluruh uterus dan serviks dapat diangkat.
6. Forniks lateral diikat dengan benang kromik dan dijahit ke puntung
ligamentum kardinale, sakrouterina dan ligamentum ratundum
g. Menutup tunggal serviks dan peritonealisasi
1. Pada histerektomi subtotal tunggal serviks ditutup dengan jahitan terputus
muka belakang (ant-post dengan benang kromik atau (metrik 5) dari kiri ke
kanan dengan jarak sekitar 1sm
2. Pada histerektomi total sebagian operator menyukai menutup puntung
vagina dengan jaitan angka 8 dan sebagian hanya melakukan hemostatis
dengan jaitan jelujur ter kunci (running lock stitch) dari seluruh dinding
vagina tanpa menutup punutng vagina
3. Peritonaelisasi pada daerah lateral (sudut) tunggal servik dilakukan dengan
jaitan jelujur dari peritoneum mulai menutupi semua puntung tersebut
D. MENUTUP DINDING PERUT
1. Lakukan penjahitan dinding perut dari fascia ke subkutis (all layer) dengan
benang polyglycolic acid
2. Aposisi kulit dengan jahitan subkutikuler
E. PERAWATAN PASCA OPERASI
1. Perdarahan dan jumlah urine harus dipantau secara ketat
2. Analgesik diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan
3. Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 4 jam kemudian
4. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidue
dengan dibantu paling sedikit 2 kali
5. Pemulungan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi.

UNIT TERKAIT Kamar Operasi

Anda mungkin juga menyukai