JNPK©
Ketuban Pecah Dini
JNPK©
The American College of Obstetricians and
Gynecologists
JNPK©
Periode laten
• Waktu yang dimulai sejak pecahnya membran sampai
dimulainya persalinan
• Makin muda usia kehamilan makin lama periode
laten
• Pada kehamilan aterm 90% persalinan akan terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah
• Pada kehamilan 28-34 minggu
– 50% bersalin dalam waktu 24 jam
– 80-90% bersalin dalam waktu 1 minggu
JNPK©
Penyebab ketuban pecah prematur
Infeksi: ISK, IMS, vaginosis kehamilan
bakteri, chorioamnionitis Prosedur infasif (contoh:
Merokok selama kehamilan amniosintesis)
Penggunaan obat obatan Defisit nutrisi
(narkotika) selama kehamilan Insufisiensi serviks
Memiliki riwayat ketuban pecah Status sosial ekonomi
sebelum waktunya pada rendah
kehamilan sebelumnya Underweight
Polyhydramnios
Kehamilan ganda
JNPK©
Penyebab ketuban pecah dini
– Idiopatik
– Sosioekonomi rendah/gangguan nutrisi
– Infeksi (vaginosis bakterial) termasuk IMS
– Distensi uterus (polihidramnion, gemeli)
– Inkompetensi servik
– Anomali uterin
– Pemasangan cerclage pada servik atau
efek samping amniosentesis
– Trauma
– Perokok
JNPK©
Faktor Predisposisi
Brian M. Mercer, MD
(HIGH-RISK PREGNANCY SERIES: AN EXPERT’S VIEW)
JNPK©
• Didapatkan adanya penurunan kandungan
kolagen pada selaput ketuban dalam kasus
ketuban pecah prematur dan dengan
bertambahnya usia kehamilan
JNPK©
Diagnosis Ketuban Pecah
Dini
• Riwayat KPD di persalinan sebelumnya
• Pemeriksaan dengan spekulum steril (hindari
pemeriksaan digital)
o Gunakan peralatan steril/DTT, hisap cairan yang terkumpul di
fornik posterior (keluar melalui kanalis servikalis).
Lakukan pemeriksaan:
o pH cairan (nitrazine test) – tidak spesifik
o ferning test - gambaran daun pakis
• usapkan antiseptik setelah pemeriksaan
• USG-normal jika jumlah cairan cukup (back water)
JNPK©
DIAGNOSIS
• Tes pooling
• Ketika kumpulan cairan ketuban terlihat di bagian belakang vagina
(vaginal fornix). Lakukan manuver valsava jika ragu
• Tes nitrazin:
• Letakkan kertas nitrazin (fenaftazin). Cairan ketuban bersifat agak basa
(pH 7,1-7,3) dan sekret vagina bersifat asam (pH 4,5-6). Kertas nitrazin
dari jingga biru tua.
• Tes Fern:
• Kumpulkan cairan dari vagina dan letakkan pada slide mikroskop,
kering, dilihat di bawah mikroskop pola kristalisasi yang disebut
arborization yang menyerupai daun pakis
• Tes darah fibronektin dan alfa-fetoprotein
Pemeriksaan Tambahan
Tes berikut hanya boleh digunakan jika diagnosis masih belum jelas
setelah tes standar di atas.
• USG:
• untuk menghitung cairan yang masih ada di dalam uterus.
• Jika tingkat cairan rendah, KPP lebih mungkin terjadi.
• Ini berguna dalam kasus-kasus ketika diagnosis tidak pasti.
JNPK©
Pemeriksaan Tambahan
Tes pewarna indigo carmine (jarang dilakukan karena risiko
infeksi)
Menyuntikkan pewarna indigo carmine (biru) ke dalam
cairan ketuban di dalam rahim melalui dinding perut.
KPP didiagnosis jika pewarna biru dapat terlihat pada
tampon atau pembalut bernoda setelah sekitar 15–30 menit.
Metode ini dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
secara definitif.
JNPK©
Komplikasi Ketuban Pecah pada Kehamilan
Preterm
Risiko infeksi pada ibu dan janin
Kematian perinatal
Respiratory distress syndrome pada bayi
Perdarahan intraventrikular
Hipoplasia paru janin
Risiko persalinan dengan SC
JNPK©
Gambar 1. Kelangsungan hidup berdasarkan usia kehamilan di antara bayi yang lahir
hidup yang diresusitasi. Hasil evaluasi berbasis komunitas 8523 kelahiran, 1997-1998,
Shelby County, Tennessee
Mercer. Treatment of Preterm PROM. Obstet Gynecol 2003. JNPK©
Gambar 2. Morbiditas akut berdasarkan usia kehamilan di antara bayi yang masih hidup.
Hasil evaluasi berbasis komunitas 8523 kelahiran, 1997-1998, Shelby County, Tennessee
JNPK©
Deteksi Dini
• Saringan fibronectin cervicovaginal janin positif juga dikaitkan
dengan KPP pada multipara.
• Nullipara dengan fibronektin cervicovaginal janin positif dan serviks
pendek memiliki risiko 16,7% kelahiran prematur karena KPP,
sedangkan multipara dengan 2 faktor risiko di atas memiliki risiko
25% KPP.
• Multipara dengan faktor risiko (kontraksi teratur, serviks pendek,
dan fibronektin cervicovaginal positif) memiliki peningkatan risiko
KPP 31 kali lipat dengan persalinan sebelum 35 minggu vs tanpa
faktor risiko (25% berbanding 0,8%, P 0,001)
Manajemen pada kehamilan aterm
( > 37 minggu)
JNPK©
Manajemen pada kehamilan preterm
(34-36 minggu)
37 0/7 minggu kehamilan atau lebih: lanjutkan ke persalinan dan profilaksis
Streptokokus Grup B harus diberikan sesuai indikasi
34 0/7- 36 6/7 minggu kehamilan: sama untuk early term dan aterm
24 0/7 – 33 6/7 minggu kehamilan: manajemen kehamilan, antibiotik latensi,
kortikosteroid tunggal, profilaksis GBS sesuai indikasi
<24 minggu kehamilan: konseling, manajemen kehamilan/induksi persalinan,
antibiotik, tetapi kortikosteroid/tokolisis/MgSO4 tidak direkomendasikan
sebelum viabilitas
Kontroversial atau Tidak
Direkomendasikan
Tokolisis preventif (obat-obatan untuk mencegah kontraksi): Di satu
sisi, hal ini dapat menunda persalinan dan memberikan lebih banyak waktu
bagi janin untuk berkembang dan mendapat manfaat dari pengobatan
kortikosteroid antenatal, di sisi lain meningkatkan risiko infeksi atau
korioamnionitis..
Menutup ketuban setelah pecah: Dengan menutup ketuban yang
pecah, diharapkan terjadi penurunan infeksi, reakumulasi cairan
ketuban di dalam rahim untuk melindungi janin dan memungkinkan
perkembangan paru-paru lebih lanjut. Penempatan spons di atas
selaput yang pecah dan penggunaan obat perangsang autoimun
oral (baricinitip, tofacinitip, secukinumab) bertujuan untuk
mendorong sistem kekebalan tubuh memperbaiki bagian yang
ruptur.
JNPK©
Antibiotik yang dianjurkan:
JNPK©
Antibiotik
• Tidak ada bukti bahwa pemberian antibiotik pada wanita dengan
persalinan prematur dan ketuban utuh menurunkan angka kelahiran
prematur.
• Studi tindak lanjut selama 7 tahun telah menunjukkan adanya
peningkatan risiko serebral palsi pada pasien yang sama.
• Dalam kasus tertentu, seperti persalinan prematur dengan adanya BTA
positif untuk streptokokus grup B, antibiotik diindikasikan bahkan dengan
selaput ketuban utuh.
• Pada wanita dengan KPP sebelum usia kehamilan 34 minggu, di sisi lain,
pemberian antibiotik (eritromisin, amoksisilin, klindamisin) menghasilkan
perpanjangan kehamilan dan pengurangan morbiditas neonatal.
JNPK©
Sepsis Puerpuralis
Penyebab kematian Ibu yang dapat dicegah sejak
inpartu hingga nifas
Tujuan
Tujuan Umum
• Setelah menyelesaikan sesi ini, peserta akan mampu
mengenali, stabilisasi gawat darurat dan
menatalaksana sepsis puerperalis
Tujuan Khusus
• Menjelaskan penyebab infeksi nifas
• Menjelaskan terapi sepsis akibat metritis
• Melakukan pemberian infus dan antibiotik pada
sepsis karena metritis
JNPK©
Masalah
• ENMMS 2000 : sepsis berkontribusi untuk 10%
penyebab kematian langsung obstetri dan 8% dari
semua kematian ibu.
• MMR akibat sepsis adalah 7/100.000 dan 93% kasus
ditatalaksana di RS sebelum meninggal.
• Pelayanan sub-standar oleh:
– SpOG dan bidan (berkontribusi terhadap 38%
kematian yang disebabkan oleh sepsis)
– dukun paraji (90% akibat manipulasi
berlebihan) JNPK
©
Definisi
JNPK©
• Selain demam, dapat terjadi satu atau
beberapa tanda sbb:
JNPK©
• Demam didefinisikan sebagai suhu oral > 38°C yang
diukur pada dua waktu di luar 24 jam pasca
persalinan, atau suhu 38,5C pada saat apapun.
JNPK©
Variabel Inflamasi
JNPK©
Perbandingan PCT & CRP dalam
diagnosis
Sebuah meta-analisis penentuan akurasi tingkat procalcitonin
(PCT) dan C-Reactive Protein (CRP) untuk diagnosis infeksi
bakteri, didapatkan :
JNPK©
• Sensitivitas untuk membedakan bakteri dari
infeksi virus juga lebih tinggi untuk penanda PCT
(92% vs 86%); sedangkan spesifisitasnya
sebanding (73% vs 70%).
JNPK©
• Nilai Q lebih tinggi untuk penanda PCT (0,89 vs
0,83).
JNPK©
• TDS = Tekanan darah sistolik;
• INR = International normalized ratio;
• aPTT = Activated partial thromboplastin time;
• SD = Standar deviasi;
• MAP = Mean arterial pressure .
Diadaptasi dari Levy MM, Fink MP, Marshall JC, dkk: 2001
SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS International Sepsis Definitions Conference. Crit Care
Med 2003;31;1250-6.
JNPK©
Faktor Predisposisi
Antenatal
• Anemia, uremia, hiperglikemia tidak terkendali
• Obat imunosupresi dan/atau imunokompromi
• Infeksi traktus genitalis sebelum persalinan dimulai
Intranatal
• Penatalaksanaan persalinan yang tidak higienis
• KPP/KPD
• Periksa dalam berulang kali
• Persalinan operatif
• Plasenta manual
• Laserasi vagina
JNPK©
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Abdomen
• Distensi dan nyeri regio uterus
• Massa pelvio-abdominal
• Tanda peritonitis: nyeri saat meregangkan
dan jika ada tekanan pada dinding
abdomen
JNPK©
Pemeriksaan setempat
JNPK©
Penyebab sepsis pascapersalinan
JNPK©
Pemeriksaan laboratorium/studi
diagnostik
• Lekositosis
• Cairan serviks/vagina (kultur dan sensitivitas)
• Analisis urin (plus kultur jika terlihat lekosit atau bakteri
pada saat analisis)
• USG untuk deteksi abses intrauterin/pelvik terutama jika
demam menetap setelah 48 jam pemberian antibiotika
• Jika ditemukan massa pelvio-abdominal, lakukan
laparoskopik diagnostik atau laparotomi
• Pemeriksaan laboratorium lainnya (C - reactive protein,
procalcitonin, analisis gas darah, radiologi, dsb)
JNPK©
JNPK©
JNPK©
Penatalaksanaan
• Pasang dua kanula IV besar dan infus kristaloid IV.
• Dopamine drips, titrasi dan dosis bertingkat (mulai 5
mcg/kgBB/menit, maksimal 10-15 mcg/kg BB/menit)
• Antibiotika terapetik (triple drugs) sebelum uji
sensitivitas dan lanjutkan antibiotika yang sesuai.
Lanjutkan antibiotik hingga pasien tidak mengalami
demam selama 24 - 48 jam dan tidak merasa nyeri
• Evakuasi massa intrauterin atau abses pelvik
disertai drainase.
• Pantau lekosit setiap 48 jam/menurut
kondisi klinik
• X-ray dada untuk membantu menentukan adanya
emboli pulmoner septik atau JNPKpneumonia.
©
JNPK©
• Bertolak dari keterbatasan dua kriteria
diagnosis sepsis yang telah dipublikasi
sebelumnya, pada tahun 2016 the European
Society of Intensive Care Medicine dan
SCCM merumuskan kriteria baru diagnosis
sepsis yang menekankan pada terjadinya
disfungsi organ pada seseorang yang
terinfeksi.
JNPK©
Quick SOFA
JNPK©
Sequential Organ Failure Assessment
(SOFA)
• Kelompok ahli juga mengajukan kriteria baru yang
dapat digunakan sebagai penapis pasien sepsis
yang dikenal dengan istilah quick SOFA (qSOFA).
JNPK©
JNPK©
JNPK©
C V P = central venous pressure,
MAP = mean arterial pressure,
Sc vO2 = superior vena cava
oxygen saturation
JNPK©
JNPK©
JNPK©
JNPK©
Vasopresor
• Terapi vasopresor diperlukan untuk
mempertahankan perfusi pada kondisi hipotensi
yang membahayakan nyawa, meksipun
hipovolemia masih belum teratasi.
• Target penggunaan vasopresor adalah
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg.
JNPK©
• Dopamin meningkatkan MAP dan curah jantung,
terutama akibat peningkatan volume sekuncup
dan laju jantung.
JNPK©
Dopamine
• Pada dosis < 3 mcg/kg/menit, dopamin merangsang
reseptor dopamin, mengakibatkan vasodilatasi.
• Pada dosis diantara 5 - 10 mcg/kg/menit, dopamin juga
merangsang reseptor beta-1 adrenergik, menghasilkan
peningkatan curah jantung.
• Pada dosis > 15 mcg/kg/menit, dopamin merangsang
reseptor alfa-adrenergik, menyebabkan vasokonstriksi,
yang meningkatkan resistensi vaskular sistemik.
• Dopamin biasanya digunakan dalam pengobatan syok
septik atau syok kardiogenik.
JNPK©
Dobutamine
• Dobutamin adalah obat yang utama bekerja untuk merangsang
reseptor beta-1, menyebabkan peningkatan efek inotropik dan
kronotropik.
• Kombinasi efek ini berkontribusi pada peningkatan curah jantung
dengan penurunan resistensi vaskular sistemik. Dosis 0,5-5
mcg/kg/menit
• Pada tingkat yang lebih rendah, dobutamin juga merangsang
reseptor beta-2 adrenergik, yang menyebabkan vasodilatasi.
• Dobutamin biasanya digunakan untuk pasien dengan syok
kardiogenik. Ini tidak rutin digunakan pada syok septik karena dapat
menurunkan resistensi vaskular sistemik, sehingga menyebabkan
risiko hipotensi.
JNPK©
JNPK©
• Kortikosteroid yang dianjurkan adalah
hidrokortison dibandingkan deksametason
(300mg/hari).
• Deksametason dapat menyebabkan supresi
segera dan jangka panjang dari aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal.
• Fludrokortison (50 μ g per oral per hari) sebagai
terapi alternatif bila hidrokortison tidak tersedia
atau steroid lain yang tersedia tidak memiliki
aktivitas mineralokortikoid.
JNPK©
Ringkasan
• Sepsis merupakan komplikasi berat dengan
peluang 15-25% untuk pulih
• Diagnosis dini akan sangat membantu
kecepatan terapi dan kelangsungan hidup
pasien.
• Kriteria organ adalah pilihan rasional untuk
diagnosis dan penangan segera Sepsis
• Pengobatan bukan sekedar mengatasi infeksi
tetapi perbaikan hemodinamika dan
menghindakan gagal fungsi multi organ
JNPK©
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIAN
ANDA