Anda di halaman 1dari 23

KEHAMILAN POSTTERM

Dr. Putri Mirani, SpOG. Subsp. KFM

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2022
PENDAHULUAN

• Kehamilan Lewat Bulan, Kehamilan Lewat Waktu, Postterm, prolonged, postdate,


dan postmature adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mendeskripsikan
kehamilan yang melebihi durasi yang dianggap sebagai batas normal.
• Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists (2016) adalah ke-
hamilan yang melebihi 420/7 minggu; yaitu, 294 hari atau lebih dari hari pertama
menstruasi terakhir.
• Definisi ini dengan asumsi bahwa konsepsi terjadi 2 minggu setelah menstruasi
terakhir; yang artinya untuk beberapa kehamilan itu bukan postterm
PENDAHULUAN
• Postdate adalah kehamilan yang melewati
taksiran persalinan.
• Postmatur merupakan kondisi khusus pada
janin dimana janin menampakkan gambaran
kehamilan lewat waktu yang patologis.
Mortalitas dan Morbiditas Perinatal

• Tingkat kelahiran mati (stillbirth),


• kematian bayi baru lahir, dan
• morbiditas bayi meningkat
Luaran Maternal dan Perinatal Sehubungan
Kehamilan Post Term

Maternal Perinatal
 Stillbirth
 Makrosomia Fetus  Sindroma Postmaturitas
 Oligohidramnion  Perawatan NICU
 Preeklampsia  Aspirasi Mekonium
 Kejang Neonatal
 Kelahiran Sesar  Hypoxic-ischemic
 Distosia Bahu Encephalopathy
 Trauma Kelahiran
 Perdarahan Post Partum
 Childhood Obesity
 Laserasi Perineum
Dikutip dari Williams edisi 25th
Patofisiologi

Gawat Janin
Disfungsi Sindroma Post Pertumbuhan
Plasenta Maturitas dan Oligo- Janin Terhambat
hidramnion
Sindroma Post Maturitas

• Bayi baru lahir postmature terlihat khas :


• kulit keriput, kering dan mengelupas;
• Kuku biasanya panjang,
• tubuh yang panjang dan kurus; dan
• pada maturitas yang lanjut terlihat mata terbuka, waspada, dan
• tampak tua dan khawatir.
• Sindrom postmaturitas dapat muncul pada bayi baru lahir dengan usia kehami-
lan 41, 42, atau 43 minggu, 10 – 20% pada kehamilan 42 minggu (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 2016).
Disfungsi Plasenta
• Redman and Staff (2015) berpendapat bahwa kapasitas plasenta yang ter-
batas, yang ditandai dengan disfungsi syncytiotrophoblast, menjelaskan risiko
yang lebih besar dari sindrom postmaturity.
• Clifford (1954) mengatakan bahwa perubahan pada kulit disebabkan oleh
hilangnya efek proteksi dari verniks kaseosa.
• Ada temuan bahwa tingkat apoptosis plasenta — kematian sel terprogram —
secara signifikan lebih besar pada 41 hingga 42 minggu yang lengkap
dibandingkan dengan pada 36 hingga 39 minggu (Smith, 1999).
Gawat Janin
dan Oligohidramnion

Baik gawat janin • Gawat janin yang terjadi


antepartum dan gawat intrapartum tidak berhubungan
janin intrapartum dengan deselerasi lambat yang
ditemukan sebagai merupakan karakteristik dari
konsekuensi dari insufisiensi uteroplacenta
kompresi tali pusat yang
terkait dengan
oligohidramnion
Gawat Janin
dan Oligohidramnion

• Volume cairan amnion biasanya terus menurun setelah 38 minggu.


• Pelepasan meconium ke dalam volume cairan amnion yang sudah berku-
rang menghasilkan mekonium kental  sindrom aspirasi meconium.
Pertumbuhan Janin Terhambat

Divon (1998) dan Clausson (1999) dkk menganalisis kelahi-


ran di National Swedish Medical Birth Registry. Bayi lahir
mati lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang men-
galami pertumbuhan janin terhambat yang dilahirkan setelah
42 minggu
KONTROVERSI ???

• Apakah kehamilan sebaiknya diakhiri pada usia


kehamilan 41 atau 42 minggu
• Apakah dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu
dilakukan induksi setelah ditegakkan diagnosis KLB atau
sebaiknya dilakukan pengelolaan secara ekspektatif
yaitu menunggu dengan pemantauan terhadap
kesejahteraan janin.
PENATALAKSANAAN

Pengelolaan aktif: yaitu dengan • Pengelolaan pasif / menunggu /


melakukan persalinan anjuran ekspektatif : bahwa persalinan anjuran
pada usia kehamilan 41 atau 42 atas dasar KLB mempunyai risiko / komplikasi
minggu untuk memperkecil risiko cukup besar terutama risiko persalinan
terhadap janin. operatif.
Dianjurkan pengawasan kesejahteraan janin,
baik secara biofisik maupun biokimia sampai
persalinan berlangsung dengan sendirinya
atau timbul indikasi untuk mengakhiri kehami-
lan.
Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan KLB adalah :
• Menentukan apakah kehamilan memang telah
berlangsung lewat bulan (KLB) atau bukan.
• Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang
membahayakan janin .
• Pemeriksaan Kardiotokografi seperti nonstres test
(NST) & contraction stress test kesejahteraan janin
sebagai reaksi terhadap kontraksi uterus.
• Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan besar janin,
denyut jantung janin, gangguan pertumbuhan janin, keadaan
dan derajat kematangan plasenta, jumlah dan kualitas ketuban.
• Beberapa pemeriksaan labor  kadar Estriol
• Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop.
• Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan
dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu
bilamana serviks telah matang.
• Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut
apabila kehamilan tidak diakhiri :
 NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya
normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilan-
jutkan seminggu dua kali.
 Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang
vertikal atau indeks cairan amnion < 5 ) atau dijumpai
deselerasi variable pada NST maka dilakukan induksi persali-
nan.
 Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes
dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil positif,
janin perlu dilahirkan. bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari
kemudian
 Keadaan serviks (Skor Bishop) harus dinilai ulang tiap kun-
jungan pasien dan kehamilan harus diakhiri bila serviks
matang.
 Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri
Pengelolaan selama persalinan adalah :
 Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas
uterus) dan kesejahteraan janin. Pemakaian conti-
nous electronic fetal monitoring sangat bermanfaat
 Hindari penggunaan obat penenang atau anal-
getika selama persalinan.
 Awasi jalannya persalinan
 Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu
terjadi kegawatan janin
 Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera men-
gusap wajah neonatus dan penghisapan pada tenggorokan
saat kepala lahir dilanjutkan resusitasi sesuai prosedur
pada janin dengan cairan ketuban bercampur mekoneum.
 Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda
postmaturitas
Thank You

Anda mungkin juga menyukai