Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan Serotinus

Definisi

Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau


lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun
kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh kehamilan,
sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih disebabkan
oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai informasi
yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya semakin
lama janin yang benar-benar postterm itu berada didalam rahim, semakin besar pula
resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat
(Cunningham, 1995).

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap (Sarwono, 1995).

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu
dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam,
1998).

Kehamilan Serotinus adalah Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum


terjadi persalinan (Manuaba, 1998).

Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan
dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri (Kapita Selekta
Kedokteran jilid 1).

Klasifikasi Serotinus.

Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada serotinus / kehamilan bayi lewat
bulan adalah :

• Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi


maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
• Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
• Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
Etiologi

Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum
diketahui secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah:

• Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT,


perdarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa
pasca persalinan ( oxorn, 2003 ).
• Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus – kasus
kehamilan serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen
tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid
didalam membrane janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan uterus
meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan
merangsang kontraksi ( wiliams, 1995 ).kadarestrogen tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang namun factor yang lebih menentukan adalah belum
diproduksinya prostaglandin yang berpengaruh terhadap terjadinya kontraksi
uterus pada akhir kehamilan.
• Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu (
rustam, 1998 )

Patofisiologi

a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang
mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan
hipoglikemia.

b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi
penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin ,
terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:

1. Tahap I insufisiensi plasenta kronis

• Kulit kering, pecah – pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.


• Penampilan malnutrisi
• Bayi dengan mata terbuka dan terjaga

2. Tahap II insufisiensi plasenta akut


• Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3
• Terwarnai mekonium
• Depresi perinatal

3. Tahap III insufisiensi plasenta subakut

• Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3


• Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta
• Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi

c. Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berhubungan
dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom
aspirasi mekonium.

d. Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin dan


produksi sel darah merah yang menyebabkan polisitemia.

e. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan cadangan


glikogen yang cepat.

Pathway Serotinus

Untuk mendapatkan pathway serotinus format doc, DISINI


Gambaran klinis

Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:

• Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan
demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah
berat postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
• TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
• Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan
amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat
janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.
• Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan
sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi
postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.

Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:

• Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit
kuku dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
• Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion
yang bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium
mengotori pita suara.

Pemeriksaan Kehamilan Serotinus

Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan megetahui HPHT dengan rumus neagle yaitu
dengan pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir yang normal dan spontan dengan 7 hari
kemudian penggurangan 3 bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus adalah:

a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air
ketuban.

b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban diambil dengan amniosintesis baik
transvaginal maupun transabdominal (air ketuban akan bercampur dengan lemak dan sel-sel kulit
yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban diperoleh
dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:
• Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
• Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu

c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena insufiensi
plasenta.

d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin karena insufiensi plasenta.

e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin dilakukan ketika usia kehamilan 42 minggu
lebih dan selama saat melakukan induksi, frekuensi denyut janin direkam secara kontinyu.
Sepanjang pelanksanaan induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya suatu tanda yang
membuktikan penurunan frekuensi denyut jantung janin, dan frekuensi denyut jantung janin
bertambah cepat dengan gerakan janin; dengan kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang
reaktif dan negative.

Penatalaksanaan medis

Penalaksanaan pada ibu

a. Pengelolaan persalinan

1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari


derajat kematangan serviks.
2. Bila serviks matang (skor bishop > 5)

• Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000
gram, dilakukan SC.
• Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter
spesialis anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.

3. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih
lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.

• NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan
berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
• Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau
indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka
dilakukan induksi persalinan.
• Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi
(CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST
negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3
hari kemudian.
• Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan
kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.

4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, preeklamsi,
PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja
kehamilan dengan resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.

b. Pengelolaan intrapartum

• Pasien tidur miring sebelah kiri


• Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen bila ditemukan
keadaan jantung yang abnormal.
• Perhatikan jalannya persalinan.

Penatalaksanaan pada bayi

a. Menangani sindrom aspirasi mekonium

• lakukan penghisapan mulutdan luban hidung bayi sementara kepala berada di


perineum dan sebelum nafas yang pertama dilakukan untuk mencegah aspirasi
mekonium yang berada dalam jalan nafas.
• Segera setelah bayi kering dan berada dalam penghangat lakukan intubasi
dengan penghisapan trachea langsung
• Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk mengeluarkan mekonium
dan secret yang berlebihan.
• Berikan tambahan oksigen dan dukungan pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

b. Melakukan pengukuran glukosa darah serial

c. Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan merupakan
kontraindikasi pada status pernafasan.

d. Mempertahankan integritas kulit.

• Pertahankan kulit bersih dan kering


• Hindari penggunaan bedak,cream, lotion
• Hidari penggunaan plester
Komplikasi Serotinus

Komplikasi yang diakibatkan oleh kehamilan serotinus

a. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh:

• Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak
turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang
sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan prostaglandin yang
berperan terhadap penipisan serviks dan kontraksi uterus sehingga sering
didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
• Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan dapat
menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan akibatnya
persalinan tidak dapat berlangsung secara normal, maka sering dijumpai
persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan post partum.

b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu


kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi
plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko tiga kali.
Akibat dari proses penuaan plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan
menurun disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami
pertumbuhan terhambat dan penurunan berat dalam hal ini dapat disebut dismatur.
Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit. Kematian
janin akibat kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam
persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab utama kematian perinatal adalah
hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-tanda partus postterm dibagi menjadi tiga
stadium:

• Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa


kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
• Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium
(kehijauan pada kulit).
• Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik
secara anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen
kepada fetus untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma.
Hal ini dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion
akan meningkat sesuai dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan
cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang
khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri
dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo (rambut halus yang berasal
dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.

Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus
fungsi plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan
berkurang. Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40
minggu atau lebih mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan
dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi janin terhadap trauma dari luar,
memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin, meratakan tekanan di
dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir pada
permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka tekanan pada uterus
tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan
gawat janin. Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan
mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.

Konsep Asuhan keperawatan

Pengkajian

a. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan
dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan menurut keterangan dari
pasien.

1) Nama pasien

Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan


dengan pasien lain.

2) Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko
kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus selanjutnya.
3) Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
PendidikaN
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam memberi informasi
tentang kehamilan serotinus.

• Pekerjaan

Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola
aktifitas pasien berhubungan dengan pekerjaan.

• Alamat

Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada
dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah
bila perlu.

• Identitas suami

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu – waktu dibutuhkan
dan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses
perawatan.

• Alasan datang ke rumah sakit

Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa, konsultasi atau
rujukan.

• Keluhan utama

Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lamanya usia
kehamilan yang tidak sesuai dengan perkiraan persalinan. Dilihat dari gejala klinik
pasien apakah gerakan janin berkurang dari biasanya.

• Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan apakah saat ini
sedang menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa yang telah dilakukan, apakah
sudah periksa, hal ini untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.

Riwayat kesehatan lalu


Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami kehamilan serotinus
sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi lagi pada wanita yang mempunyai
riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.

Riwayat kesehatan keluaga

Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit menular, menurun,


kejiwaan yang dapat mempengaruhiproses kehamilan dan persalinan pasien, infeksi
dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu
mengandung.

• Riwayat obstetrik

Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang membantu dalam
pertimbangan pelaksanaan tindakan.

Riwayat menstruasi

Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu dikaji untuk
menentukan umur kehamilan yang sebenarnya apabila tidak jelas bisa ditanyakan
mulai kapan terasa gerakan janin.
Jumlah haid untuk mengetahui apakah jumlah haidnya banyak atau sedikit sehingga
pasien bisa memastikan apakah darah tersebut darah haid atauatau fleks – fleks siklus.

Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau tidak, apakah sudah
mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil dan
apakah terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan.

Riwayat kontrasepsi

Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek samping
kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.

• Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan
kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan
nutrisi dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.

Eliminasi

Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola eliminasi dalam
keadaan sebelum dan selama hamil karena merupakan proses penting dalam tubuh.

Personal hygiene

Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang
atau tidak karena pada masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap
penyakit.

Pola aktivitas dan istirahat

Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola istirahat ibu selama hamil apakah
cukup atau tidak karena kecapaian dan kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan
tubuh ibu selanjutnya.

Pola kebutuhan seksual

Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan
frekuensinya terutama dalam akhir kehamilan karena sperma mengandung
prostaglandin yang dapat membantu kontraksi uterus karena hal ini baik jika
dilakukan pada kehamilan serotinus.

Data psikososial, spiritual dan emosional

Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga, hubungan
kasih sayang, dukungan dari pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan
keluarga berdoa sesuai dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran
persalinan dan bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua hal
tersebut dapat membantu proses penyelarasan masalh ibu.

Keadaan sosial ekonomi

Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya perawatan dan


pengobatan yang akan diberikan di RS.
2. Data obyektif

Keadaan umum

Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya bagaimana, badannya
kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya, suhunya, tinggi badan,
berat badannya apakah normal atau tidak, hal ini untuk mengetahui adanya
ketidaknormalan keadaan umum yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan
ibu.

Pemeriksaan fisik

• Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.


• Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan otot wajah
atau tidak.
• Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik
tidak, penglihatan baik atau tidak.
• Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lendir atau
tidak, ada polip atau tidak.
• Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau
tidak.
• Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau
tidak.
• Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau
tidak.
• Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
• Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
• Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan
teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
• Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
• Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri
tekan atau tidak.
• Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.
• Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
• Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.

Pemeriksaan obstetrik

• Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.


• Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla
menonjol atau tidak, kolostrum sudah menonjol atau belum.
• Perut:

a. Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada linea atau
tidak, ada bekas operasi atau tidak.

b. Palpasi:

• Leopold I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada
bagian atas teraba bagian apa dan bagaimana.
• Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut ibu
teraba apa, ini untuk menentukan posisi punggung janin.
• Leopold III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau
tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu
dan sudah masuk pintu atas panggul belum.
• Leopold IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu
atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa masuknya.

c. Auskultasi:

DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan normal
atau distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia
atau kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini disebut gawat janin.
Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran
kehamilan.

d. TBJ (taksiran berat janin)

Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak sesuai dengan umur
kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi besar atau makin kecil.

e. TFU (tinggi fundus uteri)

TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui apakah bertambah
tinggi atau malah mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan
terjadi pertumbuhan janin yang terlambat karena adannya insufisiensi plasenta.

f. Gerakan janin

Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada kehamilan serotinus
biasanya disertai dengan oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.

g. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan serviks, konsistensi serviks,
kulit ketuban, penurunan kepala, denominator dan apakah ada bagian yang
menumbung. Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan untuk
mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat dilakukannya induksi persalinan dan
tindakan selanjutnya.

h. Pemeriksaan penunjang

Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif
yang telah ada untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah USG, KTG, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti amniosintesis,
pemeriksaan serologi air ketuban.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan serotinus antara
lain:

Diagnosa keperawatan pada bayi

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen.
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.
4. Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh tidak
stabil karena hilangnya lemak subkutan.
5. Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengelupasan
kulit.

Diagnosa keperawatan pada ibu

1. Ansietas berhubungan dengan partus macet


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan
ekstrauterin

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bagi bayi

• Untuk intervensi keperawatan bagi bayi lebih bulan serotinus Silahkan, DISINI

Intervensi Keperawatan bagi ibu

• Untuk intervensi keperawatan bagi ibu serotinus silahkan, DISINI

Daftar Pustaka

• Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi.


Jakarta : EGC
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2010. Semarang
• Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan.
wordpress. com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/)(Online), diakses
pada tanggal 10 januari 2015.
• Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan
Patologis. Jakarta: Salemba Medika
• Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa
Swara
• Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta:
TOSCA
• Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
• Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
• Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya
• Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
• Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta :
EGC
• Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta :
ANDI
• Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
• Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
• Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai