Definisi
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap (Sarwono, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu
dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam,
1998).
Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan
dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri (Kapita Selekta
Kedokteran jilid 1).
Klasifikasi Serotinus.
Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada serotinus / kehamilan bayi lewat
bulan adalah :
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum
diketahui secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah:
Patofisiologi
a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang
mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan
hipoglikemia.
b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi
penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin ,
terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:
c. Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berhubungan
dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom
aspirasi mekonium.
Pathway Serotinus
• Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan
demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah
berat postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
• TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
• Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan
amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat
janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.
• Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan
sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi
postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.
• Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit
kuku dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
• Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion
yang bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium
mengotori pita suara.
Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan megetahui HPHT dengan rumus neagle yaitu
dengan pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir yang normal dan spontan dengan 7 hari
kemudian penggurangan 3 bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus adalah:
a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air
ketuban.
b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban diambil dengan amniosintesis baik
transvaginal maupun transabdominal (air ketuban akan bercampur dengan lemak dan sel-sel kulit
yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban diperoleh
dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila:
• Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
• Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu
c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena insufiensi
plasenta.
d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin karena insufiensi plasenta.
e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin dilakukan ketika usia kehamilan 42 minggu
lebih dan selama saat melakukan induksi, frekuensi denyut janin direkam secara kontinyu.
Sepanjang pelanksanaan induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya suatu tanda yang
membuktikan penurunan frekuensi denyut jantung janin, dan frekuensi denyut jantung janin
bertambah cepat dengan gerakan janin; dengan kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang
reaktif dan negative.
Penatalaksanaan medis
a. Pengelolaan persalinan
• Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000
gram, dilakukan SC.
• Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter
spesialis anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.
3. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih
lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
• NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan
berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
• Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau
indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka
dilakukan induksi persalinan.
• Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi
(CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST
negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3
hari kemudian.
• Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien, dan
kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, preeklamsi,
PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja
kehamilan dengan resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
b. Pengelolaan intrapartum
c. Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan merupakan
kontraindikasi pada status pernafasan.
• Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak
turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang
sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan prostaglandin yang
berperan terhadap penipisan serviks dan kontraksi uterus sehingga sering
didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
• Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan dapat
menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan akibatnya
persalinan tidak dapat berlangsung secara normal, maka sering dijumpai
persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan post partum.
Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik
secara anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen
kepada fetus untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma.
Hal ini dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion
akan meningkat sesuai dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan
cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang
khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung sekitar 98% air. Sisanya terdiri
dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo (rambut halus yang berasal
dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.
Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus
fungsi plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan
berkurang. Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40
minggu atau lebih mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan
dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi janin terhadap trauma dari luar,
memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin, meratakan tekanan di
dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan lahir pada
permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka tekanan pada uterus
tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan
gawat janin. Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan
mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.
Pengkajian
a. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan
dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan menurut keterangan dari
pasien.
1) Nama pasien
2) Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko
kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus selanjutnya.
3) Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
PendidikaN
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam memberi informasi
tentang kehamilan serotinus.
• Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola
aktifitas pasien berhubungan dengan pekerjaan.
• Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada
dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah
bila perlu.
• Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu – waktu dibutuhkan
dan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga. Selain itu juga selama proses
perawatan.
Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa, konsultasi atau
rujukan.
• Keluhan utama
Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lamanya usia
kehamilan yang tidak sesuai dengan perkiraan persalinan. Dilihat dari gejala klinik
pasien apakah gerakan janin berkurang dari biasanya.
• Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan apakah saat ini
sedang menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa yang telah dilakukan, apakah
sudah periksa, hal ini untuk mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.
• Riwayat obstetrik
Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas yang membantu dalam
pertimbangan pelaksanaan tindakan.
Riwayat menstruasi
Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu dikaji untuk
menentukan umur kehamilan yang sebenarnya apabila tidak jelas bisa ditanyakan
mulai kapan terasa gerakan janin.
Jumlah haid untuk mengetahui apakah jumlah haidnya banyak atau sedikit sehingga
pasien bisa memastikan apakah darah tersebut darah haid atauatau fleks – fleks siklus.
Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau tidak, apakah sudah
mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil dan
apakah terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan.
Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek samping
kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.
Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan
kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan
nutrisi dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.
Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola eliminasi dalam
keadaan sebelum dan selama hamil karena merupakan proses penting dalam tubuh.
Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang
atau tidak karena pada masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap
penyakit.
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola istirahat ibu selama hamil apakah
cukup atau tidak karena kecapaian dan kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan
tubuh ibu selanjutnya.
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan
frekuensinya terutama dalam akhir kehamilan karena sperma mengandung
prostaglandin yang dapat membantu kontraksi uterus karena hal ini baik jika
dilakukan pada kehamilan serotinus.
Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga, hubungan
kasih sayang, dukungan dari pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan
keluarga berdoa sesuai dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran
persalinan dan bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua hal
tersebut dapat membantu proses penyelarasan masalh ibu.
Keadaan umum
Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya bagaimana, badannya
kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya, suhunya, tinggi badan,
berat badannya apakah normal atau tidak, hal ini untuk mengetahui adanya
ketidaknormalan keadaan umum yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan
ibu.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan obstetrik
a. Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada linea atau
tidak, ada bekas operasi atau tidak.
b. Palpasi:
• Leopold I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada
bagian atas teraba bagian apa dan bagaimana.
• Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut ibu
teraba apa, ini untuk menentukan posisi punggung janin.
• Leopold III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau
tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu
dan sudah masuk pintu atas panggul belum.
• Leopold IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu
atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa masuknya.
c. Auskultasi:
DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan normal
atau distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia
atau kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini disebut gawat janin.
Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran
kehamilan.
Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak sesuai dengan umur
kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi besar atau makin kecil.
TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui apakah bertambah
tinggi atau malah mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan
terjadi pertumbuhan janin yang terlambat karena adannya insufisiensi plasenta.
f. Gerakan janin
Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada kehamilan serotinus
biasanya disertai dengan oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.
g. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan serviks, konsistensi serviks,
kulit ketuban, penurunan kepala, denominator dan apakah ada bagian yang
menumbung. Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan untuk
mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat dilakukannya induksi persalinan dan
tindakan selanjutnya.
h. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif
yang telah ada untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah USG, KTG, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti amniosintesis,
pemeriksaan serologi air ketuban.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan serotinus antara
lain:
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bagi bayi
• Untuk intervensi keperawatan bagi bayi lebih bulan serotinus Silahkan, DISINI
Daftar Pustaka