Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN JIWA DI Rt 03 Rw 01 KELURAHAN MOJOSONGO


KECAMATAN JEBRES KABUPATEN SURAKARTA

Disusun Oleh:
1. Arsida Ulfa Aulia P27220019 190
2. Chandra Dewi Cahyani P27220019 191
3. Danik Kuswati P27220019 193
4. Desy Ilham Cahya P P27220019 195
5. Dian Hariani Chandra N P27220019 197
6. Gilang Septian P27220019 270
7. Lailati Ulpah P27220019 279
8. Muhammad Akhyar P27220019 285
9. Ridha Hayati P27220019 300
10. Trian Fajar Julianda P27220019 310

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kesehatan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : - Sehat Jiwa
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa
- Definisi gangguan jiwa
- Penyebab gangguan jiwa
- Tanda gejala gangguan jiwa
- Jenis gangguan jiwa
- Tindakan yang harus dilakukan ketika menemui
seseorang dengan gangguan jiwa
Waktu : 60 menit
Sasaran : Masyarakat Rt 03/Rw 01 Mojosongo, Surakarta
Tempat : Rt 03/Rw 01 Mojosongo, Surakarta

A. Tujuan Instruksional Umum


Masyarakat mampu memahami mengenai pentingnya kesehatan jiwa

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa, diharapkan masyarakat :
1. Memahami tentang sehat jiwa.
2. Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa.
3. Mengetahui tentang definisi gangguan jiwa.
4. Memahami tentang penyebab gangguan jiwa.
5. Memahami tentang tanda gejala gangguan jiwa.
6. Memahami tentang jenis gangguan jiwa.
7. Memahami tentang tindakan yang harus dilakukan ketika menemui
seseorang dengan gangguan jiwa

1
C. Kegiatan Belajar Mengajar
No Tahap Waktu Kegiatan Media
1. Pembukaan 5 menit
- Memberikan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
2. Pelaksanaan 45 menit - Menjelaskan tentang : Lembar
a. Sehat Jiwa balik/leafleat
b. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan jiwa
c. Definisi gangguan jiwa
d. Penyebab gangguan jiwa
e. Tanda gejala gangguan jiwa
f. Jenis gangguan jiwa
g. Tindakan yang harus dilakukan
ketika menemui seseorang
dengan gangguan jiwa
- Memberikan kesempatan bagi peserta
untuk bertanya.
- Menjawab pertanyaan
3. Penutup 10 menit - Evaluasi
- Meminta peserta untuk menjelaskan
kembali tentang kesehatan jiwa
- Menentukan rencana tindak lanjut dari
penyuluhan dan menentukan
pertemuan yang akan datang
berdasarkan topik, waktu dan tempat.
- Salam penutup

D. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
E. Media
Leaflet, lembar balik

2
F. Evaluasi
1. Struktur:
a. Masyarakat hadir ditempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Aula masjid Rt 03/Rw 01
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Proses:
a. Masyarakat antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan oleh
pembicara.
b. Keluarga klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
c. Keluarga terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Hasil:
Masyarakat: Peran masyarakat terhadap orang dengan masalah kesehatan
jiwa.
1. Mampu mengetahui tentang sehat jiwa dan masalah kesehatan jiwa.
2. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa
3. Mampu memahami definisi gangguan jiwa.
4. Mampu memahami penyebab gangguan jiwa.
5. Mampu memahami tanda gejala gangguan jiwa
6. Mampu memahami jenis gangguan jiwa
7. Mampu mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika menemui
seseorang dengan gangguan jiwa.

G. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
3. Lembar balik

3
Lampiran Materi:
KESEHATAN JIWA

A. Pengertian Kesehatan Jiwa


Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU
No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2015)
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua
defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat,
seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas
dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan
seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang
terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan
atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU
No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal
dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan
orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan
kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari
gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang,
mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2013).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang
secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan

4
belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau
sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan
pengalaman yang cukup dapat membantu seseorang untuk menangkap adanya
gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka
akan semakin mudah penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah
kesehatan jiwa anak usia sekolah dasar sangat membantu mencegah
timbulnya masalah yang lebih berat.
Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan
di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena
penyebab permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang
tidak ingin dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai
masalah dengan teman (Noviana, 2012).
Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks
sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat
kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan
fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan
atau hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah psikososial
yang diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis maupun sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan
dianggap mempunyai pengaruh cukup besar. Sebagai faktor penyebab
timbulnya berbagai gangguan jiwa.
Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang
harmonis, peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan
untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan
tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar
dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2015)
Seorang yang sehat mental dapat: (WHO)
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dalam usaha/perjuangan hidup
3. Lebih puas memberi daripada menerima
4. Bebas dari kecemasan/ketegangan

5
5. Berhubungan dengan orang lain  tolong menolong, saling
memuaskan
6. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
7. Mengarahkan rasa bermusuhan  penyelesaian kreatif dan
konstruktif
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
a. Mampu menghadapi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakah" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru
f. Puas dengan pekerjaannya

6
B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa

1. Cedera kepala.
2. Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam
keluarga.
3. Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
4. Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
5. Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
6. Mengalami diskriminasi dan stigma.
7. Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
8. Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
9. Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
10. Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
11. Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
12. Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
13. Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
14. Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
15. Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami.
Faktor Risiko Kesehatan Mental
1. Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:
2. Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan,
sedangkan laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan
antisosial.
3. Perempuan setelah melahirkan.
4. Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
5. Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.
6. Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.
7. Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
8. Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
9. Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan kerja.

7
10. Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang

C. Gangguan Jiwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan
bagi penderita (dan keluarganya).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur,
ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan
disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar
kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang
percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada
yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman
atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita
dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat
pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2015).

2. Penyebab Gangguan Jiwa


Gejala utama atau gejala yangmenonjol pada gangguan jiwa terdapat
pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis
(psikogenik), (Maramis,2016). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang
saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah
gangguan badan ataupun jiwa.
Faktor keturunan, kelainan otak baik sejak dalam kandungan, saat
lahir maupun akibat kecelakaan serta kelainan/sakit fisik yang
mempengaruhi fungsi otak, Kepribadian yang rapuh, Daya tahan kejiwaan
yang rendah serta pola asuh yang tidak baik, Lingkungan & situasi

8
kehidupan sosial yang tidak pernah menenteramkan serta adat istiadat dan
kebiasaan yang tidak sehat. Orang yang beresiko/ rawan terkena Gangguan
jiwa:
a) Individu yang kehilangan anggota tubuh
b) Individu yang kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai
c) Individu yang kehilangan pekerjaan, harta benda, tempat tinggal,
sekolah
d) Keluarga dengan penyakit kronis : TBC, hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, ginjal dan reumatik
e) Keluarga dengan ibu hamil atau ibu melahirkan

3. Tanda Gangguan Jiwa


3P Perubahan Perasaan

Perubahan Perilaku

Perubahan Pikiran

4. Ciri orang gangguan jiwa


a. Marah-marah tanpa sebab
b. Mengamuk
c. Mengurung diri
d. Tidak mengenali orang
e. Bicara kacau
f. Bicara/tertawa sendiri
g. Tidak mampu merawat diri

5. Macam-Macam Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang
psikologik dari unsur psikis. Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi

9
Maslim, 2016): Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia,
gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan,
gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan
kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan
perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset
masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar.Skizofrenia
juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian pengetahuan kita
tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang
(Maramis,2016).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah
kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya
berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et
al.,2017).

Skizofrenia 3P Tanda psikotik

b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri (Kaplan, 2016).Depresi juga dapat diartikan sebagai salah
satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan
tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 2017).Depresi

10
adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan
penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri
atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2018). Depresi
adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa
seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan,
harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada
bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang
merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi
tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa
ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan
dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi. Individu yang
menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes,
2017). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan
dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian
besar orang mulai pulih (Atkinson, 2016).
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim
(2016).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai
bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins
2017).Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau
tidak dikenali.Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan
tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen (2016)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat
tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan
kecemasan panik.

11
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau
tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian
paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,
kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif,
kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.(Maslim,2016).
e. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,2017).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar
otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan
dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada
penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan
fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang
menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik
lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit
tertentu daripada pembagian akut dan menahun.

f. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi
badaniah (Maramis, 2017).Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi
alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu

12
neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu,
maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial (Maslim,2016).

D. Yang harus dilakukan ketika menemukan pasien jiwa


1. Melaporkan kepada kader
2. Melaporkan kepada tenaga kesehatan
3. Tenaga kesehatan atau kader akan melaporkan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap pasien gangguan jiwa
4. Jangan melakukan stigma pada orang tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, K., Nugroho, A., Supriyadi. (2013). Pengaruh menghardik terhadap


penurunan tingkat halusinasi dengar pada pasien skizofrenia di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Semarang. (online),
http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id diakses pada tanggal 8
Januari 2014.
Priharjo, R. 2015. Perawatan Nyeri. Jakarta :EGC
Mansjoer, Arif.2012. Kapita selekta kedokteran. Jakarta. Media Aeskulapius:
FKUI
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Maramis, W.F. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.

14
15

Anda mungkin juga menyukai