Anda di halaman 1dari 18

RESUME KEPERAWATAN JIWA

PADA SDR. T DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


DI IGD RSJD DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Disusun Oleh
1. Chandra Dewi Cahyani P27220019 191
2. Danik Kuswati P27220019 193
3. Desy Ilham Cahya P27220019 195
4. Dian Hariani Chandra P27220019 197
5. Dita Prasetyawati P27220019 199
6. Eldha Ike Wahyu S P27220019 202

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
TAHUN 2020
RESUME KEPERAWATAN JIWA
PADA SDR.T DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI IGD RSJD DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

I. Pengkajian
Hari/Tanggal/ Jam Pengkajian : Kamis, 30 Januari 2020/ 11.15 WIB
Pengkaji :Chandra,Danik,Desy,Dian,Dita,Eldha
Sumber Informasi : Wawancara dengan pasien dan keluarga

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr.T
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Sragen
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.B
Umur : 54 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sragen
Hubungan dengan Pasien : Ibu

1
B. Alasan Masuk
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta
karena pasien mengamuk, teriak-teriak dan berkata-kata kasar.

C. Faktor Presipitasi
Keluarga pasien mengatakan selama 2 minggu pasien sering mengamuk
dan sering berkata kasar karena pasien mendengarkan bisikan temannya
yang mengejek bahwa dia laki laki kok banci. Akhirnya keluarga
membawa pasien ke IGD RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

D. Faktor Presdisposisi
Keluarga mengatakan bahwa 2 tahun yang lalu pasien sebelum sakit
memiliki permasalahan di lingkungan sekolahnya dan pasien juga
seorang yang pemikir. Pasien memiliki permasalahan dengan teman
sekolahnya karena pasien tertekan diperolok- olok laki laki kok banci.
Kemudian lama kelamaan pasien sering mengamuk dan berkata kotor.
Keluarga mengatakan bahwa sekitar 2 minggu yang lalu pasien tiba-tiba
pulang sekolah mengamuk. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
jiwa ataupun kontrol kejiwaan sebelumnya. Ibu pasien mengatakan ke
tiga anaknya mengalami gangguan kejiwaan.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmentis
2. TTV : TD : 133/80 mmHg
HR : 86 x/menit
RR : 20 x/mnt
S : 365 oC
SpO2 : 99%
3. Keluhan Fisik : Tidak ada.

2
F. Assesment/ Aspek Medis
1. Diagnosa Medis : Skizofrenia
2. Terapi : - Inj. Lodomer 5mg
- Inj. Diphenhydramine 10 mg

G. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Keluarga pasien 1. Saat Pengkajian pasien
mengatakan bahwa dua tampak mata pasien
minggu sebelum masuk melotot,melamun, senyum
rumah sakit pasien sering senyum sendiri, berteriak
menggamuk dengan – teriak, dan pasien
berteriak teriak. tampak tidak tenang
2. Pasien mengatakan bahwa (gelisah)
bisikan yang ia dengar 2. Saat ditanya alur bicara
muncul setiap melihat pasien kacau, kontak mata
temannya saat berkumpul pasien tidak tahan lama
dengan banyak orang. 3. Saat di IGD pasien teriak
Keluarga mengatakan teriak
bahwa sekitar 2 minggu 4. TTV : TD : 133/80
yang lalu pasien tiba-tiba mmHg
sekolah menjadi ngamuk HR : 86 x/menit
dan berteriak teriak. RR : 20 x/mnt
3. Keluarga mengatakan S : 365 oC
bahwa pasien saat marah SpO2 : 99%
berteriak-teriak berkata
kasar dan memukul
ibunya.
4. Keluarga mengatakan
pasien berbicara sendiri
5. Pasien mengatakan bahwa
bisikan yang ia dengar
muncul setiap melihat
temannya

H. Analisa Data
No Data Fokus Masalah
1. DS : Resiko Perilaku
1. Keluarga pasien mengatakan Kekerasan
bahwa dua minggu sebelum
masuk rumah sakit pasien sering
menggamuk dengan berteriak

3
teriak Keluarga mengatakan
bahwa sejak kemarin hingga hari
ini pasien makin sering
mengamuk dan berbicara kasar.
2. Keluarga mengatakan bahwa
pasien saat marah berteriak-
teriak berkata kasar dan
memukul ibunya.
DO :
1. Saat Pengkajian pasien tampak
mata pasien melotot,melamun,
senyum senyum sendiri,
berteriak – teriak, dan pasien
tampak tidak tenang (gelisah)

2. Saat di IGD pasien teriak teriak


3. TTV : TD : 133/80 mmHg
HR : 86 x/menit
RR : 20 x/mnt
S : 365 oC
SpO2 : 99%
2 DS : Perubahan
1. Keluarga pasien mengatakan persepsi sensori:
bahwa dua minggu sebelum halusinasi
masuk rumah sakit pasien sering pendengaran
menggamuk dengan berteriak
teriak Keluarga mengatakan
bahwa sejak kemarin hingga hari
ini pasien makin sering
mengamuk dan berbicara kasar.
2. Pasien mengatakan bahwa
bisikan yang ia dengar muncul
setiap melihat temannya saat
berkumpul dengan banyak
orang. Keluarga mengatakan
bahwa sekitar 2 minggu yang
lalu pasien tiba-tiba sekolah
menjadi ngamuk dan berteriak
teriak.
3. Pasien mengatakan bahwa
bisikan yang ia melihat
temannya berkumpul
DO :
1. Saat Pengkajian pasien tampak
mata pasien melotot,melamun,
senyum senyum sendiri,

4
berteriak – teriak, dan pasien
tampak tidak tenang (gelisah)
2. Saat di IGD pasien teriak teriak
3. TTV : TD : 133/80 mmHg
HR : 86 x/menit
RR : 20 x/mnt
S : 365 oC
SpO2 : 99%

I. Pohon masalah

Effect Resiko Mencederai: Diri, Orang Lain


dan Lingkungan

Core Problem Resiko Perilaku Kekerasan

Cause Perubahan sensori : halusinasi


pendengaran

Koping individu tidak efektif

J. Prioritas Masalah
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

5
II. Intervensi
Dx. Kep Tujuan Intervensi
Resiko A. Pasien
Perilaku Setelah dilakukan SP 1:
Kekerasan tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab,
selama 1 kali pertemuan tanda dan gejala, akibat
diharapkan pasien dapat perilaku kekerasan
mengontrol marah yang dilakukan
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan cara
1. Pasien mampu mengontrol perilaku
mengenali kekerasan: latihan fisik,
penyebab, tanda obat, verbal, spritual
gejala dari perilaku 3. Latih cara mengontrol
kekerasan yang perilaku kekerasan
dilakukannya secara fisik : tarik nafas
2. Pasien tahu cara dalam dan pukul bantal
mengontrol perilaku 4. Masukkan latihan fisik
kekerasan dengan ke dalam jadwal
cara latihan fisik kegiatan
(nafas dalam dan
pukul bantal), SP 2:
minum obat, verbal, 1. Evaluasi kegiatan
spritual) latihan fisik, berikan
3. Pasiem mampu reward
menerapkan cara 2. Latih cara mengontrol
mengontrol perilaku perilaku kekerasan
kekerasan dengan 6 benar obat
3. Masukkan cara minum
obat kedalam jadwal
harian

SP 3:
1. Evaluasi latihan fisik
dan minum obat.
Berikan pujian
2. Latih mengontrol
perilaku kekerasan
secara verbal
3. Masukkan atihan verbal
kedalam jadwal
kegiatan

SP 4:
1. Evaluasi latihan fisik ,
minum obat dan verbal.
Berikan pujian
6
2. Latih mengontrol
perilaku kekerasan
secara spiritual
3. Masukkan cara spiritual
kedalam jadwal
kegiatan
B. Keluarga
Setelah dilakukan SP 1:
tindakan keperawatan 1. Diskusikan masalah
selama 1 kali pertemuan yang dirasakan saat
diharapkan keluarga merawat pasien
dapat merawat pasien 2. Jelaskan pengertian,
perilaku kekerasan tanda gejala dan proses
dengan kriteria hasil: terjadinya perilaku
1. Keluarga kekerasan
mengetahui masalah 3. Jelaskan cara merawat
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
yang dialami pasien 4. Latih cara merawat
2. Keluarga tahu cara perilaku kekerasan
merawat pasien dengan kegiatan fisik
dengan perilaku (nafas dalam dan pukul
kekerasan bantal)
3. Keluarga mampu 5. Anjurkan membantu
merawat pasien pasien untuk
dengan perilaku memasukkan jadwal
kekerasan dan berikan pujian

SP 2:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalm merawat
atau melatih pasien
latihan fisik. Berikan
pujia
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara memberikan
atau membimbing
pasien minum obat
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian

SP 3:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalm merawat
atau melatih pasien

7
dengan latihan fisik,
dan cara minum obat.
Berikan pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara membimbing
pasien untuk berbicara
dengan baik
4. Latih cara membimbing
pasien dalam kegiatan
spiritual
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian

SP 4:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien dengan latihan
fisik, obat, latihan
verbal, dan spiritual.
Berikan pujia
2. Jelaskan follow up ke
rumah sakit maupun
puskesmas jika terdapat
tanda kekambuhan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian

Perubahan A. Pasien
persepsi Setelah dilakukan SP 1:
sensori: tindakan keperawatan 1. Identifikasi halusinasi:
halusinasi selama 1 kali isi, frekuensi, waktu
pendengaran pertemuan diharapkan terjadi situasi, pencetus,
pasien dapat perasaan, respon
mengontrol halusinasi 2. Jelaskan cara
dengan kriteria hasil : mengontrol halusinasi:
1. Pasien mampu menghardik, minum
mengenali halusinasi obat, bercakap-cakap,
yang dialaminya: isi, melakukan aktivitas
frekuensi, waktu 3. Latih cara mengontrol
terjadi, situasi halusinasi dengan
pencetus, perasaan, menghardik
respon. 4. Masukkan pada jadwal

8
2. Pasien mampu kegiatan untuk
mengontrol menghardik
halusinasi dengan
cara menghardik. SP 2:
3. Pasien mampu 1. Evaluasi kegiatan
mengontrol menghardik , beri pujian
halusinasi dengan 2. Latih cara mengontrol
cara menggunakan halusinasi dengan obat
obat. (jelaskan 6 benar prinsip
4. Pasien mampu minum obat)
mengontrol 3. Masukkan ke jadwal
halusinasi dengan harian untuk
cara bercakap-cakap. menghardik dan minum
5. Pasien mampu obat
mengontrol
halusinasi dengan SP 3:
cara melakukan 1. Evaluasi menghardik
aktifitas. dan minum obat serta
beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
3. Masukkan kedalam
jadwal harian untuk
menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap

SP 4:
1. Evaluasi kegiatan
menghardik, minum
obat, bercakap-cakap,
beri pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
aktivitas
3. Masukkan pada jadwal
untuk latihan
menghardik, minum
obat, bercakap-cakap
dan aktivitas
B. Keluarga
Setelah dilakukan SP 1:
tindakan keperawatan 1. Diskusikan masalah
selama 1 kali yang dirasakan saat
pertemuan diharapkan merawat pasien
keluarga dapat merawat 2. Jelaskan pengertian,

9
pasien halusinasi tanda gejala dan proses
dengan kriteria hasil : terjadinya halusinasi
1) Keluarga mampu 3. Jelaskan cara merawat
mengenal masalah halusinasi
merawat pasien di 4. Latih cara merawat
rumah. pasien halusinasi
2) Keluarga mampu dengan cara
menjelaskan menghardik
halusinasi 5. Anjurkan membantu
(pengertian, jenis, pasien untuk
tanda dan gejala memasukkan jadwal
halusinasi dan proses dan berikan pujian
terjadinya).
3) Keluarga mampu SP 2:
merawat pasien 1. Evaluasi kegiatan
dengan halusinasi. keluarga dalam
4) Keluarga mampu merawat atau melatih
menciptakan pasien menghardik.
lingkungan Beri pujian
5) Keluarga mampu 2. Jelaskan 6 benar cara
mengenal tanda dan memberikan obat
gejala kambuh ulang. 3. Latih cara memberikan
6) Keluarga mampu atau membimbing
memanfaatkan pasien minum obat
fasilitas kesehatan 4. Anjurkan membantu
untuk follow-up pasien sesuai jadwal
pasien dengan dan berikan pujian
halusinasi.
SP 3:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien menghardik dan
cara memberikan obat.
Beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap-
cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu bercakap-cakap
dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrl halusinasi
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal

10
dan berikan pujian

SP 4:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau melatih
pasien
denganmenghardiki,
obat, bercakap-cakap,
dan aktivitas. Berikan
pujia
2. Jelaskan follow up ke
rumah sakit maupun
puskesmas jika terdapat
tanda kekambuhan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian

III. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Waktu Implementasi Evaluasi Ttd
30/01/20 Pasien
11.45 DS: S:
1. Keluarga pasien Pasien mengatakan
mengatakan bahwa tidak mau melakukan
dua minggu sebelum nafas dalam
masuk rumah sakit
pasien sering O:
menggamuk dengan 1. Pasien tidak
berteriak teriak. kooperatif
2. Keluarga 2. Pasien bicara
mengatakan bahwa kacau
pasien saat marah
berteriak-teriak A:
berkata kasar dan Perilaku Kekerasan
memukul ibunya. masih ada
DO:
1. Saat Pengkajian P:
pasien tampak mata 1. Evaluasi latihan
pasien fisik (nafas dalam
melotot,melamun, dan pukul bantal)
senyum senyum 2x sehari
sendiri, berteriak – 2. Latih cara
teriak, dan pasien mengotrol PK

11
tampak tidak tenang dengan 6 benar
(gelisah) obat
2. Saat di IGD pasien 3. Latih cara
teriak teriak mengotrol PK
dengan verbal
Diagnosa Keperawatan 4. Latih cara
Resiko Perilaku mengotrol PK
Kekerasan dengan spiritual

Tindakan Keperawatan RTL:


1. Memfiksasi pasien 1. Anjurkan pasien
2. Mengukur TTV untuk
3. Membina hubungan memasukkan
saling percaya latihan fisik
4. Mengidentifikasi kedalam aktivitas
penyebab PK di ruangan
5. Melatih cara
mengontrol emosi
dengan nafas dalam
dan pukul bantal
30/01/20 Keluarga
11.45 DS: S:
1. Keluarga Keluarga mengatakan
mengatakan baru sudah mengetahui
pertama kali dibawa tentang perilaku
ke RSJD kekerasan yang dialami
2. Pasien mengatakan pasie dan paham cara
bahwa bisikan yang merawat pasien
ia dengar muncul
setiap melihat O:
temannya saat 1. Keluarga kooperatif
berkumpul dengan 2. Keluarga tampak
banyak orang. memperhatikan
Keluarga 3. Keluarga mampu
mengatakan bahwa menjelaskan
sekitar 2 minggu kembali apa yang
yang lalu pasien sudah dijelaskan
tiba-tiba sekolah
menjadi ngamuk A:
dan berteriak teriak. Perilaku Kekerasan
3. Pasien mengatakan masih ada
bahwa bisikan yang
ia dengar muncul P:
setiap melihat 1. Evaluasi
temannya kemampuan
keluarga dalam

12
DO: melatih pasien
1. Saat Pengkajian dengan latihan fisik
pasien tampak mata 2. Jelaskan cara
pasien memberikan obat
melotot,melamun, dengan 6 benar
senyum senyum 3. Jelaskan cara
sendiri, berteriak – mengontrol PK
teriak, dan pasien dengan verbal
tampak tidak tenang 4. Jelaskan cra
(gelisah) mengontrol PK
2. Saat di IGD pasien degan spiritual
teriak teriak
RTL:
Diagnosa Keperawatan 1. Anjurkan keluarga
Tindakan Keperawatan menjenguk pasien
minimal seminggu
2 kali
2. Anjurkan keluarga
mengontrolkan
kembali pasien
setelah pulang dari
rumah sakit
3. Anjurkan keluarga
untuk selalu
mendampingi
pasien saat di
rumah
29/01/20 Pasien
12.00 DS: S:
1. Pasien mengatakan Pasien mengatakan
bahwa bisikan yang masih mendengar
ia dengar muncul bisikan tetangganya
setiap melihat sekali selama di IGD.
temannya saat
berkumpul dengan O:
banyak orang. 1. Pasien belum
Keluarga mampu menghardik
mengatakan bahwa 2. Pasien masah bicara
sekitar 2 minggu sendiri dan bicara
yang lalu pasien kacau
tiba-tiba sekolah
menjadi ngamuk A:
dan berteriak teriak. Perubahan persepsi
2. Pasien mengatakan sensori : halusinasi
bahwa bisikan yang pendengaran masih ada
ia dengar muncul

13
setiap melihat P :
temannya 1. Evaluasi latihan
3. Keluarga menghardik 2x
mengatakan pasien sehari
berbicara sendiri 2. Evaluasi cara
DO: minum obat sesuai
1. Saat Pengkajian jadwal pemberian
pasien tampak mata obat
pasien 3. Latih cara
melotot,melamun, mengontrol
senyum senyum halusinasi dengan
sendiri, berteriak – bercakap –cakap
teriak, dan pasien dan melakukan
tampak tidak tenang kegiatan
(gelisah)
2. Saat di IGD pasien RTL :
teriak teriak 1. Anjurkan pasien
untuk memasukkan
Diagnosa Keperawatan latihan mengontrol
Perubahan persepsi dan minum obat ke
sensori: halusinasi dalam jadwal
pendengaran aktifitas harian di
ruangan
Tindakan Keperawatan
2. Membina hubungan
saling percaya
3. Mengukur TTV
pasien
4. Mengidentifikasi
masalah yang terjadi
pada pasien
5. Mengidentifikasi
halusinasi:
menghardik, minum
obat, bercakap-
cakap, kegiatan
6. Melatih cara
mengontrol
halusinasi:
menghardik dan
obat
29/01/20 Keluarga S:
12.00 DS: Keluarga mengatakan
1. Keluarga sudah paham tentang
mengatakan ini halusinasi yang dialami
pertama kalinya pasien

14
pasien dibawa ke
RSJD O:
2. Keluarga Keluarga kooperatif,
mengatakan pasien tampak memperhatikan
berbicara sendiri penjelasan dan mampu
menjelaskan kembali
DO: yang telah dijelaskan
1. Keluarga tampak A:
gelisah dan Perubahan persepsi
binggung sensori: halusinasi
menghadapi pasien pendengaran masih ada
2. Keluarga pasien
kooperatif P:
1. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan kemampuan
Perubahan persepsi keluarga dalam
sensori: halusinasi melatih pasien
pendengaran menghardik
2. Jelaskan cara
Tindakan Keperawatan memberikan obat
1. Membina hubungan dengan 6 benar
saling percaya 3. Jelaskan cara
2. Mendiskusikan bercakap-cakap
masalah yang dan melakukan
dirasakan saat kegiatan untuk
merawat pasien mengontrol
3. Menjelaskan halusinasi
pengertian, tanda
gejala dan proses RTL:
terjadinya halusinasi 4. Anjurkan keluarga
4. Menjelaskan cara menjenguk pasien
merawat pasien minimal seminggu
dengan menghardik 2 kali
dan cara minum 5. Anjurkan keluarga
obat mengontrolkan
5. Menganjurkan kembali pasien
membantu pasien setelah pulang dari
sesuai jadwal dan rumah sakit
memberika reward 6. Anjurkan keluarga
pujian untuk selalu
mendampingi
pasien saat di
rumah

15
IV. Pembahasan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada kasus ini antara lain resiko
perilaku kekerasan dan perubahan sensori: halusinasi pendengaran.
Diagnosa resiko perilaku kekerasan yang dibuktikan dengan adanya
keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit Pasien mengamuk
berteriak teriak dan mengamuk ke ibunya. Diagnosa resiko perilaku
kekerasan digunakan karena Pasien di rumah mengamuk sambil berteriak ke
ibunya. Data yang diperoleh dan menunjang dalam penegakkan diagnosa
resiko perilaku kekerasan diantaranya pasien mengamuk karena
mendengarkan bisikan bahwa temannya sedang membicarakan pasien
sehingga pasien mengamuk dan teriak teriak. Tindakan yang dilakukan pada
diagnosa resiko perilaku kekerasan antara lain :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Melakukan restrain
3. Mengidentifikasi penyebab resiko perilaku kekerasan
4. Melatih latihan fisik (nafas dalam)
Kendala yang dihadapi yaitu pasien yang masih belum bisa mengontrol
perasaan takut, marah dan gelisahnya menyebabkan sulitnya melakukan
pengkajian dan melakukan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(SPTK) yang bertujuan agar Pasien mampu mengungkapkan jenis perilaku
kekerasan, menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan, mengontrol
perilaku kekerasan. Kesimpulannya dari 4 SPTK yang ada pada diagnosa
keperawatan resiko perilaku kekerasan Pasien mampu dilakukan SPTK
yaitu tarik nafas dalam dan 68 mengucapkan istighfar.
Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu perubahan sensori: halusinasi
pendengaran yang dibuktikan dengan pasien mengatakan dirinya mendengar
bisikan bahwa dirinya sedang dibicarakan oleh tetangganya dan tetangganya
tersebut akan menghancurkan kehidupannya. Pasien mengatakan bahwa
bisikan yang ia dengar muncul setiap melihat tetangganya. Data objektif
yang ditemukan Saat ditanya alur bicara pasien kacau, kontak mata pasien
tidak tahan lama, selama dikaji pasien sering bicara sendiri. Tindakan yang

16
dilakukan pada diagnosa perubahan sensori: halusinasi pendengaran antara
lain
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi situasi,
pencetus, perasaan, respon
3. Melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan minum
obat
Kendala yang dihadapi yaitu pasien yang masih belum bisa mengontrol
halusinasinya, pasien alur bicara pasien kacau, kontak mata pasien tidak
tahan lama menyebabkan sulitnya melakukan pengkajian dan melakukan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SPTK) yang bertujuan agar
pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon saat halusinasi muncul dan
mengontrol halusinasinya. Kesimpulannya dari 4 SPTK yang ada pada
diagnosa keperawatan perubahan sensori: halusinasi pendengaran pasien
mampu dilakukan SPTK yaitu tarik nafas dalam dan mengontrol halusinasi
dengan obat.

17

Anda mungkin juga menyukai