Anda di halaman 1dari 41

Supervisor

dr. Asan Petrus, M.Ked (For), Sp.F

OLEH
dr. Novriandi Syahputra
 Tujuan Interuksi Umum :
 Mampu mendiagnosa dan memperkirakan lama / saat
kematian secara tepat
 
 Tujuan Interaksi Khusus:
 Mampu Menjelaskan Latar Belakang Thanatologi
 Mampu Menjelaskan Definisi dari Thanatologi
 Mampu Menjelaskan istilah tentang mati.
 Mampu Menjelaskan tanda kematian tidak pasti
 Mampu Menjelaskan tanda pasti kematian
 Mampu memperkirakan saat kematian
 Mampu mengetahui siklus hidup lalat
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, angka
kematian di Indonesia ( tahun 2010 ) mencatat
ada 15 dari 1000 penduduk tiap tahun nya
(bps.go.id), dan berdasarkan data registrasi
Kepolisian Republik Indonesia tahun 2013,angka
criminal 342.000 kasus, dan menjadi korban
kejahatan sekitar 2.980.000
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan
dengan kematian) dan logos (ilmu) . Tanatologi adalah bagian dari
ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu
mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan
mati otak (mati batang otak).
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi
ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irreversible).
Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
 Mati suri (suspended animation apparent death) adalah terhentinya
ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih
dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati
suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.
 Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau ja­ringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya
tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan
tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
 Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang
ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua
sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak
dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak)
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada
tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jan­tung dan peredaran
darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea
mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu
timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti.
Kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep
baru sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi
pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian ditentukan
berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.

Tanda yang segera dikenali setelah kematian;


Berhentinya sirkulasi darah

Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
 Perubahan pada mata
 Perubahan pada kulit
 Perubahan temperatur tubuh
 Lebam mayat
 Kaku mayat

Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:


 Proses pembusukan
 Saponifikasi atau adiposera
 Mumifikasi
Dengan berhentinya jantung berdenyut maka aliran darah
dalam arteri juga berhenti. Denyut nadi tidak dapat lagi diraba
dan pada auskultasi juga tidak dapat didengar bunyi jantung.
Beberapa pemeriksaan yang dapat memastikan berhentinya
sirkulasi adalah sebagai berikut :
1.Tes Magnus,dengan mengikat salah satu ujung jari
tangan/kaki,yang menjadi bengkak dan sianose pada orang
hidup.
2.Tes diaphanous(transilumination).dengan menyenter
telapak tangan akan terlihat warna merah muda di pinggir
telapak tangan.
3. Tes Icard. Jika pada orang yang masih hidup disuntikkan zat
floresen secara hipodermis, maka warna kulit sekitarnya akan
terlihat kehijauan. Pada orang yang sudah meninggal dimana
tidak ada lagi sirkulasi darah, hal diatas tidak akan terjadi.

Pada kasus kematian, berhentinya sirkulasi dan pernafasan saja


belum tentu cukup memastikan bahwa orang tersebut sudah
meninggal. Beberapa kasus pernah dilaporkan di mana sirkulasi
dan pernafasan telah berhenti untuk beberapa waktu (dari
beberapa detik sampai sekitar setengah jam), tetapi orangnya
masih hidup dan tubuhnya kembali berfungsi dengan baik.
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan
sama dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan
melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan penurunan suhu
pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat itu
sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat
berlangsung cepat. Menurut Sympson (Inggeris), menyatakan bahwa
dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami
penurunan temperatur 2,5 derajat F setiap jam pada enam jam pertama
dan 1,6-2 derajat F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam
suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya
Jasing P Modi (India), menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh
dengan lama kematian adalah sebagai berikut :

 Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara
suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
 Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari nilai pertama.
 Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai
pertama
 Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai
terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.

.
 Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan
orang tua dibandingkan orang dewasa.
 Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh
yang lebih lambat dibandingkan pria karena jaringan
lemaknya lebih banyak.
 Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada
ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi, kecepatan
penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan
jika mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi
yang cukup.
Merupakan keadaan dimana temperatur mayat meningkat dalam
2 jam pertama setelah kematian. Hal ini terjadi jika :
 Jika sistem regulasi suhu tubuh terganggu sesaat sebelum
kematian, misalnya meninggal akibat sengatan matahari.
 Jika terdapat aktivitas bakteri yang berlebihan, misalnya pada
septikemia.
 Adanya proses peningkatan suhu tubuh akibat kejang-kejang,
misalnya pada tetanus dan keracunan striknin.
Sinonimnya adalah Hipostatis,Post mortem staining ,
Livor mortis,Vibises ,Suggilation.

Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada


jaringan kulit dan subkutan disertai pelebaran pembuluh
kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau
bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi
gambaran berupa warna ungu kemerahan.
1. Merupakan tanda dari kematian
2. Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan
penyebab kematian
3. Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah,
maka lebam mayat pertama sekali terlihat pada
bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke
punggung.
4. Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat
tampak pada bagian tungkai dan lengan.
5. Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini
bisa lain daripada normal.
Misalnya :
◦ Kematian karena asfiksia, lebam mayat berwarna merah
cerah
◦ Pada keracunan karbon monoksida dan asam hidrosianida,
lebam mayat berwarna merah terang atau merah jambu.
◦ Pada keracunan kalium klorat, lebam mayat berwarna
coklat.
◦ Pada keracunan fostor, lebam mayat berwarna biru gelap.
Sifat Lebam mayat Memar
1. Letak Epidermal, karena pelebaran pembuluh darah Subepidermal, karena ruptur pembuluh
yang tampak sampai ke permukaan kulit darah yang letaknya bisa superfisial
atau lebih dalam
2. Kultikula Tidak rusak Kulit ari rusak
(Kuli air)
3. Lokasi Terdapat pada daerah yang luas, terutama luka Terdapat di sekitar bisa tampak di
pada bagian tubuh yang letaknya rendah. mana saja pada bgian tubuh dan tidak
meluas
4. Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari kulit. Biasanya membengkak karena resapan
darah dan edema.
5. Pinggiran Jelas Tidak jelas
6. Warna Warnanya sama Memar yang lama warnanya bervariasi.
Memar yang baru berwarna lebih tegas
daripada warna lebam mayat
disekitarnya.
7. Pada pemotongan Pada pemotongan, darah tampak dalam Menunjukkan resepan darah ke
pembuluh, dan mudah dibersihkan. Jaringan jaringan sekitar, susah dibersihkan
subkutan tampak pucat. jaringan sekitar, susah dibersihkan jika
hanya dengan air mengalir. Jaringan
subkutan berwarna merah kehitaman.
8. Dampak setelah Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan Warnanya berubah sedikit saja jika
penekanan yang ringan diberi penekanan.
Sifat Lebam mayat Memar
1.Warna merah Tidak beraturan dan terdapat Sama merahnya diseluruh
pada bagian tubuh yang organ tubuh
letaknya rendah.

2. Membran Pucat Normal


mukosa
3. Eksudat Tidak terdapat eksudat Bisa tampak eksudat
peradangan
4. Organ dalam Lambung dan usus halus jika Warnanya sama
diregang akan tampak daerah
yang berwarna tidak sama
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
 Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
 Kaku mayat (rigor mortis)
 Periode relaksasi sekunder

RELAKSASI PRIMER
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama
2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi, dan bisa
digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus
otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring
rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan
lemas.
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer.
Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel,
dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.
Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot
mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan
leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot
memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi
sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24-48 jam pada musim
dingin dan 18-36 jam pada musim panas.
Penyebab: Otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena
adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan
akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat
dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku
mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan
pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat
dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada
kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati
tetapi cukup usia (tidak prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat
kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada
pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih
lama pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum
meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot
sudah lemah.
1.Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat
terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus
listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi
protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat
menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu
posisi dimana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal.
Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif.

Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :


 Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku
karena panas.
 Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika
dipaksa diregangkan.
 Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan merlanjut
terus sampai terjadinya pembusukan.
2. Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu
yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak
dan otot. Jika mayat dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih
tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin
cepat terjadi dan cepat juga hilang.

3. Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi


sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah
meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu
tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum
meninggal korban melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk
kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban.
Fenomena ini sangat jarang ditemukan.
Kepentingan dari segi mediko – legal :
 Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk
tujuan bunuh diri masih berada dalam genggaman.
 Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan
korban bisa terdapat daun atau rumput.
 Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin
bisa diperoleh sesuatu yang memberi petunjuk untuk mencari
pembunuhnya.
Kaku mayat Spasme kadaver
1. Mulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal
2. Faktor - Kematian mendadak, aktivitas
predisposisi berlebih, ketakutan, terlalu lelah,
perasaan tegang, dll.
3. Otot yang Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
terkena volunter dan involunter. kelompok otot volunter
4. Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
dengan sedikit tenaga kuat untuk melawan kekakuannya
5. Kepentingan Untuk perkiraan saat Menunjukkan cara kematian yaitu
dari segi kematian bunuh diri, pembunuhan atau
mediko-legal kecelakaan
6. Suhu mayat Dingin Hangat
7. Kematian sel Ada Tidak ada
8. Rangsangan Tidak ada respon otot Ada respon otot
listrik
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi
karena pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara
fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada
beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga
sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi
sekunder.
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa
iliaka kanan dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh
perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian
depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin
berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12
jam pada musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin.
Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan
mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses
keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka dan busa
kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau tidak
enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul
pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban
sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk
lepuhan kulit
Lepuhan Kulit (blister)

Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat


dengan cukup mudah dikelupas. Di mana akan tampak
cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung
albumin.
Belatung

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul


akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya
pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan menetas
menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,
belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan
menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai
tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa
mengeluarkan isinya

Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa
pecah berhubung besarnya tekanan gas yang dikandungnya. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka jaringan-jaringan menjadi lunak, rapuh
dan berwarna kecoklatan.
Organ tubuh bagian dalam
Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk
perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna
kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang lambat.

Jaringan yang cepat membusuk :


◦ Laring
◦ Trakea
◦ Otak terutama pada anak-anak
◦ Lambung
◦ Usus halus
◦ Hati
◦ Limpa
Jaringan yang lambat membusuk :
 Jantung
 Paru-paru
 Ginjal Prostat
 Uterus non gravid

Pembusukan dalam air


Pembusukan dalam air lebih lambat prosesnya dibandingkan
pembusukan pada udara terbuka. Setelah mayat dikeluarkan dari
dalam air, maka proses pembusukan akan berlangsung sangat cepat,
lebih kurang 16 kali lebih cepat dibandingkan biasanya. Karena itu
pemeriksaan post-mortem harus segera dilaksanakan pada kasus
mati tenggelam.

Kecepatan pembusukan juga bergantung kepada jenis airnya; pada


air yang kotor tidak mengalir dan dalam, pembusukan lebih cepat.
Pada mayat yang tenggelam, waktu yang dibutuhkan untuk
muncul dan mulai mengapung adalah 24 jam. Kecepatan
pengapungan mayat tergantung dari :

– Usia. Mayat anak-anak dan orangtua lebih lambat terapung.


– Bentuk tubuh. Orang yang gemuk dan kuat, mayatnya cepat
terapung. Mayat yang kurus lebih lambat terapung.
– Keadaan air. Pada air yang jernih, pengapungan mayat lebih
lambat terjadi dibandingkan dnegan pada air kotor.
– Cuaca. Pada musin panas, pengapungan mayat 3 kali lebih
cepat dibandingkan pada musim dingin.
 Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses
pembusukan adalah antara 700F sampai 1000F.
Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F
dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320 F atau
diatas 2120F .
 Udara. Udara yang mempercepat pembusukan.
Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan
dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.
 Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses
pembusukan.
 Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya
lebih cepat membusuk. Beberapa jenis racun bisa
memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng)
dan golongan logam antimon. Mayat penderita yang
meninggal karena penyakit kronis lebih cepat
membusuk dibandingkan mayat orang sehat.
Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses
pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan
adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang
lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai
coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk
melalui proses hidrolisa dan hidrogenasi setelah kematian. Adanya
enzim bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses
tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada
mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa.

Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1


minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere
adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat
basah).
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan
penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan
menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari
pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.

Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana
mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu
bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh.

Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa


tahun. Kepentingan medikolegal dari mummfikasi adalah dapat
menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).
Isi Saluran Pencernaan
Makanan masuk kedalam saluran pencernaan akan mengalami proses
pencernaan hingga akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh. Proses yang
mempunyai pola dan waktu yang tetap ini dapat pula dipakai sebagai
petunjuk.

Isi Lambung
Dalam 1 jam pertama separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah
dicernakan dan masuk ke pilorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke
pilorus pada jam ke 2. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar
dari lambung pada jam ke 3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan
yang mengandung banyak karbohidrat akan lebih cepat dicerna (cepat keluar
dari lambung); yang mengandung protein lebih lama dan yang paling lama
yang mengandung lemak. Tetapi perlu diperhitungkan tonus dan keadaan
lambung, seperti gangguan fungsi pilorus dan keadaan fisik korban sebelum
mati. Syok, koma, geger otak, depresi mental menghambat gerakan
pencernaan.
Usus
Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8
jam, di colon tranversum dalam waktu 9-10 jam colon-pelvis 12-14 jam,
dikeluarkan dalam waktu 24-28 jam. Penentuan lama kematian dari isi
pencernaan ini dinilai dari suatu korban makan dan tidak ada hubungan
langsung dengan waktu pemeriksaan dilakukan.
Kandung kemih
Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur
isi kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan
kandung kemih kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari dan
bila masih penuh tentu meninggalnya lebih awal.
Pakaian
Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai
kebiasaan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu Pakaian kantor/sekolah,
pakaian tidur, pakaian renang, olah raga dan lain-lain, kadang-kadang dapat
dipakai sebagai petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur
tentu diperkirakan waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi.
Jam tangan
Bila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat
kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Begitu juga
dengan peristiwa kebakaran.
KESIMPULAN
 Dari semula sudah dikemukakan bahwa tujuan pengetahuan tanatologi
adalah untuk kepentingan medikolegal, terutama berkaitan dengan post-
mortem interval. Pengetahuan ini harus selalu diterapkan dalam
pemeriksaan mayat.
 Bila saat kematian korban tidak diketahui, maka beberapa petunjuk di
bawah ini dapat dipakai.
 Jam pertama kematian. Tubuh masih hangat (dengan termometer panjang
didapati suhu 37 C), otot-otot masih lemas selurunya (periode relaksasi
primer), kornea mata bening, belum tampak atau belum jelas adanya lebam
mayat.
 4-6 jam. Telah mulai dingin (suhu rektal 34-35 C), kaku mayat di rahang
telah di telah ada, begitu juga di beberapa persendian, lebam mayat masih
hilang pada penekanan.
 10-12 jam. Mayat mulai dingin (suhu sekitar 29-30 C), nda pembusukan
terutama di perut bagian kanan bawah tampak biru kehijauan, lebam mayat
luas di bagian terendah dari tubuh. kaku mayat lengkap di seluruh tubuh
seperti papan, bila diangkat kaki, panggul dan punggung juga terangkat,
lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada penekanan.
 16-18 jam. Mayat dingin (sama dengan suhu ruang 28-29 C), kaku mayat
di beberapa persendian telah hilang
 20-24 jam. Dingin, kaku mayat sudah menghilang (relaksasi sekunder),
tanda pembusukan makin jelas, perut mulai tegang, bau pembusukan, darah
pembusukan keluar dari hidung dan mulut.
 30-36 jam. Mayat menggembung, maka bengkak, mata tertutup, bibir
menebal, keluar gas dan air pembusukan keluar dari hidung dan mulut,
tampak garis pembuluh darah di permukaan tubuh (marble appearance).
 40-48 jam. Gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum bengkak,
lidah bengkak dan menonjol keluar. Sebagian gelembung pecah, kulit muda
terkelupas.
 3 hari. Pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps. Demikian juga anus, mata
menonjol keluar, muka sangat bengkak kehitaman rambut dan kuku mudah
dicabut.
 4-5 hari. Perut mengempes kembali karena gas keluar dan celah jaringan
yang rusak/hancur, satura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan
menjadi seperti bubur.
 6-10 hari. Jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur,
rongga dada dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah hancur dan
seluruhnya hingga tinggal tulang belulang.

Anda mungkin juga menyukai