OLEH
dr. Novriandi Syahputra
Tujuan Interuksi Umum :
Mampu mendiagnosa dan memperkirakan lama / saat
kematian secara tepat
Tujuan Interaksi Khusus:
Mampu Menjelaskan Latar Belakang Thanatologi
Mampu Menjelaskan Definisi dari Thanatologi
Mampu Menjelaskan istilah tentang mati.
Mampu Menjelaskan tanda kematian tidak pasti
Mampu Menjelaskan tanda pasti kematian
Mampu memperkirakan saat kematian
Mampu mengetahui siklus hidup lalat
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, angka
kematian di Indonesia ( tahun 2010 ) mencatat
ada 15 dari 1000 penduduk tiap tahun nya
(bps.go.id), dan berdasarkan data registrasi
Kepolisian Republik Indonesia tahun 2013,angka
criminal 342.000 kasus, dan menjadi korban
kejahatan sekitar 2.980.000
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan
dengan kematian) dan logos (ilmu) . Tanatologi adalah bagian dari
ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu
mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan
mati otak (mati batang otak).
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi
ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irreversible).
Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak
pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
Mati suri (suspended animation apparent death) adalah terhentinya
ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih
dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati
suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat
aliran listrik dan tenggelam.
Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya
tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan
tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang
ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua
sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak
dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak)
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat
dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada
tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal
atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran
darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea
mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu
timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti.
Kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep
baru sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi
pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian ditentukan
berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.
Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
Perubahan pada mata
Perubahan pada kulit
Perubahan temperatur tubuh
Lebam mayat
Kaku mayat
Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara
suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari nilai pertama.
Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai
pertama
Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai
terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.
.
Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan
orang tua dibandingkan orang dewasa.
Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh
yang lebih lambat dibandingkan pria karena jaringan
lemaknya lebih banyak.
Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada
ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi, kecepatan
penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan
jika mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi
yang cukup.
Merupakan keadaan dimana temperatur mayat meningkat dalam
2 jam pertama setelah kematian. Hal ini terjadi jika :
Jika sistem regulasi suhu tubuh terganggu sesaat sebelum
kematian, misalnya meninggal akibat sengatan matahari.
Jika terdapat aktivitas bakteri yang berlebihan, misalnya pada
septikemia.
Adanya proses peningkatan suhu tubuh akibat kejang-kejang,
misalnya pada tetanus dan keracunan striknin.
Sinonimnya adalah Hipostatis,Post mortem staining ,
Livor mortis,Vibises ,Suggilation.
RELAKSASI PRIMER
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama
2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi, dan bisa
digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus
otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring
rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan
lemas.
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer.
Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel,
dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.
Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot
mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan
leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot
memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi
sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24-48 jam pada musim
dingin dan 18-36 jam pada musim panas.
Penyebab: Otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena
adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan
akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat
dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku
mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan
pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat
dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada
kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati
tetapi cukup usia (tidak prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat
kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada
pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih
lama pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum
meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot
sudah lemah.
1.Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat
terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus
listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi
protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat
menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu
posisi dimana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal.
Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif.
Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa
pecah berhubung besarnya tekanan gas yang dikandungnya. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka jaringan-jaringan menjadi lunak, rapuh
dan berwarna kecoklatan.
Organ tubuh bagian dalam
Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk
perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna
kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang lambat.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana
mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu
bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh.
Isi Lambung
Dalam 1 jam pertama separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah
dicernakan dan masuk ke pilorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke
pilorus pada jam ke 2. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar
dari lambung pada jam ke 3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan
yang mengandung banyak karbohidrat akan lebih cepat dicerna (cepat keluar
dari lambung); yang mengandung protein lebih lama dan yang paling lama
yang mengandung lemak. Tetapi perlu diperhitungkan tonus dan keadaan
lambung, seperti gangguan fungsi pilorus dan keadaan fisik korban sebelum
mati. Syok, koma, geger otak, depresi mental menghambat gerakan
pencernaan.
Usus
Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8
jam, di colon tranversum dalam waktu 9-10 jam colon-pelvis 12-14 jam,
dikeluarkan dalam waktu 24-28 jam. Penentuan lama kematian dari isi
pencernaan ini dinilai dari suatu korban makan dan tidak ada hubungan
langsung dengan waktu pemeriksaan dilakukan.
Kandung kemih
Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur
isi kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan
kandung kemih kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari dan
bila masih penuh tentu meninggalnya lebih awal.
Pakaian
Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai
kebiasaan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu Pakaian kantor/sekolah,
pakaian tidur, pakaian renang, olah raga dan lain-lain, kadang-kadang dapat
dipakai sebagai petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur
tentu diperkirakan waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi.
Jam tangan
Bila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat
kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Begitu juga
dengan peristiwa kebakaran.
KESIMPULAN
Dari semula sudah dikemukakan bahwa tujuan pengetahuan tanatologi
adalah untuk kepentingan medikolegal, terutama berkaitan dengan post-
mortem interval. Pengetahuan ini harus selalu diterapkan dalam
pemeriksaan mayat.
Bila saat kematian korban tidak diketahui, maka beberapa petunjuk di
bawah ini dapat dipakai.
Jam pertama kematian. Tubuh masih hangat (dengan termometer panjang
didapati suhu 37 C), otot-otot masih lemas selurunya (periode relaksasi
primer), kornea mata bening, belum tampak atau belum jelas adanya lebam
mayat.
4-6 jam. Telah mulai dingin (suhu rektal 34-35 C), kaku mayat di rahang
telah di telah ada, begitu juga di beberapa persendian, lebam mayat masih
hilang pada penekanan.
10-12 jam. Mayat mulai dingin (suhu sekitar 29-30 C), nda pembusukan
terutama di perut bagian kanan bawah tampak biru kehijauan, lebam mayat
luas di bagian terendah dari tubuh. kaku mayat lengkap di seluruh tubuh
seperti papan, bila diangkat kaki, panggul dan punggung juga terangkat,
lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada penekanan.
16-18 jam. Mayat dingin (sama dengan suhu ruang 28-29 C), kaku mayat
di beberapa persendian telah hilang
20-24 jam. Dingin, kaku mayat sudah menghilang (relaksasi sekunder),
tanda pembusukan makin jelas, perut mulai tegang, bau pembusukan, darah
pembusukan keluar dari hidung dan mulut.
30-36 jam. Mayat menggembung, maka bengkak, mata tertutup, bibir
menebal, keluar gas dan air pembusukan keluar dari hidung dan mulut,
tampak garis pembuluh darah di permukaan tubuh (marble appearance).
40-48 jam. Gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum bengkak,
lidah bengkak dan menonjol keluar. Sebagian gelembung pecah, kulit muda
terkelupas.
3 hari. Pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps. Demikian juga anus, mata
menonjol keluar, muka sangat bengkak kehitaman rambut dan kuku mudah
dicabut.
4-5 hari. Perut mengempes kembali karena gas keluar dan celah jaringan
yang rusak/hancur, satura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan
menjadi seperti bubur.
6-10 hari. Jaringan lunak tubuh melembek dan lama-lama menjadi hancur,
rongga dada dan perut bisa terlihat karena sebagian otot sudah hancur dan
seluruhnya hingga tinggal tulang belulang.