Anda di halaman 1dari 28

PERKIRAAN SAAT MATI

Ferryal Basbeth
basbethf@gmail.com

Pendahuluan:
seorang dokter forensik sering diminta
bantuan dan pendapatnya mengenai masalah
yang harus diungkapkan baik itu ditingkat
penyidikan atau di tingkat pengadilan yang
menyangkut hal- hal mengenai definisi
tentang mati itu sendiri dan mengenai saat
mati seseorang.

Memperkirakan

saat
kematian
yang
mendekati
ketepatan,
mempunyai
arti
penting dengan proses penyidikan, oleh
karena penyidik akan lebih terarah dan
selektif dalam melakukan pemeriksaan
terhadap para tersangka pelaku tindak
pidana.

Untuk

dapat memperkirakan saat kematian


seseorang perlu diketahui
perubahanperubahan yang terjadi pada tubuh setelah
seseorang meninggal dunia, dan juga faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya
perubahan tersebut

Secara

tradisional mati dapat didefinisikan


secara sederhana yaitu berhentinya ketiga
sistem penunjang kehidupan sistem syaraf
pusat, jantung dan paru secara permanent
( permanent cessation of life) ini yang
disebut sebagai mati klinis atau mati somatis

Dengan

ditemukannya respirator maka


disusunlah kriteria diagnostik baru yang
berdasarkan pada konsep brain death is
death. Kemudian konsep inipun diperbaharui
menjadi brain steem death is death

Pada

saat terjadi kematian , terdapat sel dan


jaringan yang masih bermitosis. Tetapi
kemudian segala kegiatan yang terjadi pada
sel dan jaringan akan terhenti sama sekali .
Pengetahuan ini penting dalam transplantasi
organ, maka muncullah definisi mati seluler
(mati molekuler) yaitu kematian organ atau
jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis.

Bila

seseorang meninggal dunia, tubuh


akan mengalami berbagai perubahan
jaringan yang disebut perubahan awal
kematian atau tanda kematian tidak
pasti.

Setelah

beberapa waktu akan timbul


perubahan pasca mati yang memungkinkan
diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda
tersebut dikenal sebagai tanda pasti
kematian berupa lebam mayat, kaku mayat,
penurunan suhu tubuh , pembusukan,
mumifikasi dan adiposera

LEBAM

MAYAT disebut juga:


Post Mortem Lividity
Post Mortem Suggilation
Hypostasis
Livor Mortis
Stainning

mayat terbentuk bila terjadi kegagalan


sirkulasi
dalam mempertahankan tekanan
hidrostatik yang menggerakan darah mencapai
capillary bed dimana pembuluh pembuluh darah
kecil afferent dan efferent saling berhubungan.
Secara bertahap darah yang mengalami stagnasi
di dalam pembuluh vena besar dan cabangcabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan
mengalir ke bawah, ketempat tempat yang
terendah yang dapat dicapai.

Lebam

kebiruan pada hypostasis tidak


mempunyai konotasi yang sama seperti
cyanosis yang terjadi selama kehidupan.
Konsep cyanosis ini menpunyai arti
perubahan warna kebiruan pada kulit dan
mukosa membran yang sebaiknya diberi
batasan tegas dalam diskripsi secara klinik
dan tidak digunakan dalam mayat.

Warna

Secara

klinik terjadinya sianosis


memerlukan sekurangnya 5 g persen
dari hemoglobin yang tereduksi dalam
darah kapiler. Pada mayat dissosiasi
oksigen ini akan berlangsung terus dan
mungkin terjadi reflux dari darah vena
yang mengalami deoskigenasi masuk
kedalam pembuluh darah kapiler.

Ini

menjelaskan mengapa darah dari


kadaver berwarna ungu kebiruan,
tetapi bukan sebagai akibat dari
perubahan
patofisiologi
dalam
kehidupan misalnya pada strangulasi

Beberapa buku mengatakan variasi lebam ini


sangat besar tergantung dari oksigenasi saat
kematian seperti congesti dan hypoxia dimana
darah menjadi lebih gelap sebagai akibat dari
hemoglobin yang tereduksi dalam pembuluh
darah kulit, tetapi ini merupakan indikator yang
tidak dapat dipercaya dan tidak pasti yang
mengatakan bahwa warna yang lebih gelap dari
hypostasis merupakan indikasi
kematian
disebabkan asphyxia.

mayat ini biasanya timbul setengah


jam sampai dua jam setelah kematian, akan
tetapi pada individu yang mengalami proses
kematian yang lama dimana terjadi gagal
jantung dan venous return yang terhambat
oleh immobilitas dan coma yang dalam maka
lebam mayat dapat terjadi antemortem

Lebam

dengan yang terjadi pada anemia


kronis atau perdarahan masif. Dimana
setelah terbentuk hypostasis yang menetap
dalam waktu 10 12 jam ternyata akan
memberikan lebam mayat pada sisi yang
berlawanan setelah dilakukan reposisi pada
tubuh dari pronasi ke supinasi.

Berlawanan

mayat ini berkembang secara bertahap,


dimulai bercak-bercak berwarna keunguan
dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah
kematian
dimana
bercak-bercak
ini
intensitasnya menjadi meningkat, kemudian
bergabung menjadi satu dalam beberapa jam
kemudian, dimana fenomena ini menjadi komplet
dalam waktu kurang lebih 8 12 jam, ini dapat
dikatakan lebam mayat menjadi menetap.

Lebam

lebam mayat ini disebabkan


karena terjadinya perembesan darah kedalam
jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh
darah akibat tertimbunnya sel sel darah
dalam jumlah yang banyak, adanya proses
hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot
dinding pembuluh darah.

Menetapnya

Dengan

demikian penekanan pada daerah lebam


yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak akan
menghilang.
Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu
jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam
belum terfiksasi secara sempurna

Perubahan

lebam ini lebih mudah terjadi


pada 6 jam pertama sesudah kematian, bila
telah terbentuk lebam primer kemudian
dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi
lebam sekunder pada posisi yang berlawanan.
Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini
adalah penting untuk menunjukan telah
terjadi manipulasi posisi pada tubuh.

Suzutani et al telah memeriksa 430 mayat dengan


melakukan penekanan pada daerah lebam, dia menemukan
bahwa lebam menetap :
dalam 30 persen kasus dimana kematian terjadi dalam
waktu 6 12 jam.
Lebih dari 50 persen lebam mayat menetap setelah 12
24 jam kematian, dan
70 persen kasus yang meninggal dalam waktu 1 3 hari.
Dia juga menemukan angka yang signifikan bahwa lebam
masih dapat berubah dalam waktu sekurang-kurangnya 3
hari.

Pada

kasus kematian tidak wajar seperti


banyaknya darah yang keluar sehingga
mengakibatkan banyaknya fibrinogen darah
yang hilang darah akan tetap mencair dan ini
memberi pengaruh terhadap pembentukan
lebam mayat.

Akan

tetapi pada kematian wajarpun darah


dapat menjadi permanent incoagulable oleh
karena adanya aktifitas fibrinolisin yang
dilepas kedalam aliran darah selama proses
kematian

Sumber

dari fibrinolisin ini tidak diketahui


tetapi kemungkinan berasal dari endothelium
pembuluh darah, dan permukaan serosa dari
pleura. Aktifitas fibrinolisin ini nyata sekali
pada kapiler-kapiler yang berisi darah. Darah
selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler,
dan ini yang bertanggung jawab terhadap lebam
mayat

Dalam

kenyataannya lebam mayat yang


terfiksasi adalah hanya sesuatu yang relatif,
oleh karena kapanpun tubuh dibalik maka
hipostasis yang terjadi sebelumnya akan
menghilang.

Mallach

telah melakukan analisa data


mengenai onset, meluasnya, intensitas
maksimum, perpindahan dan perubahan lebam
mayat yang telah diambil dari data yang
dipublikasi antara tahun 1905 - 1963.
Kesimpulannya dapat dilihat pada table 1.1
dibawah ini

Anda mungkin juga menyukai