1 Definisi Thanatologi
Istilah Thanatologi berasal dari Bahasa Yunani, terdiri dari kata thanatos
(berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Thanatologi adalah bagian dari
ilmu kedokteran forensik yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan
Menurut ilmu kedokteran, kematian manusia dapat dilihat dalam dua dimensi
yaitu kematian sel (cellular death) akibat ketiadaan oksigen baru akan terjadi setelah
kematian manusia sebagai individu (somatic death). Selain kematian individu dan
kematian sel, terdapat jenis kematian lain yaitu mati suri (apparent death), mati
diagnosis kematian, penentu saat kematian, perkiraan sebab kematian dan perkiraan
cara kematian. 1
(termasuk penegak hukum) dapat melakukannya, tetapi juga tidak selalu mudah
1
sehingga kadang-kadang dokter pun dapat melakukan kesalahan. Oleh karena itu,
ilmu ini perlu dipahami sungguh-sungguh agar tidak terjadi kesalahan dalam
Perubahan eksternal maupun internal yang terjadi pada tubuh seseorang yang
sudah meninggal dunia dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk memperkirakan
Monoksida (CO).
o Coklat memberi petunjuk keracunan Potasium Chlorate.
o Lebih gelap, memberi petunjuk kekurangan oksigen.
Perubahan yang terjadi pada tubuh mayat juga dapat memberi petunjuk cara
kematiaannya seperti distribusi lebam mayat dapat memberi petunjuk apakah yang
Pada mayat dari orang yang mati akibat gantung diri (bunuh diri dengan cara
menggantung) biasanya didapati lebam mayat pada ujung kaki, ujung tangan atau alat
kelamin laki-laki. Jika disamping itu juga ditemukan lebam mayat di tempat lain
maka hal itu dapat dipakai sebagai petunjuk cara kematiannya karena akibat
pembunuhan
waktu terjadinya.yaitu early (immediete), early (non immediete) dan late changes.
mortis.
Late changes of death : Pembusukan dan modifikasinya, skeletonisasi
2.3.1 Perubahan Kulit Muka3
Perubahan paska kematian yang dapat terlihat adalah perubahan yang terjadi
pada kulit muka. Perubahan kulit muka terjadi akibat berhentinya sirkulasi darah
maka darah yang berada pada kapiler dan venula di bawah kulit muka akan mengalir
ke bagian yang lebih rendah sehingga warna raut muka menjadi lebih pucat.
Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium
kematian. Sel-sel jaringan otot masih hidup. Peristaltik usus positif atau masih
bergerak. Leukosit darah masih bergerak. Pupil masih bereaksi. Pada fase ini otot
sudah tidak memiliki rangsangan dari sistem saraf pusat. Akibat tidak adanya impuls
listrik darisistem saraf pusat maka tidak ada lagi koordinasi otot-otot tubuh yang
selalu berusaha menjaga keseimbangan dalam segala posisi tubuh. Pada fase ini
kematian sel belum terjadi sempurna. Korban masih dalam pengertian mati somatik.3,6
sekunder ini terjadi karena mulai terjadi lisis dari sel-sel otot akibat proses
pembusukan. Hancurnya sel otot, jaringan otot membuat tulang-tulang tidak lagi
Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan kornea akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi
kornea (taches noires sclerotique). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.
Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air,
tetapi kekeruhan yang yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat
dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6
jam pasca mati. Baik dalam keadaan mata terbuka maupun tertutup, kornea menjadi
keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak
Perubahan pada mata juga meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya.
Hilangnya reflek kornea berhubungan dengan kegagalan proses lakrimasi. 1,8 Pada
pemeriksaan mata juga akan didapatkan midriasis akibat adanya proses relaksasi. 1,3
suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Penurunan ini
disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi, dan pancaran panad. Proses
penurunan suhu pada mayat ini biasa disebut algor mortis. Algor mortis ini
merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah
Pada jam jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu
penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika
dirata rata maka penurunan suhu tersebut antara 0,9 sampai 1 Celcius atau sekitar
1,5 Fahrenheit setiap jam, dengan catatan perubahan suhu dimulai dari 37 Celcius
atau 98,4 Fahrenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan
berapa jam mayat telah mati dengan rumus (98,6 F suhu rectalF): 1,5F.
chemical thermometer).3,6,7
Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:1,3
1. Faktor internal
a. Suhu tubuh saat mati
b. Keadaan tubuh mayat
2. Faktor Eksternal
a. Suhu medium
b. Keadaan udara di sekitarnya
c. Jenis medium
d. Pakaian mayat3,6,7
DAFTAR PUSTAKA
2014
6. Bate-Smith EC, Bendall JR. Rigor Motis and Adenosinetriphosphate. J
43 Issue 12 p. 1873-1882.
13. Cox, William A. Early Postmortem Changes and Time of Death. Forensic
Pathologist, 2009.