DISUSUN OLEH
Universitas Jambi
PEMBIMBING
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
case report session (CRS) ini dengan judul ―Depresi Berat Tanpa Gejala
Psikotik”. Laporan ini merupakan bagian dari tugas Bagian Ilmu Psikiatri di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Susiati, M. Ked, Sp. KJ selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan sehingga laporan case report session (CRS) ini dapat terselesaikan dengan
baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
case report session (CRS) ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Sebagai penutup semoga kiranya laporan case report session (CRS) ini dapat
bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
2.2.1 Keluhan Utama
Os Susah tidur sejak ± 2 bulan SMRS
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke POLI Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi atas
keinginan sendiri diantar oleh anaknya dengan keluhan susah tidur sejak ± 2
bulan yang lalu. Os mengaku sangat sulit untuk memulai tidur walaupun os
sudah memejamkan matanya tetapi masih tidak bisa untuk tidur.Selama 2
bulan ini os sama sekali tidak tidur, ketika berusaha untuk tidur os merasa
sakit kepala dan pusing, os merasa gelisah, gemetar, karena selalu memikirkan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh.
Keluhan dirasakan berawal dari ketika os mempunyai gejala sakit lambung
sejak ± 1 tahun yang lalu, menurut keterangan keluarga os susah untuk makan
dan memilih – milih makanan jika mau makan. os sudah pernah berobat ke
dokter karena penyakitnya tersebut dan pernah dirawat. Os juga memiliki
5
penyakit diabetes melitus, asam urat dan kolesterol yang tinggi,hipertensi. os
memiliki penyakit katarak dan pernah disarankan untuk operasi namun tidak
dilakukan karena pertimbangan penyakit diabetes pasien. Sejak saat itu os
mulai selalu merasakan sedih, sering murung, dan kehilangan minat untuk
beraktifitas, dan kalaupun melakukan aktifitas os merasakan sering cepat
lelah.
Os selalu kepikiran akan penyakitnya yang terlalu banyak yang tidak
kunjung sembuh meskipun keluarga memberikan dukungan kepada pasien
untuk tidak terbebani dengan penyakitnya. Sekarang keseharian os lebih
banyak menghabiskan waktu dirumah, os tidak bekerja lagi karena sudah
berumur dan disarankan banyak untuk beristirahat.
Os juga mengeluhkan selera makan yang menurun, os sulit untuk makan,
sehingga os mengalami penurunan berat badan.
Os tidak ada mendengar bisikan-bisikan, os tidak ada keinginan untuk
bunuh diri, os tidak ada merasakan dirinya punya pengalaman yang tidak
dipunyai orang lain, os tidak ada merasa dikejar-kejar ingin dibunuh orang
lain.
Riwayat bahagia, semangat menggebu, suka memberi dan perasaan senang
berlebih dalam kurun waktu minimal 2 minggu sebelum keluhan depresi
muncul disangkal.
6
5. Gangguan Neurologi
Tidak ada riwayat gangguan neurologi
Struktur Keluarga
No Nama L/P Usia Hubungan Sifat
1. Tn. A L Alm Ayah pasien Tegas,disiplin, penyayang
2. Ny. W P Alm Ibu pasien Ramah, penyayang
3. Tn. D L 73 th Kakak laki-laki Tegas, penyayang
pasien
4. Ny. A P 70 th Pasien Tidak mudah Cemas,
Orangnya percaya diri
5. Tn. B L 71 th Suami pasien Baik, penyayang
6. Tn. H L 64 th Adik laki-laki Patuh, disiplin
pasien
7. Ny.I P 58 th Adik perempuan Baik, patuh, penyanyang
pasien
Genogram :
7
Keterangan :
Pasien pria
wanita
(pria) meninggal
(wanita) menin
8
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali tertarik dengan lawan jenis saat usia 14 tahun.
Sekarang pasien sudah menikah dan berhubungan baik dengan
suaminya.
f. Latar belakang agama
Pasien sudah 3 kali berganti agama dari kristen ke islam, lalu ke
kristen lagi, lalu ke islam lagi sampai sekarang.
g. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sudah tidak bekerja lagi.
h. Aktivitas sosial
Pasien bila ada masalah selalu bercerita kepada suami dan anaknya.
i. Kehidupan seksual
Orientasi seksual pasien terhadap lawan jenis baik.
j. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah
k. Riwayat militer dan masalah hukum
Pasien tidak pernah melakukan pendidikan militer. Pasien tidak
pernah terlibat dengan masalah hukum dan kepolisian.
9
Kulit : Turgor baik
Kepala : Normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor (+/+), lensa keruh (+/+).
Hidung : Deformitas (-), epistaksis (-)
Telinga : Serumen minimal, Nyeri tekan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea terletak ditengah
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, pergerakan dada simetris,
retraksi dinding dada (-), sikatriks (-)
Palpasi : Fremitus dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing
(-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parastenalis sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, distensi (-), ikterik (-), sikatriks (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Supel
Perkusi : Timpani di keempat kuadran, pekak alih (-)
10
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
Pemeriksaan Neurologis
GCS : 15 (E4 V6 M5)
Pemeriksaan Psikometrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
11
pertanyaan.
b. Gangguan berpikir
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir : koheren
3. Isi pikir :Waham (-), Preokupasi terhadap penyakitnya.
c. Alam perasaan
1. Mood : Depresi
2. Afek : appropriate
d. Persepsi
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
e. Fungsi intelektual
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
a. Taraf pendidikan : Pasien tidak lulus SD.
b. Pengetahuan umum : Mudah dinilai, karena pasien menjawab
saat diajukan pertanyaan
2) Daya konsentrasi dan perhatian
a. Konsentrasi dan perhatian pasien baik.
3) Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat pagihari.
b. Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di rumah sakit
jiwa Jambi.
c. Orang : Baik, pasien mengetahui istri dan keluarga serta
mengetahui sedang diwawancara oleh siapa.
4) Daya Ingat
a. Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat
b. Daya ingat jangka menengah : Baik, pasien dapat mengingat
c. Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat
d. Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengingat
5) Kemampuan baca tulis : Baik
6) Pikiran abstrak : Baik
12
f. Pengendalian impuls : Baik
g. Daya nilai : Baik
h. Tilikan : Derajat 4
i. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
2.5 Diagnosis Banding
1. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
2. Insomnia
3. Gangguan bipolar
2.7 Penatalaksanaan
1 Sertralin 1 x 50 mg
2 Olanzapin 2 x 5 mg
3 Neurodex 1 x 50 mg
IX. PROGNOSIS
1) Prognosis ke arah baik
Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
Pasien rutin untuk kontrol dan minum obat
Respon terhadap pengobatan baik
biaya pengobatan dibantu oleh BPJS.
13
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien ini
adalah:
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
American Psychological Association (APA) memberikan definisi depresi
merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat
terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan,
penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan
munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Depresi adalah suatu
gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa
kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian. Depresi terkadang bersifat familial,
dan berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas karena penyalahgunaan zat
kimia atau keinginan bunuh diri.1
3.2 Epidemiologi
15
anak. Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara barat
biasanya pada musim dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian
gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya
mania).
3.3 Etiologi
a. Faktor Organobiologi
b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari
penderita gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar
daripada sanak saudara derajat pertama subyek kontrol untuk penderita
gangguan. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian
16
pada kembar monozigotik adalah kira-kira 50 %, sedangkan pada kembar
dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.3
c. Faktor psikologi
3.4 Patogenesis
17
perasaan telah berkembang lebih canggih, penelitian yang menggunakan indikator
tidak langsung dari fungsi otak, seperti kadar metabolit monoamine atau
kortisolurin, plasma, atau CSF, sebagian besar telah digantikan oleh penelitian
yang dipandu secara translasi dari transkrip gen dan proteomik. Demikian juga,
pengukuran kasar fungsi regional otak, seperti rekaman potensi yang ditimbulkan
atau pola aktivitas electroencephalographic (EEG) saat bangun dan tidur, sebagian
besar telah memberikan cara untuk strategi neuroimaging yang memungkinkan
aktivitas daerah atau sirkuit saraf tertentu untuk diperiksa saat istirahat dan selama
tantangan provokatif.1
Perubahan dalam aktivitas saraf dan dalam efisiensi pemrosesan informasi
dalam masing-masing dari sebelas daerah otak yang ditunjukkan di sini dapat
menyebabkan gejala episode depresi besar. Fungsionalitas di setiap wilayah otak
secara hipotesis dikaitkan dengan konstelasi gejala yang berbeda. PFC, korteks
prefrontal; BF, otak depan basal; S, striatum; NA, nucleus accumbens; T, talamus;
Hy, hipotalamus; A, amygdala; H, hippocampus; NT, pusat neurotransmitter
batang otak; SC, sumsum tulang belakang; C, serebelum. 1
18
Sehubungan dengan fungsi kortikal, depresi melibatkan beberapa gangguan
pemrosesan informasi. Kebanyakan orang yang depresi secara otomatis
menafsirkan pengalaman dari perspektif negatif, dan aksesnya ke memori
negatif. Keadaan depresi yang lebih parah, kognisi dan keterampilan pemecahan
masalah semakin lengkapi dengan konsentrasi yang buruk dan menurunnya
kemampuan untuk menggunakan pemikiran abstrak. Sebuah monolog virtual
pikiran dan gambar negatif tampaknya berjalan dengan autopilot, dan, tidak
seperti keadaan normal kesedihan, ventilasi ke orang kepercayaan memiliki
sedikit efek yang menguntungkan. Pada kasus yang lebih ekstrim, delusi atau
halusinasi, atau keduanya, benar-benar mendistorsi pengujian realitas. Perubahan
neurokognitif ini menunjukkan disfungsi yang melibatkan hipokampus,
korteksprefrontal (PFC), amigdala dan struktur limbik lainnya.
19
dengan gejala yang lebih berat, termasuk peningkatan tidur fase Rapid Eye
Movements (REM), pemeliharaan tidur yang buruk, hiperkortisolisme, gangguan
imunitas seluler, penurunan aliran darah otak anterior dan metabolisme glukosa,
dan peningkatan metabolisme glukosa di amigdala. Bersama-sama, perubahan ini
tampaknya mencerminkan efek progresif dari respons jangka pendek adaptif
terhadap stres berkelanjutan. Begitu bermanifestasi dalam bentuk ini, episode
depresi berat atau depresi melankolis cenderung lebih lama, lebih
melumpuhkan, lebih mudah kambuh, dan lebih mungkin mendapat manfaat dari
farmakoterapi atau ECT (vis-à-vis nonspesifik atau intervensi psikoterapi).1,4
20
Neuron dari daerah hipokampus dan amygdala biasanya menekan aksis
hipotalamus- hipofisis-adrenal, jadi jika stres menyebabkan neuron hippokampus
dan amigdala menjadi atrofi, dengan hilangnya input penghambatan ke
hipotalamus, ini dapat menyebabkan untuk overaktivitas sumbu HPA. Pada
depresi, kelainan pada aksis HPA telah lama dilaporkan, termasuk peningkatan
kadar glukokortikoid dan ketidakpekaan sumbu HPA terhadap penghambatan
umpan balik. Beberapa bukti menunjukkan bahwa glukokortikoid pada tingkat
tinggi bahkan bisa menjadi racun bagi neuron dan berkontribusi pada atrofi
mereka di bawah tekanan kronis. Pengobatan antidepresan baru dalam pengujian
yang menargetkan reseptor corticotropin-releasing factor 1 (CRF-1), reseptor
vasopresin 1B, dan reseptor glukokortikoid, dalam upaya untuk menghentikan
dan bahkan membalikkan kelainan HPA ini pada depresi dan stres lainnya.
terkait penyakit kejiwaan.5
Peningkatan aktivitas HPA adalah ciri respons stres mamalia dan salah
satu hubungan paling jelas antara depresi dan biologi stres kronis.
Hiperkortisolemia pada depresi menunjukkan satu atau lebih gangguan sentral
berikut: penurunan tonus 5-HT penghambatan; peningkatan drive dari NE, ACh,
atau CRH; atau penurunan inhibisi umpan balik dari hippocampus.
21
memiliki peningkatan hormon tiroid yang signifikan secara klinis. Respons
TSH yang tumpul pada orang eutiroid dapat diakibatkan oleh penurunan
regulasi hipofisis akibat peningkatan TRH ―drive. Karena neuron yang
mengandung TRH telah diidentifikasi dalam berbagai daerah kortikal, kelainan
ini mungkin memiliki asal suprahypothalamic. Peningkatan sekresi TRH sentral,
pada gilirannya, dapat dihasilkan dari respon homeostasis terhadap penurunan
neurotransmisi noradrenergik. Manfaat terapeutik terapi ajuvan dengan 1-
triiodothyronine (T3) atau hormon tiroid lainnya dapat dimediasi oleh peredam
respon homeostasis yang gagal ini. Kelainan ini mungkin paling umum pada
individu yang memiliki kemampuan untuk mengubah tiroksin menjadi T3.
Implikasi terapeutik utama dari respons TSH yang tumpul adalah bukti
peningkatan risiko kambuh meskipun terapi antidepresan preventif. Dari catatan,
tidak seperti tes penekanan deksametason (DST), respons TSH tumpul terhadap
TRH sering tidak menormalkan dengan pengobatan yang efektif.1
Teori belajar telah lama menjadi cabang psikologi perilaku. Aaron Beck,
menemukan bahwa teori psikoanalitik tidak cukup menjelaskan mimpi pasien
depresi, mengembangkan teori depresi berdasarkan mendidik pasien tentang
pemikiran negatifnya, atau kognisi. Beck dan rekannya kemudian berhasil
menguji CBT, sebuah perawatan yang dibangun di atas teori ini, dalam uji klinis.
Model kognitif didasarkan pada pengakuan bahwa orang tidak objektif;
sebaliknya, persepsi idiosinkratik individu tentang peristiwa memengaruhi emosi
dan perilakunya. Individu yang depresi merasakan realitas dengan cara tertekan
yang subjektif. Pembahasan yang rumit tentang teori kognitif ada, dan penjelasan
kognitif telah diperpanjang dari asal depresif awal mereka ke berbagai
psikopatologi. Brad Alford dan Beck berpendapat bahwa teori kognitif
memberikan paradigma yang komprehensif dan koheren untuk psikopatologi.
22
1. Diri mereka sendiri
2. Lingkungan mereka
3. Masa depan, suatu klaster yang ia sebut trias kognitif.
23
akan bereaksi buruk jika saya mencoba berbicara‖ ―Dia akan menolak
saya‖.Akhirnya, bukan hanya hal-hal yang terlihat suram di masa sekarang,
tetapi tidak ada prospek yang melegakan di masa depan: ― Tidak akan pernah
menjadi lebih baik.‖ Ketiga aspek dari perspektif negatif ini bertemu untuk
menyediakan secara meyakinkan, pandangan dunia yang suram dan putus asa.
Pandangan ini membantu menjelaskan mengapa pasien depresi tidak melihat
jalan keluar dari kesengsaraan dan memikirkan untuk bunuh diri. Model kognitif,
yang dikembangkan oleh Aaron Beck di University of Pennsylvania, berhipotesis
bahwa berpikir sepanjang garis negatif (misalnya, berpikir bahwa seseorang tidak
berdaya, tidak layak, atau tidak berguna) adalah ciri khas depresi klinis.
Akibatnya, depresi didefinisikan ulang dalam hal trias kognitif, yang menurut
pasien menganggap diri mereka tidak berdaya, menafsirkan sebagian besar
peristiwa yang tidak menguntungkan vis-à-vis the self, dan percaya masa depan
menjadi putus asa. Dalam formulasi terbaru dalam psikologi akademis, kognisi
ini dikatakan dicirikan oleh gaya atribusi negatif yang bersifat global, internal,
dan stabil dan yang ada dalam bentuk skema mental laten yang
menghasilkan interpretasi bias dari peristiwa kehidupan. Karena model
kognitif didasarkan pada pengamatan retrospektif dari orang yang sudah
depresi, hampir tidak mungkin untuk membuktikan bahwa atribusi kausal seperti
skemata mental negatif mendahului dan, oleh karena itu, predisposisi untuk
depresi klinis; mereka dapat dengan mudah dianggap sebagai manifestasi
subklinis depresi. Kepentingan teoritis dari model kognitif terletak pada jembatan
konseptual yang disediakan antara model depresi egopsikologis dan perilaku. Hal
ini juga menyebabkan sistem psikoterapi baru dan diterima secara luas yang
mencoba untuk mengubah gaya atribusi negatif, untuk meringankan keadaan
depresi, dan, akhirnya, untuk membentengi pasien dari penyimpangan di masa
depan menjadi berpikir negatif, putus asa, dan depresi.1,4
Teori interpersonal berasal dari era setelah Perang Dunia II, ketika
muncul sebagai respons sesat terhadap penekanan psikoanalisis yang lebih
24
intrapsikis. Teori psikoanalitik menekankan pentingnya pengalaman hidup awal,
dan banyak terapis pada waktu itu melihat struktur psikis pasien sebagai
dasarnya dibentuk pada akhir masa remaja. Psikiater seperti Adolf Meyer,
Harry Stack Sullivan, Erich Fromm, dan Frieda Fromm-Reichmann menantang
teori saat ini dengan menekankan pengaruh dampak nyata dari peristiwa
kehidupan saat ini pada psikopatologi pasien mereka, yang berfokus pada
pertemuan lingkungan dan interpersonal daripada intrapsychic yang
mendasarinya.
25
kehilangan ibu seseorang di dekade pertama kehidupan telah terbukti menjadi
faktor risiko untuk depresi berikutnya. Anak-anak dengan keterikatan masa kecil
yang tidak aman mungkin tidak belajar untuk meminta bantuan dari orang lain.
Ketika individu yang rentan menghadapi stressor atau merasa tidak adanya atau
tidak memadainya dukungan interpersonal selama masa stres, mereka mungkin
tidak berdaya untuk merespons secara efektif dan rentan untuk mengembangkan
gejala. Lebih jauh lagi, individu dengan gaya keterikatan yang tidak aman
mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang nyaman di
mana mereka dapat mengandalkan dukungan pada saat dibutuhkan.1,4
26
Respon terhadap kehilangan / Kemarahan ke Dalam
27
Klein berteori bahwa idealisasi dan devaluasi adalah "pertahanan manik"
melawan rasa bersalah dan rasa kehilangan yang dialami dalam depresi.
Ciri umum pasien dengan depresi berat adalah hilangnya harga diri.
Namun kehilangan harga diri dapat terjadi tanpa adanya depresi. Edward Bibring
tidak setuju dengan formulasi Klein yang menekankan pentingnya superego
hukuman dan berpendapat bahwa konflik tentang agresi dan kehilangan objek
adalah penentu sekunder dalam depresi. Dia memandang depresi sebagai akibat
dari perasaan tidak berdaya, gangguan harga diri, dan kemarahan yang
diarahkan sendiri yang dipicu oleh kegagalan untuk hidup sesuai dengan
aspirasi narsistik dari setiap fase perkembangan.Brenner menyatakan
bahwa fantasi-fantasi ini disertai dengan agresi reaktif terhadap orang-orang yang
disalahkan atas pengaruh menyakitkan, dengan konsekuensi rasa
bersalah.Banyak psikoanalis kontemporer memperkuat model-model ini
dalam pemahaman mereka tentang depresi, sementara mengakui pentingnya
regulasi harga diri yang lemah. Edith Jacobson menekankan pengembangan
representasi diri dan objek pada pasien depresi. Dia mencatat kekecewaan
pasien depresi dengan angka orang tua, yang mengakibatkan devaluasi dan
degradasi citra mereka dan representasi diri, terutama ketika pemisahan yang
matang belum tercapai.
28
(hubungan "selfobject", pengalaman mirroring, dan hubungan idealisasi),
membuat mereka rentan terhadap kekecewaan, karena hubungan nyata tidak
dapat memenuhi fantasi kompensasi ini.1,4
3.5 Diagnosis
29
Gambar 3.4 Dimensi gejala episode depresi mayor5
30
tidak tergolongkan. Tidak seperti DSM-IV, pada DSM-5, gangguan depresi
sudah dipisahkan dengan gangguan afektif bipolar. Gangguan utama pada
penyakit ini adalah penampakan sedih saat ini, kosong, atau mood yang iritabel,
diikuti dengan perubahan somatik dan kognitif secara signifikan
mempengaruhi fungsi sehari-hari seseorang. Macam-macam gangguan depresi
pada DSM-5 ini kemudian dibedakan berdasarkan durasinya, waktu atau
etiologinya. Kriteria Depresi menurut Diagnostic And Statistical Manual Of
Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5), yang menggunakan istilah Major
Depressive Disorder (MDD) atau selanjutnya disebut Gangguan Depresi
Mayor (GDM) yaitu harus memenuhi kriteria :6
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama selama
2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari sebelumnya; minimal
terdapat 1 gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari
gangguan kondisi medis lainnya.
1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh
baik laporan subyektif (misalnya perasaan sedih, kosong, tidak ada
harapan) atau observasi orang lain (misalnya terlihat menangis). (Catatan
: pada anak-anak dan remaja, bisa mood yang iritabel).
2. Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang,
aktifitas harian, hampir setiap hari (yang ditandai oleh perasaan subyektif
atau objektif).
3. Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha
khusus (contoh : perubahan 5% atau lebih berat badan dalam 1 bulan
terakhir), atau penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir
terjadi setiap hari. (catatan : Pada anak-anak, perhatikan kegagalan
mencapai berat badan yang diharapkan)
4. Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh
orang lain, bukan semata-mata perasaan gelisah atau perlambatan yang
subyektif).
31
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa
bersifat waham) hampir setiap hari (bukan semata-mata menyalahkan
diri atau rasa bersalah karena menderita sakit).
8. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau penuh
keragu-raguan hampir setiap hari (baik sebagai hal yang dirasakan secara
subyektif atau teramati oleh orang lain).
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),
pikiran berulang tentang ide bunuh diri dengan atau tanpa rencana yang
jelas, atau ada usaha bunuh diri atau rencana bunuh diri yang jelas.
C. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.
32
33
Klasifikasi menurut PPDGJ III:7
34
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0) sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama).
Episode depresif berikutnaya harus diklasifikan dibawah salah satu diagnosis
gangguan depresif berulang (F 33.0)
Kriteria diagnosis
Kriteria diagnostik
35
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
Karakter kelima: F32.10 = tanpa gejala somatik
F32.11 = dengan gejala somatik
Kriteria diagnostik
Kriteria diagnostik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteri menurut F32.2 tersebut diatas
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor
36
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood congruent)
3.6 Tatalaksana
37
masalah interpersonal sekarang kemungkinan terlibat dalam mencetuskan atau
memperberat gejala depresif sekarang.8
ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi
semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko
bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik.
Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT
akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit
menjadi lebih pendek.8
38
Electro Convulsive Therapy adalah terapi dengan mengalirkan arus listrik ke
otak. Terapi menggunakan ECT biasa digunakan untuk kasus depresi berat yang
mempunyai resiko untuk bunuh diri. ECT juga diindikasikan untuk pasien depresi
yang tidak merespon terhadap obat antidepresan.8
2. Psikoterapi
Tatalaksana Farmakologi
39
keadaan murung yang disebabkan oleh keadaan sosial – ekonomi, penyakit
atau obat – obatan. Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati
kondisi serius yang dikarenakan depresi berat. Kadar NT (nontransmiter)
terutama NE (norepinefrin) dan serotonin dalam otak sangat berpengaruh
terhadap depresi dan gangguan SSP. Rendahnya kadar NE dan serotonin di
dalam otak inilah yang menyebabkan gangguan depresi, dan apabila kadarnya
terlalu tinggi menyebabkan mania. Oleh karena itu antideresan adalah obat
yang mampu meningkatkan kadar NE dan serotonin di dalam otak. 1
40
SSRI yang lain, sehingga fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari (Mann,
2005). Efek samping yang ditimbulkan Antidepresan SSRI yaitu gejala
gastrointestinal (mual, muntah, dan diare), disfungsi sexsual pada pria dan
wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek samping ini hanya bersifat
sementara.9
41
D. Antidepresan Aminoketon
Antidepresan golongan aminoketon adalah antidepresan yang memiliki
efek yang tidak begitu besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin.
Bupropion merupakan satu – satunya obat golongan aminoketon. Bupropion
bereaksi secara tidak langsung pada sistem serotonin, dan efikasi Bupropion
mirip dengan antidepresan trisiklik dan SSRI. Bupropion digunakan sebagai
terapi apabila pasien tidak berespon terhadap antidepresan SSR. Efek samping
yang ditimbulkan Bupropion yaitu mual, muntah, tremor, insomnia, mulut
kering, dan reaksi kulit.9
E. Antidepresan Triazolopiridin
Trazodone dan Nefazodone merupakan obat antidepresan golongan
triazolopiridin yang memiliki aksi ganda pada neuron seratonergik. Mekanisme
kerjanya bertindak sebagai antagonis 5 – HT2 dan penghambat 5 – HT, serta
dapat meningkatkan 5 – HT1A .Trazodone digunakan untuk mengatasi efek
samping sekunder seperti pusing dan sedasi, serta peningkatan availabilitas
alternatif yang dapat diatasi. Efek samping yang ditimbulkan oleh Trazodone
adalah sedasi, gagguan kognitif, serta pusing. Sedangkan efek samping yang
ditimbulkan Nefazodone yaitu sakit kepala ringan, ortostatik hipotensi,
mengantuk, mulut kering, mual, dan lemas. 9
F. Antidepresan Tetrasiklik
Mirtazapin adalah satu – satunya obat antidepresan golongan tetrasiklik.
Mekanisme kerjanya sebagai antagonis pada presinaptic α2 – adrenergic
autoreseptor dan heteroreseptor, sehingga meningkatkan aktivitas
nonadrenergik dan seratonergik. Mirtazapin bermanfaat untuk pasien depresi
dengan gangguan tidur dan kekurangan berat badan. Efek samping yang
ditimbulkan berupa mulut kering, peningkatan berat badan, dan konstipasi. 9
42
terdistribusi didalam tubuh, yang digunakan dalam dekomposisi amin
biogenik (norepinefrin, epinefrin, dopamin, dan serotonin). MAOI bekerja
memetabolisme NE dan serotonin untuk mengakhiri kerjanya dan supaya
mudah disekresikan. Dengan dihambatnya MAO, akan terjadi peningkatan
kadar NE dan serotonin di sinap, sehingga akan terjadi perangsangan SSP. 9
MAOI memiliki efikasi yang mirip dengan antidepresan trisiklik. MAOI
juga dipakai untuk pasien yang tidak merespon terhadap antidepresan trisiklik.
Enzim pada MAOI memiliki dua tipe yaitu MAO – A dan MAO – B. Kedua
obat hanya akan digunakan apabila obat – obat antidepresan yang lain sudah
tidak bisa mengobati depresi ( tidak manjur ). Moclobomida merupakan suatu
obat baru yang menginhibisi MAO – A secara ireversibel, tetapi apabila pada
keadaan overdosis selektivitasnya akan hilang. Selegin secara selektif
memblokir MAO – B dan dapat digunakan sebagai antidepresan pada dosis
yang tinggi dan beresiko efek samping. MAO – B sekarang sudah tidak
digunakan lagi sebagai antidepresan
Obat – obat yang tergolong dalam MAOI yaitu Phenelzine,
Tranylcypromine, dan Selegiline. Efek samping yang sering muncul yaitu
postural hipotensi ( efek samping tersebut lebih sering muncul pada pengguna
phenelzine dan Tranylcypromine ), penambahan berat badan, gangguan sexual
(penurunan libido, anorgasmia). 9
H. Terapi Tambahan
Digunakannya terapi tambahan yang untuk meningkatkan efek
antidepresan serta mencegah terjadinya mania.
1) Mood Stabilizer
Lithium dan Lomotrigin biasa digunakan sebagai mood stabilizer.
Litium adalah suatu terapi tambahan yang efektif pada pasien yang tidak
memberikan respon terhadap pemberian monoterapi antidepresan. Lomotrigin
adalah antikonvulsan yang mereduksi glutamateric dan juga digunakan
sebagai agen terapi tambahan pada depresi mayor dan juga digunakan untuk
terapi dan pencegahan relapse pada depresi bipolar. Beberapa mood stabilizer
43
yang lain yaitu Valproic acid, divalproex dan Carbamazepin ini semua
digunakan untuk terapi mania pada bipolar disorder. Divalproex dan
Valproate digunakan untuk mencegah kekambuhan kembali
2) Antipsikotik
Antipsikotik digunakan untuk meningkatkan efek antidepresan. Ada 2
macam antipsikotik yaitu typical antipsikotik dan atypical antipsikotik. Obat –
obat yang termasuk typical antipsikotik yaitu Chorpromazine, Fluphenazine,
dan Haloperidol. Antipsikotik typical bekerja memblok dopamine D 2 reseptor.
Atypical antipsikotik hanya digunakan untuk terapi pada depresi mayor resisten
dan bipolar depresi. Obat – obat yang termasuk dalam Atypical antipsikotik
clozapine, olanzapine, dan aripripazole.
44
3.7 Prognosis
Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan
ini cenderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien cenderung mengalami
relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan
depresif memiliki kemungkinan 50 % untuk pulih di dalam tahun pertama.10
45
Indikator prognosis. Identifikasi indikator prognosis baik dan buruk pada
depresi berat.10
46
BAB IV
ANALISA KASUS
47
Riwayat bahagia, semangat menggebu, suka memberi dan perasaan
senang berlebih dalam kurun waktu minimal 2 minggu sebelum keluhan
depresi muncul disangkal.
Berdasarkan anamnesis keluhan yang dialami pasien yang telah
dilakukan secara autoanamnesis, maka pasien didiagnosis mengalami episode
depresif berat karena memenuhi kriteria penegakan diagnosis berdasarkan
PPDGJ III yang dialami lebih dari 2 minggu. 3 gejala utama ditemukan pada
pasien, yaitu adanya afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas ditambah gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian
berkurang, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang serta adanya
pesimistis.
Pada pasien ini dilakukan terapi psikoterapi. Psikoterapi merupakan
terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-
keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku
maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional
antar terapis dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif
dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan
gangguan psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan
memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh
penilaian dari dokter atau penderitanya. Untuk edukasi pada pasien ini adalah
dengan menyarankan pasien untuk rutin kontrol ulang dan mengerjakan hal-
hal yang positif untuk masa depannya. Dengan kontrol ulang secara rutin,
dokter dapat mengevaluasi efektivitas terapi sehingga dokter dapat
memberikan terapi yang adekuat pada pasien.
Pada pasien ini, selain psikoterapi diberikan farmakoterapi berupa
sertraline 1 x 50 mg. Sertraline merupakan obat anti-depresan dari golongan
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor). Selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) bertindak secara khusus pada neurotransmitter serotonin.
Obat ini menghambat pengambilan kembali serotonin dari sinaps ke sel saraf,
48
sehingga meningkatkan kadar serotonin pada celah sinaps. Sertraline
merupakan obat SSRI yang memiliki efek kardiologik, sedasi, dan otonomik
yang minimal. Olanzapine memiliki efek sedasi yang tinggi sehingga
diharapkan dapat mengatasi gangguan tidur pada pasien. Obat-obatan
seringkali efektif mengontrol gejala serius dari depresi tetapi orang-orang
dengan depresi juga harus belajar untuk mengenali pola masing-masing gejala
dan mempelajari cara-cara untuk mengatasinya.
Prognosis pada pasien ini yaitu terdiri dari 2, yaitu prognosis ke arah
baik dan progosis ke arah buruk. Prognosis ke arah baik karena pasien
menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya pasien rutin untuk kontrol ulang
dan minum obat, respon terhadap pengobatan baik serta biaya pengobatan
dibantu oleh BPJS. Sementara prognosis ke arah buruk kemungkinan terjadi
karena gangguan yang dialami pasien sudah berlangsung lama serta
banyaknya gejala somatic lain yang dialami pasien.
49
KESIMPULAN
50
DAFTAR PUSTAKA
51