Oleh :
Marlin G1A222006
Pembimbing :
UNIVERSITAS JAMBI
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT SESSION
EPISODE DEPRESI SEDANG
Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Senior
2022
Oleh :
Marlin G1A222006
PEMBIMBING
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
case report yang berjudul “Episode Depresi Sedang”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Victor Eliezer, Sp.KJ yang
telah bersedia untuk membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD Provinsi Jambi.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 4
BAB I .................................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
BAB III ............................................................................................................................. 14
BAB IV ............................................................................................................................. 41
BAB V ............................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50
4
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan jiwa yang umum dijumpai ialah depresi.
Depresi menduduki posisi pertama selama tiga dekade pada perhitungan beban
penyakit gangguan jiwa di Indonesia. Depresi adalah suatu kondisi seseorang
merasa sedih, kecewa saat mengalami suatu perubahan, kehilangan, kegagalan
dan menjadi patologis ketika tidak mampu beradaptasi. Bagi sebagian orang,
depresi bersifat ringan dan berlangsung dengan cepat; tetapi bagi orang-orang
lainnya, depresi bisa lebih parah dan berlangsung lebih lama. Sebagian orang
mengalami depresi satu kali, tetapi pada orang-orang lain mungkin bisa berkali-
kali.
Gangguan depresi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 secara nasional di Indonesia
menunjukkan gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-
24 tahun), dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi depresi semakin meningkat
seiring dengan peningkatan usia, dengan prevalensi tertinggi pada usia >75 tahun
yaitu sebesar 8,9%.1
Depresi merupakan gangguan yang dapat diakibatkan oleh satu atau lebih
faktor, seperti faktor biologis, psikologis, hingga sosial. Manifestasi klinis utama
pada gangguan ini, yaitu afek depresif, anhedonia, serta mudah lelah dan
penurunan aktivitas yang nyata. Gangguan depresi dapat diberikan terapi
farmakologis dan juga psikoterapi.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
6
kedapatan menangis, pasien juga merasa malas untuk keluar rumah,
padahal sebelumnya pasien diketahui aktif di lingkungan dan hobi
berbincang-bincang dengan tetangga pasien. Menurut anak pasien, pasien
juga gampang marah, setiap kali anaknya itu pergi keluar dengan laki-laki
pasien mulai marah-marah, pasien mengatakan dia takut anaknya ini
bernasib sama dengan anak perempuan nomor tiganya.
Pasien juga mengalami keluhan penurunan berat badan dan sering
merasa nyeri di daerah ulu hati, pasien juga sering merasa cemas
berlebihan. Menurut anak pasien, pasien jadi lebih malas makan karena
mengatakan tidak ada nafsu makan. Menurut anak pasien, pasien sudah
dilakukan pemeriksaan kesehatan di Rumah sakit namun hasilnya normal
atau tidak terdapat kelainan pada pasien. Pasien lalu disarankan untuk
berobat ke psikiater oleh dokter RS yang merawat pasien. Oleh karena
itulah pasien datang berobat ke RSJ. Pasien baru pertama kali ke RSJ dan
belum pernah mendapat terapi pengobatan sebelumnya.
Pasien menyangkal keluhan mudah lelah. Pasien mengaku tidak
ada mendengar suara-suara yang aneh atau berhalusinasi. Pasien juga
menyangkal adanya keinginan bunuh diri. Hanya saja pasien sering merasa
takut anak-anak perempuan nya yang lain salah jalan lagi dan sering kali
dihantui rasa bersalah terhadap anak ketiganya.
7
2.2.4 Riwayat Keluarga
Genogram
b. Saudara
Jumlah bersaudara enam orang dan pasien anak ke enam.
c. Urutan bersaudara
1. LK 2. PR 3. PR
4. PR 5. PR 6. PR
8
2.2.5 Riwayat Kehidupan Pribadi
- Pasien dilahirkan dari keluarga kurang berada
- Pasien tidak mengalami gangguan belajar, namun tidak tamat SD
dikarenakan menghindari hukuman dari guru, pasien bisa membaca
dan menullis.
- Pasien tidak memiliki gangguan hubungan sosial ditandai dengan
pasien rutin mengikuti kegitan di masyarakat dan tidak memiliki
masalah dengan saudara dan tetangga.
- Pasien menikah muda ± pada umur 17 tahun. Perekonomian pasien
dapat dikatakan berkecukupan atau mampu. Suami pasien pekerja
sawit dan tidak ada masalah dalam rumah tangga. Namun, suami
pasien menderita DM sehingga sering emosi dan membawa masalah
pekerjaan kerumah.
- Pasien merupakan ibu rumah tangga dan memiliki 4 orang anak
perempuan :
1. anak yang pertama berumur 37 sudah menikah dan bekerja
sebagai PNS,
2. anak yang ke 2 bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta dan
belum menikah,
3. anak yang ke 3 berumur 26 tahun sudah menikah muda dan
tidak tamat sma sehingga sampai sekarang masih belum
diterima oleh suami pasien,
4. Anak yang ke 4 berumur 17 tahun, masih SMA yang berjauhan
dengan pasien, masih labil sehingga sering berbicara kurang
sopan dan tidak mengikuti nasihat pasien.
- Pasien saat ini hanya tinggal dirumah Bersama suami.
- Kedua orang tua pasien meninggal pada saat pasien sudah berkeluarga.
- Tidak ada keterbatasan dalam aktivitas pasien sehari-hari.
- Pasien mengerjakan ibadah wajib sesuai agama nya dengan rutin.
- Pasien mengatakan tidak pernah terlibat masalah hukum dan kriminal.
- Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi NAPZA dan alkohol.
9
2.3 PEMERIKSAAN FISIK DAN STATUS PSIKIATRI
1) Keadaan Umum
a. Penampilan : Rapi, penampilan pasien sesuai usia
b. Kesadaran : Composmentis
c. Orientasi : Waktu baik / Tempat baik / Orang baik
d. Sikap dan Perilaku : Baik, pasien kooperatif dengan pemeriksa,
kontak mata dengan pemeriksa terarah dan pasien mampu
menjawab pertanyaan dengan relevan dan baik.
2) Gangguan Berpikir
a. Bentuk Pikir : Normal, menjawab hanya jika ditanya
b. Arus Pikir : Koheren
c. Isi Pikir : Preokupasi mengenai pernikahan anak
pasien
3) Alam Perasaan
a. Mood : Depresif, rasa bersalah
b. Afek : Afek terbatas, datar
c. Keserasian : Serasi
4) Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
5) Fungsi Intelektual
a. Daya Konsentrasi : Cukup
b. Orientasi : Waktu baik / Tempat baik/ Orang baik
c. Daya Ingat
• Segera (immediate) : Baik
• Baru saja (recent) : Baik
• Agak lama (recent past) : Kurang
• Jauh (remote) : Baik
d. Pikiran abstrak : Baik
6) Pengendalian Impuls : Baik
10
7) Daya Nilai : Baik
8) Tilikan/Insight VI
9) Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 88 x/menit
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,4°C
e. TB : 160 cm
f. BB : 62 kg
g. IMT : 24.21 kg/m2 (normal)
2) Status Generalisata
a. Kulit : dalam batas normal
b. Kepala : dalam batas normal
c. Mata : dalam batas normal
d. Hidung : dalam batas normal
e. Telinga : dalam batas normal
f. Leher : dalam batas normal
3) Pemeriksaan Thoraks
a. Inspeksi : pergerakan thoraks simetris
b. Palpasi : nyeri tekan (-/-), fremitus kanan = kiri
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
4) Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
c. Perkusi : batas jantung dalam batas normal
d. Auskultasi : BJ I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
11
5) Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : cembung
b. Auskultasi : bising usus (+) normal
c. Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrik, hepar dan lien
tidak teraba
d. Perkusi : timpani
6) Pemeriksaan Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, CRT < 2 detik
b. Inferior : akral hangat, edema (-/-)
7) Pemeriksaan Neurologis
a. GCS : E4V5M6 (15)
b. Pemeriksaan psikometrik : tidak dilakukan
8) Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Laborium Darah Rutin : tidak dilakukan
3. Diagnosis Differential
Ø F32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Ø F41.2 gangguan campuran anxietas dan depresi
Ø F43.22 gangguan penyesuaian reaksi campuran anxietas dan depresi
4. Diagnosis Multiaksial
1) Axis I : F32.1 Episode Depresif Sedang
2) Axis II : Z03.2 Tidak ada Diagnosis Axis II
3) Axis III : Dispepsia
4) Axis IV : Masalah dengan keluarga (anak)
5) Axis V : GAF scale 60-51
5. Tatalaksana
1) Farmakoterapi
• Sertraline 1x50 mg PO
• Alprazolam 0.5 mg 1x1 (malam sebelum tidur)
• Lansoprazole 1x30 mg PO (pagi sebelum sarapan)
2) Psikoterapi
• Terapi suportif (dukungan keluarga)
12
• Cognitive behavioural therapy
• Edukasi penyakit
6. Prognosis
1) Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
2) Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
3) Quo ad Sanastionam : Dubia ad bonam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
14
3.3 Etiologi dan Faktor Resiko
a. Faktor genetik
b. Faktor biologis
Jalur umum dari etiologi gangguan afektif adalah struktur dan fungsi
otak yang abnormal. Gangguan afektif ini terjadi akibat disregulasi antara
beberapa daerah otak yang terlibat dalam pengaturan emosi. Secara
neurokimia, beberapa jalur neurotransmiter yang saling berinteraksi
berperan dalam pengaturn emosi. Kelaianan utama yang ditemukan pada
penderita depresi adalah hiperaktivitas dari sumbu Hipotalamus-Hipofisis-
Adrenal (HPA) dan defisiensi monoamin seperti noradrenalin, serotonin,
dan dopamine.7
Serotonin
15
gangguan depresi sehingga serotonergik agen menjadi pengobatan yang
efektif. Identifikasi beberapa reseptor serotonin subtipe dapat mengarahkan
pada perawatan yang lebih spesifik untuk depresi. Beberapa pasien dengan
impuls bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin cairan serebrospinal
(CSF) dan metabolit (5-hydroxyindole acetic acid [5-HIAA])yang rendah.9
Norepinephrine
Dopamin
c. Faktor psikososial
Psikoanalisis
16
Psikodinamis
Kognitif
17
seperti penyakit jantung dan stroke juga dapat menjadi tekanan yang
berlangsung lama dalam diri seseorang.7
Kepribadian
Kepribadian terbentuk dari genetika dan pola asuh manusia sejak dini.
Sifat personalitas neurotisme yang membuat seseorang cenderung
mengalami keadaan emosional yang negatif seperti cmeas, murung, pemalu,
dan mudah tertekan secara konsisten terbukti meningkatkan risiko
terjadinya gangguan depresi. Beberapa gangguan kepribadian tertentu
seperti gangguan kepribadian ambang yang ditandai dengan suasana hati
tidak stabil serta gangguan kepribadian obsesif kompulsif juga dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan depresi.7
3.4 Patofisiologi
18
menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat lagi dengan ditemukannya obat seperti
antidepresan trisiklin dan monoamine oksidase inhibitor yang bekerja
meningkatkann dalam jangka pendek monoamin di sinaps. Peningkatan
monoamin ini berkaitan dengan terjadinya perbaikan depresi.10
a. Serotonin
Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan libido.
Sistem serotonin yang berproyeksi ke nucleus suprakiasma hipotalamus
berfungsi mengatur ritmik sikardian (misal siklus tidur-bangun, temperatur
tubuh, dan fungsi hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA). Serotonin
bersama-sama dengan norepineprin dan dopamine memfasilitasi motorik
yang terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada
mamalia. Neurotransmiterserotonin terganggu pada depresi. Dari penelitian
dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah reseptor postsinap 5-
HT1A dan 5-HT 2A pada pasienn dengan depresi berat. Adanya gangguan
serotonin dapat menjadi penanda kerentanan terhadap kekambuhan depresi.
Triptofan merupakan prekusor serotonin menurun pada pasien depresi.
Penurunan kadar triptofan juga dapat menurunkan mood pada pasien
depresi yang remisi dan individu yang memiliki riwayat keluarga menderita
depresi. Memori, atensi dan fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh
kekurangan triptofan. Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tetapi
tidak melalui serotonin. Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA
(hidroxyindolacetic-acid). Terdapat penurunan 5-HIAA di cairan
serebrospinal (CSS) pada penderita depresi. Penurunan ini lebih sering
terlihat pada penderita depresi yang melakukan usaha bunuh diri.
Penurunan serotonin pada depresi juga dapat dilihat dari hasil
penelitian EEG tidur dan HPA aksis. Hipofrontalis aliran darah otak dan
penurunan metabolisme glukosa otak, sesuai dengan penurunan serotonin.
Pada penderita depresi mayor didapatkan adanya penumpukan respon
serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahwa adanya
gangguan serotonin.9,10
19
b. Noradrenergik
Badan sel neuron noradrenergik terletak di locus ceruleus (LC) batang
otak dan berproyeksi ke korteks serebri, sistem limbik, basal ganglia,
hipotalamus, dan talamus. Ia berperan dalam memulai dan mempertahankan
keterjagaan (proyeksi ke limbik dan kortek). Proyeksi noradrenergik ke
hipokampus terlibat dalam sensitisasi prilaku terhadap stresor dan
pemanjangan aktivasi LC dan juga berkontribusi terhadap rasa
ketidakberdayaan yang dipelajari. Locus ceruleus tempat asal neuron-neuron
yang berproyeksi ke medula adrenal dan sumber utama sekresi
norepineprin ke dalam sirkulasi darah perifer.9,10
Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi akitivasi
fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan maupun tidur menurun. Persepsi
terhadap stresor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan melalui talamus
diteruskan ke LC, dan selanjutnya ke komponen simpatoadrenal sebagi
reseptor stresor akut. Proses kognitif dapat memperbesar atau memperkecil
respon simpatoadrenal terhadap stresor tersebut. Rangsangan bundel
forebrain media- jaras norepineprin penting di oatak meningkat pada
perilaku yang mencari rasa senang dan perilaku yang bertujuan. Stresor yang
menetap dapat menurunkan kadar norepineprin di forebrain medial.
Penurunan ini dapat menyebabkan anergia, anhedonia, dan penurunan
libido pada depresi.10
c. Dopamin.10
Ada empat jaras dopamin di otak yaitu:
1. Sistem tuberoinfundibular berproyeksi dari badan sel hipotalamus ke
hipofisis dan bekerja menghambat sekresi prolactin
2. Sistem nigrostriatal berasal dari badan sel substansia nigra dan
berproyeksi ke bangsal ganglia dan berfungsi mengatur aktivitas
motoric
3. Sistim mesolimbic yaitu badan sel terletak di ventral tegmentum yang
berproyeksi hampir ke seluruh region limbik seperti nucleus akumben,
amigdala, hipokampus, nucleus dorsalis media thalamus, dan girus
20
singulat. Sistem ini mengatur ekspresi emosi, belajar, dan
penguatan (reinforcement) dan kemampuan hedonia
4. Sistem mesokorteks-mesolimbik juga berasal dari ventral tegmentum
mesokorteks yang berproyeksi ke region korteks orbitofrontal dan
prefrontal
21
efek stresor. Kerentanan ini dapat menyebabkan sekresi CRH relatif sangat tinggi
bila orang tersebut berhadap dengan stresor. Akibatnya mekanisme umpan balik
semakin terganggu. Gangguan mekanisme ini menyebabkan ketidakmampuan
kortisol menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi.
22
3.5 Manifestasi Klinis11
Tanda klasik pasien depresi yaitu orang dengan postur bungkuk dan
pandangan ke bawah. Dari tanda depresi yang dapat di observasi, retardasi
psikomotor umum merupakan hal yang paling sering dideskripsikan, pasien
menunjukkan sedikit pergerakan spontan. Sehingga, pada beberapa waktu sulit
untuk membedakannya dengan katatonia.
23
Gejala somatik depresi disebut dengan gejala neurovegetative dan
mencakup gejala-gejala fisik.
Pasien depresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan diri
mereka sendiri. Isi pikiran mereka sering kali mencakup perenungan nondelusi
tentang kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri dan kematian. Sekitar 10% dari
pasien depresi memiliki gejala gangguan pikiran yang jelas, bisanya
penghambatan pikiran dan kemiskinan isi pikiran
Pasien depresi juga dapat mengeluhkan delusi atau halusinasi yang terkait
dengan episode depresi mereka: seperti pasien dapat memiliki episode depresi
mayor dengan pisikotik, disebut dengan depresi psikotik. Sekitar 50-75% pasien
24
depresi memiliki gangguan kognitif yang mencakup tidak bisa berkonsentrasi dan
gangguan berpikir.
Fobia sekolah dan kemelekatan yang berlebihan pada orang tua dapat
menjadi gejala depresi pada anak-anak. performa akademik yang rendah,
penyalahgunaan obat-obatan, perilaku antisosial, pergaulan bebas, membolos dan
melarikan diri merupakan gejala depresi pada remaja.
Depresi lebih sering terjadi pada orang tua dalam populasi umum.
berbagai penelitian telah melaporkan tingkat prevalensi mulai dari 25-50%,
meskipun persentase kasus ini disebabkan oleh gangguan depresi mayor tidak
pasti. Beberapa penelitian mengindikasikan depresi yang terjadi pada orang tua
berhubungan dengan status sosioekonomi yang rendah, kehilangan pasangan,
penyakit fisik dan isolasi sosial.11
2. Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
25
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
f. Tidur tergganggu
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
26
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan
27
- Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent)
28
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna.
F33.2 Gangguan depresi berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
Untuk diagnosis pasti :
F33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
Untuk diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3) dan
29
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan
afektif yang bermakna.
- Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu
tidak terbatas.
- Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini seringkali merupakan lanjutan
suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stress lain yang tampak jelas.
Ciri utama dari gangguan depresi mayor adalah terjadinya setidaknya satu episode
depresi berat, yaitu gejala depresi yang signifikan yang berlangsung dalam waktu
yang signifikan.
30
DSM-5 ICD-10
Diagnosis Gangguan depresi mayor (Major Gangguan depresi mayor
depressive disorder) (Major depressive disorder)
Durasi 2 minggu
Gejala ‐ Disporia ‐ Mood menurun
‐ Anhedonia ‐ Energi menurun
‐ Menurun/meningkat nafsu ‐ Aktivitas menurun
makan atau berat badan ‐ Kapasitas untuk merasakan
‐ Menurun/meningkat tidur kesenangan menurun
‐ Menurun/meningkat aktivitas ‐ Ketertarikan menurun
‐ Menurunnya energi ‐ Konsentrasi menurun
‐ Pikiran-pikiran depresi : ‐ Merasa lelah setelah
bersalah, tidak berharga melakukan kegiatan
‐ Menurunnya konsentrasi dengan usaha yang sedikit
‐ Berfikir untuk untuk bunuh ‐ Tidur yang
diri/rencana bunuh diri terganggu/bangun tidur
lebih pagi
‐ Nafsu makan
terganggu/menurunnya BB
‐ Menurunnya kepercayaan
diri
‐ Menurunnya harga diri
‐ Merasa bersalah atau tidak
berharga
‐ Suasana hati tidak reaktif
terhadap keadaan
‐ Anhedonia
‐ Gejala memburuk pada
subuh-pagi hari
‐ Gangguan psikomotor:
agitasi/retardasi
‐ Libido menurun
Jumlah gejala 5 (1 harus salah satu dari dua list
31
yang pertama)
diperlukan
Konsekuensi Distress atau gangguan fungsi
psikososial dari sosial, pekerjaan atau area
gejala signifikan lainnya.
Pengecualian Penyakit medis, zat/obat-obatan, Gangguan penyesuaian,
(tidak lebih gangguan psikiatri lainnya, Gangguan perilaku
baik dijelaskan riwayat manik atau hipomania Gangguan depresi berulang
oleh) (dianggap sebagai diagnosis
terpisah)
Penentu gejala Dengan distress kecemasan Reaksi depresi
‐ 2+ gejala anxietas Depresi psikogenik
Dengan fitur campuran Depresi reaktif
‐ 3+ gejala
manik/hipomanik selama
episode depresi (jika
terjadi secara
independent, diagnosis
gangguan bipolar)
Dengan fitur melankolik
‐ Kehilangan
kesenangan/reaksi
terhadap kesenangan
‐ 3+ dari :
‐ Depresi
berat/keputusasaan
‐ Mood memburuk pada
subuh-pagi hari
‐ Bangun tidur pagi lebih
awal
‐ Gangguan psikomotor
‐ Anoreksia/penurunan BB
‐ Merasa bersalah
32
Dengan fitur atipikal
‐ Reaktivitas mood
‐ 2+ mengikuti
‐ Peningkatan nafsu
makan/BB
‐ Hyposomnia
‐ Leaden paralysis
‐ Sensitif terhadap
penolakan
Dengan fitur psikotik yang
sesuai dengan mood
Dengan fitur psikotik yang
tidak sesuai dengan mood
Dengan katatonia
‐ Muncul selama episode
depresi
Dengan onset peripartum
Dengan pola musiman
‐ Biasanya terjadi selama
musim tertentu
Penentu Ringan : gejala minimal Ringan :
keparahan Sedang : diantara ringan dan ‐ 2-3 gejala
berat ‐ Fungsi normal
Berat : disfungsi jauh melampaui meskipun tertekan
dari yang dibutuhkan dalam Sedang :
mendiagnosis ‐ 4+ gejala
‐ Kesulitan dalam fungsi
Berat :
‐ Several symptoms
marked and distressing
‐ Kehilangan harga
diri/merasa tidak
berharga dan bersalah
33
‐ Ide/tindakan bunuh diri
‐ Gejala depresi somatik
Berat dengan gejala psikotik
‐ Seperti diatas tapi
dengan psikosis
Lainnya
‐ Depresi atipikal
‐ Episode tunggal dari
“masked depression”
Yang tidak tergolongkan
The Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah skala yang
digunakan secara luas. Berisi 24 item. Pertugas medis mengevaluasi jawaban
pasien terhadap pertanyaan mengenai perasaan bersalah, pikiran bunuh diri, pola
tidur, dan gejala depresi lainnya. Skor 10-13 untuk depresi ringan, 14-17 untuk
depresi sedang dan > 17 untuk depresi berat.
The Raskin Depression Scale adalah skala penilaian klinisi yang mengukur
tingkat keparahan depresi pasien. skala ini memiliki range 3-13. skor normal yaitu
3 dan skor depresi yaitu 7 atau lebih.11
34
Banyak penyakit neurologi dan medis serta agen farmakologi yang dapat
mencetuskan gejala depresi. Pasien dengan gangguan depresi sering berobat
pertama kali ke dokter dengan keluhan somatik. Penyakit medis penyebab
gangguan depresi dapat dideteksi dengan anamnesis yang komprehensif,
pemeriksaan fisik dan neurologi, pemeriksaan laboratorium darah rutin dan tes
urine. Pemeriksaan harus mencakup tes untuk tiroid dan hormone adrenal. Karena
gangguan paa sistem ini dapat menimbulkan gejala depresi. Obat apapun yang
dikonsumsi pasien depresi harus dipertimbangkan sebagai faktor potensial dalam
gangguan mood yang diinduksi zat. Obat jantung, antihipertensi, sedative,
hipnotik, antipsikotik, antiepilepsi, antiparkinson, analgetic, antibiotic, dan
antineoplastic biasanya diasosiasikan dengan gejala depresi.
Demensia
35
Item episode depresi yang lebih prediktif dari gangguan bipolar :
36
Tabel perbandingan klinis antara anxietas dan depresi
Anxiety Depresi
Kewaspadaan tinggi Retardasi psikomotor
Panik dan tegang berlebihan Rasa sedih yang sangat mendalam
Rasa bahaya Rasa kehilangan
Kehilangan rasa keteratikan –
Penghindaran fobia
anhedonia
Keraguan dan ketidakpastian Keputusasaan – bunuh diri
Ketidakamanan Penghinaan diri sendiri
Kecemasan kinerja Kehilangan libido
Bangun pagi lebih awal
Penurunan berat badan
3.8 Terapi
37
38
39
40
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada pasien terdapat 2 gejala utama dan 5 gejala lainnya. Gejala – gejala
pasien ini sudah berlangsung lebih dari 2 minggu dan gejala ini mengganggu
41
aktivitas pasien sehari hari baik dari sisi sosial maupun aktivitas sehari – hari
pasien. Gejala gejala pasien ini bisa timbul karena ketidakseimbangan biogenik
amin pada otak. Pada pasien gangguan depresi terjadi penurunan Serotonin,
Dopamin, dan noradrenergik pada pasien. Triptofan yang merupakan prekusor
serotonin akan ikut menurun bersamaan dengan penurunan serotonin di otak
sehingga terjadi penurunan mood pada pasien depresi. Selain itu, triptofan juga
mempengaruhi penurunan memori, atensi, dan fungsi eksekutif pada pasien.
42
Berdasarkan keterangan dari anak pasien bahwa pasien sudah melakukan
pemeriksaan kesehatan di Rumah sakit namun hasilnya tidak kelainan fisik pada
pasien. Hal ini dapat diduga bahwa gejala pasien ini bukan disebabkan oleh suatu
kondisi medis tertentu sehingga dapat eliminasi kemungkinan Gangguan Mental
Organik pada pasien tersebut. Pasien mengatakan baru pertama kali berobat
kerumah sakit sehingga dapat dieliminasi kemungkinan pasien mengalami depresi
berulang.
Pasien menyangkal adanya abnormalitas pada persepsi dan isi pikir pasien
baik berupa waham, ilusi, maupun halusinasi sehingga ini menyingkirkan
kemungkinan pasien memiliki bentuk pikir psikotik. Pasien sering merasa takut
kalau anak perempuan lainnya mengalami nasib yang sama dengan anak ketiga
pasien dan sering dihantui rasa bersalah terhadap anak ketiganya. Pernyataan
pasien ini dapat menjadi stressor (pemicu) yang menyebabkan munculnya gejala
pasien.
Dari anamnesis juga didapatkan bahwa dimasa kecil pasien sebagai anak
bungsu yang dimanja oleh kakak-kakanya sehingga berdampak pada kebahagiaan
pasien yang bergantung pada orang lain. Hal tersebut membuat pasien yang
43
apabila didapati masalah lebih mudah menjadi beban pikirannya. Tidak terdapat
adanya riwayat keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien dan
Tidak ada Riwayat sakit jiwa di keluarga pasien dapat menyingkirkan etiologi
penyakit pasien dimana faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab dari
keluhan pasien saat ini.
Pasien datang dalam keadaan stabil, penampilan sesuai usia, pakaian rapi.
Hal ini sesuai dengan diagnosis pasien yaitu episode depresif sedang, dimana
pasien masih mampu untuk merawat diri sendiri akan tetapi menghadapi kesulitan
yang nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga. Selama autoanamnesis, pasien kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa
terarah dan pasien mampu menjawab pertanyaan dengan relevan dan baik, pasien
hanya menjawab jika ditanya. Arus pikir pasien koheren. Hal ini menunjukkan
bahwasannya pasien tidak memiliki gangguan berfikir. Isi pikir pasien preokupasi
44
terhadap pernikahan anaknya yang merupakan pencetus dari gejala yang dialami
pasien.
Mood pasien merasa bersalah, afek terbatas dan serasi. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami episode depresif. Pasien tidak mengalami
halusinasi maupun ilusi. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
gangguan psikotik dimana pasien tidak bisa membedakan hal yang nyata dengan
yang tidak nyata.
Orientasi waktu, tempat dan orang tidak terganggu. Daya ingat dan pikiran
abstrak pasien baik. Hal ini menunjukkan bahwasanya pasien tidak mengalami
gangguan fungsi intelektual yang mana sebagian besar diderita oleh pasien dengan
gangguan mental organik, seperti demensia. Tilikan/insight pasien yaitu berada di
tingkat VI, yang artinya pasien menyadari keadaannya, mengetahui faktor yang
menjadi penyebab gangguannya dan sudah memantapkan diri untuk memperbaiki
dirinya dengan berobat.
45
depresif sedang (F. 32.1). Kriteria diagnosis tersebut berdasarkan PPDGJ III. Pada
aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan jenis kepripadian khas pasien belum
dapat didiagnosis karena pemeriksa hanya bertemu dengan pasien sebanyak satu
kali. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri epigastrik,
sehingga pada axis III didiagnosis dyspepsia. Selanjutnya, pada axis IV
didapatkan informasi dari anamnesis bahwa pasien memiliki masalah yang terkait
dengan anaknya. Pada aksis V, penilaian terhadap kemampuan pasien untuk
berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala Global Assessment of
Functioning (GAF). Pada saat pasien dilakukan wawancara, skor GAF 60-51
(gejala sedang, disabilitas sedang).
46
berdasarkan keluhan. Alprazolam adalah obat short-acting kuat dari kelas
benzodiazepine. Bekerja dengan cara mengikat situs spesifik pada reseptor GABA.
Hal ini terutama digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan sedang sampai
berat dan serangan panik. Obat diberakan secara peroral, absorpsinya tidak
dipengaruhi oleh makanan, sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan.
Dosis alprazolam untuk dewasa yang efektif diberikan adalah 1 x 0,5 mg - 4
mg/hari. Penggunaan Alprazolam kemudian di evaluasi selama 4 minggu. Apabila
membaik, maka pemberian obat dapat dikurangi hingga 50% dosis awal untuk
tappering off.
47
Terapi ini memiliki waktu yang terbatas, mendorong keterampilan self-help,
berfokus pada masalah, bersifat induktif, dan mengharuskan klien untuk
mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan dalam lingkungannya sendiri
melalui pekerjaan rumah yang diberikan. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah lama dikembangkan oleh para ahli
dalam menangani klien dengan gangguan kecemasan dan depresi. CBT adalah
suatu bentuk perawatan psikologis yang berfokus pada pikiran, perasaan, dan
perilaku pasien dari perspektif pembelajaran, dan telah terbukti cukup efektif untuk
gangguan kecemasan dan depresi. Berdasarkan Buku Saku Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa, (2013:8), pelaksanaan CBT dilakukan melalui 5 sesi; sesi 1;
mengidentifikasi pikiran otomatis yang negatif serta akibat negatif pada perilaku,
sesi 2; penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran negatif, sesi 3;
memodifikasi perilaku negatif menjadi positif dengan token, sesi 4; mengevaluasi
perkembangan pikiran dan perilaku positif, sesi 5; menjelaskan pentingnya
psikofarmaka dan terapi modalitas untuk mencegah kekambuhan dan
mempertahankan serta membudayakan pikiran dan perilaku positif.17,18 Edukasi
penyakit, menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada
pasien, jangan membatasi aktivitas positif yang disukai pasien, ajak pasien
bergembira, kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stresor. Berdiskusi terhadap
pentingnya pasien untuk minum obat teratur dan kontrol lagi.
48
BAB V
KESIMPULAN
49
DAFTAR PUSTAKA
50
13. Potter, Z. W.,& Hollister, E. L., , Agen – agen antidepresan, Dalam
Katzung, G. B., Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi kedelapan, Salemba
Medika, Jakarta. 2002
14. Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone
P.M., Kolesar J.M. and Dipiro J.T., Pharmacotherapy Principles and
Practice, Mc Graw-Hill Companies, New York. 2016
15. Richard, A.H., Mycek, M.J., dan Pamela, C.C. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika. 2011. Hal. 248
16. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;2010
17. Christensen, H., M.K. Griffiths, and , A. Korten. Web-Used Cognitive
Behavior Therapy: Analysis of Site Usege and Changes in
Depression and Anxiety Scores. Original Paper, Canberra,
Australia, www.jmir.org/2002/1/e3, 2002, diunggah tanggal 4
April 2014
18. Anonimous. Buku Saku terapi Spesialis Keperawatan Jiwa. FIK-UI.
Jakarta. 2013.
51