Anda di halaman 1dari 42

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

*Kepanitraan Klinik Senior/ Oktober 2022


**Pembimbing/ dr. Fatmawati, M.Kes, Sp.KJ

GANGGUAN KECEMASAN

Oleh :

Fitri Yeni, S.Ked G1A221119


Aflah Riana Salsabila, S.Ked G1A222008
Izzati Inayatullah, S.Ked G1A222018

Pembimbing :
dr. Fatmawati, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
HALAMAN PENGESAHAN
CLINICAL REPORT SESSION (CRS)
GANGGUAN KECEMASAN

Oleh :
Fitri Yeni, S.Ked G1A221119
Aflah Riana Salsabila, S.Ked G1A222008
Izzati Inayatullah, S.Ked G1A222018

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior


Bagian ilmu Kesehatan jiwa RSJD Provinsi Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
2022

Laporan ini telah diterima dan


Dipresentasikan jambi, Oktober 2022

Pembimbing

dr. Fatmawati, M.Kes, Sp.KJ

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah jurnal yang
berjudul “Gangguan Kecemasan” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD Provinsi Jambi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fatmawati, M.Kes, Sp.KJ


yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
RSJD Provinsi Jambi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada telaah jurnal ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan
ini. Penulis mengharapkan semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Jambi, Oktober 2022

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
LAPORAN KASUS................................................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................14
3.1 Definisi....................................................................................................................14
3.2 Epidemiologi...........................................................................................................15
3.3 Etiologi...................................................................................................................15
3.4Gambaran Klinis......................................................................................................18
3.5 Faktor-faktor penyebab/pencetus kecemasan.......................................................19
3.6 Diagnosis................................................................................................................21
3.7 Diagnosis Banding..................................................................................................21
3.8Tatalaksana.............................................................................................................22
BAB IV...............................................................................................................................27
ANALISA KASUS................................................................................................................27
BAB V................................................................................................................................31
KESIMPULAN....................................................................................................................31
LAMPIRAN........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36

4
BAB I

PENDAHULUAN

Kecemasan atau ansietas merupakan keadaan emosi dimana dapat


menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan merasa terancam. Hal ini sendiri
ditimbulkan oleh penyebab tidak jelas. Gejala yang muncul cenderung bervariasi
antar individu yang mengalami kecemasan. Gejala yang dapat muncul yaitu rasa
tidak menyenangkan, ketakutan yang semu, gejala otonom seperti sakit kepala,
berkeringat, jantung berdebar, sesak dada, perut tidak nyaman, gelisah, tidak
mampu untuk duduk atau berdiri dan diam dalam waktu lama.
Menurut WHO populasi global penderita gangguan kecemasan pada tahun
2015 diperkirakan 3,6%. Gangguan kecemasan sendiri lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria (4,6% dan 2,6%). Jumlah penderita gangguan kecemasan di
dunia diperkirakan dengan total 264 juta jiwa. Hal ini mengalami peningkatan
sebesar 14,9% dari tahun 2005 sebagai akibat dari meningkatnya jumlah
pertumbuhan penduduk. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) dari
Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa di
Indonesia ada 6% atau sekitar 14 juta penduduk untuk usia 15 tahun keatas yang
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
kecemasan dan depresi dan jumlah tersebut semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
Kecemasan dapat dialami oleh siapa saja, karena setiap manusia akan
mengalaminya dan bagaimanapun rasa cemas dalam batas wajar merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Akan tetapi jika
kecemasan seseorang melebihi batas wajar, akan berdampak terganggunya orang
tersebut terhadap kecemasannya. Hal tersebut pada akhirnya akan berakibat pada
ketidakmampuan dirinya berpikir secara rasional. Keadaan cemas biasanya dipicu
oleh situasi-situasi lingkungan tertentu. Seseorang mungkin akan merasa cemas
pada saat mereka mengalami suatu kejadian yang baru.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


1. Nama : Nn. A
2. Umur : 21 tahun
3. Tanggal Lahir : 14 Juni 2001
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Mendalo indah, kec. Jaluko, Kab. Muaro Jambi
6. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Status Perkawinan : Belum Menikah
9. Pekerjaan : Mahasiswa
10. Pendidikan Terakhir: SMA

2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien merasa cemas sejak + 1 bulan SMRS

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan sering merasa cemas. Keluhan mulai
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dimulai ketika pasien
memiliki masalah dengan abangnya. Keluhan cemas disertai dengan
berdebar-debar, tremor pada tangan, sakit kepala, terkadang tangan dan
kaki terasa panas dingin, namun keluhan ini tidak dirasakan setiap saat,
keluhan muncul ketika os sendirian atau saat pasien merenung. Pasien juga
merasakan kesulitan tidur di malam hari dimana pasien kesulitan untuk
memulai tidur dan pasien juga merasakan terjadi penurunan nafsu makan
mudah lelah serta sulit untuk berkonsentrasi. Keluhan ini menganggu

6
aktivitas pasien dalam sehari-hari seperti mengerjakan tugas kuliah dan
pasien merasa lebih nyaman bila berada dikamar saja.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


1. Gangguan Mental dan Emosi
Riwayat gangguan mental dan emosi tidak ada sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatis
Tidak terdapat riwayat penyakit psikosomatis sebelumnya.
3. Kondisi Medik
Pasien belum pernah berobat dirumah sakit sebelumnya
4. Gangguan Neurologi
Riwayat demam, muntah-muntah, penglihatan ganda sebelumnya tidak
ada. Riwayat trauma kepala, kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.

2.2.4 Riwayat Keluarga


Tidak terdapat adanya riwayat keluarga dengan gejala yang sama. Tidak
adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.

2.2.5 Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir cukup bulan, merupakan kehamilan yang diharapkan dan
direncanakan. Pasien lahir di bidan. Pasien lahir dengan berat badan cukup
dan tidak ada kelainan fisik.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Tahap perkembangan normal.
3. Riwayat masa kanak-kanak menengah (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama dengan orang tua. Pasien merasa kurang mendapat
kan perhatian karena kedua orang tua sibuk.
4. Masa pubertas hingga dewasa
a. Hubungan sosial

7
Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul. Pasien memiki cukup
banyak teman, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Riwayat sekolah
Pasien lulusan SMA
c. Perkembangan kognisi dan motorik
perkembangan kognisi dan motorik normal
d. Masalah emosi dan fisik
Tidak ada masalah pada emosi dan fisik.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien pertama kali tertarik dengan lawan jenis saat usia 13 tahun.
f. Latar belakang agama
Pasien mendapatkan agama yang cukup dari orang tuanya. Saat masih
kecil, pasien sering pergi mengaji ke masjid.
g. Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan seorang mahasiswa
h. Aktivitas sosial
Pasien bersosialisasi dengan baik, hanya punya beberapa teman dekat.
i. Kehidupan seksual
Orientasi seksual pasien terhadap lawan jenis baik.
j. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
k. Riwayat militer dan masalah hukum
Pasien tidak pernah melakukan pendidikan militer. Pasien tidak pernah
terlibat dengan masalah hukum dan kepolisian.

8
2.3 Status Internistik
1. Pemeriksaan Tanda Vital
 Kesadaran : Compos Mentis
 TD : 105/68mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 Suhu : 36 oC
 RR : 18 x/menit
2. Status Gizi
 Tinggi Badan : 154 cm
 Berat Badan : 42 kg
IMT : 17,7 kg/m2
3. Status Generalisata
Kulit : Turgor baik
Kepala : Normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
(+/+).
Hidung : Deformitas (-), epistaksis (-)
Telinga : Serumen minimal, Nyeri tekan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea terletak ditengah
Thorax
Paru
 Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, pergerakan dada simetris,
retraksi dinding dada (-), sikatriks (-)
 Palpasi : Fremitus dada kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba

9
 Perkusi : Batas atas : ICS II linea parastenalis sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : Abdomen datar, distensi (-), ikterik (-), sikatriks (-)
 Auskultasi : Bising usus normal
 Palpasi : Soepel
 Perkusi : Timpani di keempat kuadran, pekak alih (-)

Ekstremitas
 Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
 Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik

Pemeriksaan Neurologis
 GCS :15 (E4 V6 M5)
Pemeriksaan Psikometrik :Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Pemeriksaan Penunjang Lainnya :


a. Laboratorium darah rutin: Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 Status Psikiatri


a. Keadaan Umum
1. Penampilan : Pasien datang dalam keadaan pakaian rapi, penampilan
sesuai usia.
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Orientasi

10
- Waktu: baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksaan berlangsung di
siang hari
- Tempat: baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang berada di
Poli Jiwa RSJD Jambi
- Orang: baik, pasien mengenal orang lain
4. Sikap dan tingkah laku : Pasien kooperatif dengan pemeriksa, kontak
mata dengan pemeriksa terarah, serta pasien mampu menjawab
pertanyaan.

b. Berpikir
1. Bentuk pikir : Realistik
2. Arus pikir : Koheren
3. Isi pikir : Waham(-)
c. Alam perasaan
1. Mood : Cemas
2. Afek : Appropriate
d. Persepsi
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
e. Fungsi intelektual
1. Daya konsentrasi dan perhatian: Konsentrasi dan perhatian pasien baik.
2. Orientasi
- Waktu: baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksaan berlangsung di
siang hari
- Tempat: baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang berada di
Poli Jiwa RSJD Jambi
- Orang: baik, pasien mengenal orang lain
3. Daya Ingat
- Segera (immediate) : Baik
- Baru saja (recent) : Baik
- Agak lama (recent past) : Baik

11
- Jauh (remote) : Baik
4. Pikiran Abstrak : Baik
f. Pengendalian impuls : Baik
g. Daya nilai : Baik
h. Tilikan : Derajat VI
i. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

2.5 Diagnosis Banding


- F41.0 Gangguan Panic ( Anxietas Paroksismal Episodik)
- F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
- F41.2 Gangguan campuran Anxietas dan Depresi
- F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya.

2.6 Diagnosis Multiaksial


Aksis 1: Gangguan anxietas YTT (F41.9)
Aksis 2: ciri kepribadian anankastik
Aksis 3: Tidak Ada Diagnosa
Aksis 4: Masalah Psikososial
Aksis 5: GAF 50-41 gejala berat (serious), disabilitas berat

2.7Penatalaksanaan
Farmakologi
 Depram 10 mg 1x sehari, 1/2tablet
 Proclozam 10 mg 1x sehari, 1 tablet

Psikoterapi
1. Terapi kognitif-perilaku
2. Terapi suportif
3. Edukasi penyakit

12
2.8 PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

13
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik.1
Kecemasan adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan perasaan
tidak nyaman, khawatir, dan takut. Hal ini menggabungkan baik emosi dan sensasi
fisik yang bisa dialami ketika khawatir atau gugup tentang sesuatu. Meskipun
biasanya merasa tidak enak, kecemasan terkait dengan 'fight or fly' respon-reaksi
biologis normal terhadap perasaan terancam. Biasa merasa tegang, gugup dan
mungkin takut memikirkan stress ketika ada acara atau pengambilan keputusan
yang dihadapi terutama jika itu bisa berdampak besar pada hidup seseorang.
Sebagai contoh:1
a. Mengikuti ujian
b. Pergi ke rumah sakit
c. Menghadiri wawancara
d. Memulai pekerjaan baru
e. Pindah dari rumah
f. Memiliki bayi
g. Didiagnosa menderita penyakit
h. Memutuskan untuk menikah atau bercerai
Dalam situasi seperti ini, dapat dimengerti jika ada kekhawatiran tentang
bagaimana seseorang akan tampil, atau apa hasilnya nanti. Untuk waktu yang
singkat seseorang mungkin bahkan sulit tidur, makan atau berkonsentrasi. Maka
biasanya, setelah sementara waktu atau ketika situasi telah berlalu, perasaan
khawatir berhenti.2

14
3.2 Epidemiologi
Gangguan kecemasan adalah masalah dunia. Gangguan panik memiliki
prevalensi 12 bulan, 2 sampai 3%. Gangguan cemas menyeluruh memiliki
prevalensi 12 bulan, sekitar 3% dan fobia secara kolektif memiliki prevalensi 10-
15% pada populasi orang dewasa. Data yang jelas tentang tingkat kejadian tidak
tersedia.3
Sebagian besar gangguan kecemasan primer onsetnya dimulai pada saat
remaja sampai pertengahan 30-an, dengan gangguan cemas menyeluruh pada usia
yang lebih tua dari kisaran tersebut. Sebagian besar gejala kecemasan yang baru
timbul di kemudian hari adalah karena suasana hati atau gangguan neurokognitif
atau penyebab sekunder akibat penyakit medis atau obat-obatan; Gangguan
kecemasan primer onset lambat yang sebenarnya sering dipicu oleh peristiwa
kehidupan traumatis atau stres lainnya.3

3.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga
menyebabkan terjadinya gangguan cemas, diantaranya adalah teori psikologis dan
biologis.4
a. Teori psikologis
 Teori psikoanalitik/psikodinamik
Meskipun Freud awalnya diyakini bahwa kecemasan berasal dari
penumpukan fisiologis libido, ia akhirnya merumuskan kembali
kecemasan sebagai sinyal adanya bahaya di bawah sadar. Menanggapi
sinyal ini, ego digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk mencegah
pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima yang muncul ke dalam
kesadaran. Kecemasan muncul sebagai respon terhadap berbagai situasi
selama siklus hidup dan, meskipun agen psikofarmakologi mungkin
memperbaiki gejala, obat-obatan ini tidak digunakan untuk mengatasi
situasi hidup atau berkorelasi internal yang telah mendorong keadaan
kecemasan.4
 Teori Perilaku
15
Teori-teori perilaku adalah respon terkondisi terhadap rangsangan
lingkungan tertentu. Dalam model pengkondisian klasik, seorang gadis

16
dibesarkan oleh seorang ayah yang kasar, misalnya, dapat menjadi cemas
segera setelah ia melihat ayahnya yang kasar. Melalui generalisasi, dia
mungkin akan percaya semua orang. Dalam model pembelajaran sosial,
seorang anak dapat mengembangkan respon kecemasan dengan meniru
kecemasan di lingkungan, seperti orang tua cemas. 4
 Teori eksistensial
Teori kecemasan eksistensial menyediakan model untuk kecemasan
umum, di mana tidak ada stimulus khusus yang diidentifikasi untuk rasa
cemas yang sifatnya kronis. Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa
perasaan orang pengalaman hidup di alam semesta tanpa tujuan.
Kekhawatiran eksistensial tersebut dapat meningkat sejak pengembangan
senjata nuklir dan bioterorisme. 4
 Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negatif pada
lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan
yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk menghadapi
ancaman.5
 Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien
GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari
keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan yang
sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50%
pada kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.5

b. Teori biologis
 Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu contoh pada
sistem kardiovaskular (misalnya, takikardia), otot (misalnya, sakit kepala),
pencernaan (misalnya, diare), dan pernapasan (misalnya, takipnea). Sistem
saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan kecemasan, terutama

17
mereka yang memiliki gangguan panik, menunjukkan nada simpatik yang

18
meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang-ulang, dan
merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat.4
 Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan kecemasan dengan
adalah norepinefrin (NE), serotonin, dan gama-ainobutyric acid (GABA).4
1) Norepinefrin
Gejala kronis yang dialami oleh pasien dengan gangguan kecemasan,
seperti serangan panik, insomnia, terkejut, dan hyperarousal otonom,
merupakan karakteristik fungsi noradrenergik yang meningkat. Itu teori
umum tentang peranan norepinefrin pada gangguan kecemasan dimana
pasien yang terkena mungkin memiliki sistem noradrenergik yang buruk.
Badan sel dari sistem noradrenergik terutama terlokalisasi pada lokus
seruleus di pons rostral, dan mereka memproyeksikan akson mereka ke
korteks otak, sistem limbik, batang otak, dan sumsum tulang belakang.
Percobaan pada primata telah menunjukkan bahwa stimulasi dari lokus
seruleus menghasilkan respon ketakutan pada hewan dan bahwa ablasi dari
daerah yang sama atau sama sekali menghambat menghambat kemampuan
hewan untuk membentuk respon ketakutan.4
2) Serotonin
Identifikasi jenis reseptor serotonin telah mendorong pencarian untuk
peran serotonin dalam patogenesis gangguan kecemasan. Berbagai jenis
hasil stres akut pada omset 5-hidroksitriptamin (5-HT) meningkat pada
korteks prefrontal, amigdala, dan hipotalamus lateral. Kepentingan dalam
hubungan ini pada awalnya didorong oleh pengamatan bahwa antidepresan
serotonergik memiliki efek terapi dalam beberapa gangguan kecemasan
misalnya, clomipramine (Anafranil) di OCD.Efektivitas buspirone
(BuSpar), suatu serotonin 5-HT1A agonis reseptor, dalam pengobatan
gangguan kecemasan juga menunjukkan kemungkinan adanya hubungan
antara serotonin dan kecemasan.4
3) Gamma-aminobutyric acid (GABA)

19
Peran GABA pada gangguan kecemasan sebagai contoh penggunaan
golongan benzodiazepin, yang meningkatkan aktivitas GABA pada jenis
reseptor GABA A (GABAA), dalam pengobatan beberapa jenis gangguan
kecemasan. Meskipun potensinya rendah, benzodiazepin adalah obat yang
paling efektif untuk mengatasi gejala dari gangguan kecemasan umum,
potensi tinggi obat–obat golongan benzodiazepin, seperti alprazolam
(Xanax), dan clonazepam efektif dalam pengobatan gangguan panik.
Sebuah antagonis benzodiazepin, flumazenil (Romazicon), menyebabkan
serangan panik sering berat pada pasien dengan gangguan panik. Data ini
telah membawa para peneliti berhipotesis bahwa beberapa pasien dengan
gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal dari reseptor GABAA
mereka, meskipun hubungan ini belum terbukti secara langsung.4

3.4Gambaran Klinis
Pada orang yang memiliki gangguan kecemasan, dapat di identifikasi
beberapa sensasi fisik dan psikologis. Sensasi fisik berupa gejala somatik yang
menyertai kecemasan psikis, terlepas dari apakah kecemasan itu normal atau
bagian dari kondisi patologis. Kecemasan dapat terasa berbeda untuk orang yang
berbeda, sehingga masing- masing orang mungkin juga mengalami jenis perasaan
lain.3
Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas:6
Sensasi fisik Sensasi psikologis

20
 Mual (merasa sakit)  Merasa tegang, gelisah
 Otot tegang dan sakit kepala  Rasa takut
 Nyeri kepala atau pusing  Merasa dunia sedang melaju atau
 Bernafas lebih cepat melambat
 Nyeri dada  Merasa seperti orang lain bisa
 Berkeringat atau memerah melihat kecemasannya

 Detak jantung yang cepat,  Adanya pengalaman negatif,


regular atau ireguler memikirkan situasi berulang-
 Tekanan darah meningkat ulang

21
 Sulit tidur  Merasa gelisah dan tidak mampu
 Sering/jarang buang air kecil konsentrasi
 Dispepsia  Mati rasa.3,5
 Diare
 Tremor
 Mungkin mengalami serangan
panik

3.5 Faktor-faktor penyebab/pencetus kecemasan


a. Pengalaman masa lalu atau masa kanak-kanak
Jika sesuatu yang menyusahkan terjadi di masa lalu, pasien mungkin
merasa cemas menghadapi situasi yang sama lagi jika seandainya
mereka membangkitkan perasaan tertekan yang sama.7
b. Kehidupan dan kebiasaan sehari-hari
Gaya hidup dan cara menghabiskan waktu sehari-hari dapat
memengaruhi perasaan. Misalnya, pengalaman berikut semuanya dapat
berkontribusi pada kecemasan:7
 kelelahan atau stres
 jam kerja yang panjang
 tekanan di rumah, di tempat kerja
 masalah uang
c. Diet
Diet Anda dapat memengaruhi suasana hati Anda sehari-hari, dan
beberapa makanan dapat meniru dan memicu gejala kecemasan, seperti
minum kafein, makan banyak gula atau pola makan yang buruk pada
umumnya.7
d. Kesehatan fisik dan mental
Kesehatan fisik Anda dapat berdampak pada kesejahteraan mental Anda.
Misalnya, jika Anda memiliki kondisi kesehatan fisik jangka panjang,
atau

22
mengalami sakit kronis, ini mungkin membuat Anda lebih rentan
mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.7
Kondisi medis yang dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, yaitu:7
 Hyperthyroidism
 Hypoglycaemia
 Pheochromocytoma
 Cushing’s disease
 Vitamin B12 deficiency
 Porphyria
 Cardiovascular disease (heart failure, atrial fibrillation)
 Pulmonary diseases (pulmonary embolism, asthma)9
Demikian pula, jika Anda mengalami masalah kesehatan
mental lainnya, seperti depresi, ini juga dapat membuat Anda lebih
rentan mengalami masalah dengan kecemasan.7
e. Obat-obatan
Jika Anda menggunakan obat resep atau obat-obatan terlarang,
termasuk alkohol, anda mungkin menemukan bahwa mereka dapat
mempengaruhi kesehatan mental Anda.7
Berikut adalah obat-obat yang meningkatkan depresi dan
kecemasan:7
 Corticosteroids
 Salbutamo
 Sympathomimetics
 Insulin
 Thyroid hormones
 L-Dopa9
f. Genetika
terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa orang
mungkin mewarisi kecenderungan genetik untuk lebih cemas daripada
yang lain.

23
3.6 Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ III dan DSM V, diagnosis Gangguan Anxietas YTT
(F41.9) atau Unspecified Anxiety disorders 300.00 (F41.9) ditegakkan apabila,
kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan
kecemasan yang menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan
dalam sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi
tidak memenuhi kriteria penuh untuk setiap gangguan dalam kelas diagnostik
gangguan kecemasan. Kategori gangguan kecemasan yang tidak ditentukan
digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak menentukan alasan
bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kecemasan spesifik, dan termasuk
presentasi di mana ada informasi yang tidak memadai untuk membuat diagnosis
yang lebih spesifik (misalnya di ruang gawat darurat).8

3.7 Diagnosis Banding


Gangguan cemas perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis
umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan
pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi
tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan
stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik- sedatif dan
anxiolitik.5
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan
pada harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan anxietas.
Selain itu, gangguan anxietas YTT juga dapat didiagnosis banding:9
 Gangguan panic (Anxietas Paroksismal Episodik) (F41.0)
Gangguan Panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan
dan dapat berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah
sendirian atau dlm keramaian) dan disertai dengan kecemasan
antisipatorik. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.9
 Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)

24
Merupakan Perasaan khawatir (cemas yg berat & menyeluruh & menetap
(bertahan lama) & disertai dengan gejala somatik (motorik & otonomik)
yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan / fungsi pekerjaan atau
perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak. Penderita harus menunjukkan
kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”.9
 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)
gangguan campuran anxietas dan depresif mengharuskan adanya gejala
subsindrom anxietas dan depresi serta adanya beberapa gejala somatis,
seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut bergejolak.10
 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya (F41.3)
Memenuhi Kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga
menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka pendek) ciri-ciri yang
menonjolk dari kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi
kriterianya secara lengkap.10

3.8Tatalaksana
Mencakup pengobatan farmakologis atau psikoterapi, yaitu:
a. Terapi Farmakologi
Agen antidepresan adalah obat pilihan dalam pengobatan gangguan
kecemasan, terutama agen yang lebih baru yang memiliki profil efek
samping yang lebih aman dan kemudahan penggunaan yang lebih tinggi
daripada antidepresan trisiklik yang lebih tua (TCA), seperti selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Antidepresan yang tidak disetujui
FDA untuk pengobatan gangguan kecemasan tertentu, seperti nefazodone
dan mirtazapine masih mungkin bermanfaat. Antidepresan yang lebih tua,
seperti TCA dan inhibitor monoamine oksidase (MAOI), juga efektif
dalam pengobatan beberapa gangguan kecemasan.7

25
Benzodiazepin sering digunakan dengan antidepresan sebagai
pengobatan tambahan. Ini sangat berguna dalam pengelolaan gangguan
kecemasan situasional akut dan gangguan penyesuaian di mana durasi
farmakoterapi diperkirakan 6 minggu atau kurang dan untuk pengendalian
serangan panik yang cepat. Termasuk lorazepam (Ativan) dan clonazepam
(Klonopin).7
Jika penggunaan jangka panjang dari benzodiazepin tampaknya
diperlukan, mendapatkan pendapat konfirmasi dari dokter kedua dapat
membantu karena penggunaan benzodiazepine kronis dapat dikaitkan
dengan toleransi, penarikan, dan kecemasan yang muncul akibat
pengobatan. Risiko kecanduan benzodiazepine harus dipertimbangkan
dengan hati-hati sebelum digunakan dalam gangguan kecemasan. Hindari
penggunaan pada pasien dengan riwayat alkohol atau penyalahgunaan
narkoba lainnya. Pantau dengan saksama bukti peningkatan dosis yang
tidak sah atau mendapatkan resep benzodiazepin dari berbagai sumber.7

b. Psikoterapi
 Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi yang paling banyak
digunakan untuk gangguan kecemasan. Penelitian telah menunjukkan itu
efektif dalam pengobatan gangguan panik, fobia, sosial gangguan
kecemasan, dan gangguan kecemasan umum, di antara banyak kondisi
lainnya. CBT membahas pola dan distorsi negatif dalam cara kita
memandang dunia dan diri. Seperti namanya, ini melibatkan dua
komponen utama:6
- Terapi kognitif menilai bagaimana pikiran negatif, atau kognisi,
berkontribusi terhadap kecemasan.
- Terapi perilaku memeriksa bagaimana Anda berperilaku dan bereaksi
dalam situasi yang memicu kecemasan.6

26
 Perubahan gaya hidup
Segala sesuatu dari tingkat aktivitas hingga kehidupan sosial,
mempengaruhi kecemasan.7
- Belajar tentang gangguan kecemasan
Untuk mengatasi kecemasan, penting untuk memahami masalahnya. Di
situlah pendidikan masuk. Pendidikan saja tidak akan menyembuhkan
gangguan kecemasan, tetapi itu akan membantu mendapatkan hasil
maksimal dari terapi. Kembangkan koneksi dengan orang lain.
Kesepian dan keterasingan berpengaruh langsung terhadap kecemasan.
Kurangi kerentanan dengan menjangkau orang lain. bergabung dengan
kelompok swadaya atau dukungan, membagikan kekhawatiran dengan
orang terkasih yang tepercaya.
- Adopsi kebiasaan gaya hidup sehat
Aktivitas fisik mengurangi ketegangan dan kecemasan, jadi sediakan
waktu untuk olahraga teratur. Jangan gunakan alkohol dan obat-obatan
terlarang untuk mengatasi gejala cemas, dan cobalah untuk
menghindari stimulan seperti kafein dan nikotin, yang dapat
memperburuk kecemasan.6
- Kurangi stres dalam hidup
Hindari orang-orang yang membuat cemas, katakan tidak pada
tanggung jawab ekstra, dan luangkan waktu untuk bersenang-senang
dan bersantai dalam jadwal harian pasien.6

3.9 Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan
komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena tingginya insidensi gangguan
mental komorbid pada pasien dengan gangguan kecemasan, perjalanan klinis dan
prognosis gangguan cemas sukar untuk ditentukan.5
Namun demikian, beberapa data menyatakan bahwa peristiwa kehidupan
berhubungan dengan onset gangguan kecemasan umum. Terjadinya beberapa
peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan

27
terjadinya gangguan cemas menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan
kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis yang mungkin seumur hidup.
Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.5
Untuk menentukan prognosis dari gangguan cemas, perlu diingat bahwa
banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika
terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan
penderita, lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil
peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.5
Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah
menunjukkan kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam
interaksi sosialnya, maka prognosisnya lebih baik daripada penderita yang
sebelumnya banyak menemui kesulitan dalam pergaulan, kurang percaya diri, dan
mempunyai sifat tergantung pada orang lain. Kematangan kepribadian juga dapat
dilihat dari kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataan-kenyataan,
keseimbangan dalam memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutan-
tuntutan masyarakat, integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan lain sebagainya. Semakin matang
kepribadian premorbidnya, maka prognosis gangguan cemas menyeluruh juga
semakin baik.5
Mengenai hubungan dengan terapi, semakin cepat dilakukan terapi pada
gangguan kecemasan, maka prognosisnya menjadi lebih baik. Demikian pula
dengan situasi tempat pengobatan, semakin pasien merasa nyaman dan cocok
dengan situasinya, maka hasilnya akan lebih baik dan akan mempengaruhi
prognosisnya. Pengobatan sebaiknya dilakukan sebelum gejala- gejala menjadi
alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan sampingan misalnya untuk
mendapatkan simpati, perhatian, uang, dan peringanan dari tanggung jawabnya.
Jika gejala-gejala sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-
keuntungan tersebut, maka kemauan pasien untuk sembuh berkurang dan
prognosis akan menjadi lebih jelek.5
Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas

28
menyeluruh. Jika stres yang menjadi penyebab timbulnya gangguan cemas

29
menyeluruh relatif ringan, maka prognosis akan lebih baik karena penderita akan
lebih mampu mengatasinya. Kalau dilihat dari lingkungan hidup penderita, sikap
orang-orang di sekitarnya juga berpengaruh terhadap prognosis. Sikap yang
mengejek akan memperberat penyakitnya, sedangkan sikap yang membangun
akan meringankan penderita. Demikian juga peristiwa atau masalah yang
menimpa penderita misalnya kehilangan orang yang dicintai, rumah tangga yang
kacau, kemunduran finansial yang besar akan memperjelek prognosisnya.4

30
BAB IV

ANALISA KASUS

Pada kasus dilaporkan pasien datang dengan keluhan sering merasa cemas.
Keluhan mulai dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dimulai ketika
pasien memiliki masalah dengan abangnya. Keluhan cemas disertai dengan
berdebar-debar, tremor pada tangan, sakit kepala, terkadang tangan dan kaki terasa
panas dingin, namun keluhan ini tidak dirasakan setiap saat, keluhan muncul
ketika os sendirian atau saat pasien merenung. Pasien juga merasakan kesulitan
tidur di malam hari, pasien kesulitan untuk memulai tidur dan pasien juga
merasakan terjadi penurunan nafsu makan mudah lelah serta sulit untuk
berkonsentrasi. Keluhan ini menganggu aktivitas pasien dalam sehari-hari seperti
mengerjakan tugas kuliah dan pasien merasa lebih nyaman bila berada dikamar
saja.
Pada orang yang memiliki gangguan kecemasan, dapat di identifikasi
beberapa sensasi fisik dan psikologis. Sensasi fisik berupa gejala somatik yang
menyertai kecemasan psikis, terlepas dari apakah kecemasan itu normal atau
bagian dari kondisi patologis. Kecemasan dapat terasa berbeda untuk orang yang
berbeda, sehingga masing- masing orang mungkin juga mengalami jenis perasaan
lain.3
Tabel 2. Gejala-gejala Gangguan Cemas:6
Sensasi fisik Sensasi psikologis

31
 Mual (merasa sakit)  Merasa tegang, gelisah
 Otot tegang dan sakit kepala  Rasa takut
 Nyeri kepala atau pusing  Merasa dunia sedang melaju atau
 Bernafas lebih cepat melambat
 Nyeri dada  Merasa seperti orang lain bisa
 Berkeringat atau memerah melihat kecemasannya

 Detak jantung yang cepat,  Adanya pengalaman negatif,


regular atau ireguler memikirkan situasi berulang-

 Tekanan darah meningkat ulang

32
 Sulit tidur  Merasa gelisah dan tidak mampu
 Sering/jarang buang air kecil konsentrasi
 Dispepsia  Mati rasa.
 Diare
 Tremor
 Mungkin mengalami serangan
panik

Berdasarkan PPDGJ III dan DSM V, diagnosis Gangguan Anxietas YTT


(F41.9) atau Unspecified Anxiety disorders 300.00 (F41.9) ditegakkan apabila,
kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik gangguan
kecemasan yang menyebabkan tekanan signifikan secara klinis atau gangguan
dalam sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya mendominasi tetapi
tidak memenuhi kriteria penuh untuk setiap gangguan dalam kelas diagnostik
gangguan kecemasan.8
Pada aksis 2 dilaporkan bahwa pasien memiliki ciri kepribadian anankastik
dimana pasien memiliki kebiasaan suka merapikan kamar, tidak bisa tenang dan
risih bila kamar berantakan, dan bila terdapat tugas pasien ingin segera
menyelesaikan dan tidak suka menunda. Berdasarkan PPDGJ III Gangguan
Kepribadian Anankastik merupakan kepribadian dengan ciri-ciri:10
 Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yag berlebihan
 Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan,
organisasi, atau jadwal
 Perfeksionisme yang mempengaruhi tugas
 Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
semestinyapada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan
hubungan interpersona
 Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
 Kaku dan keras kepala

33
 Pemaksaan yang tidak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
agar melakukan sesuatu, atau keengganan yang beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
 Mencampuradukkan pikiran atau dorongan untuk memaksa dan yang
enggan
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari gejala diatas.10
Pada Aksis 3, tidak ditemukan adanya diagnosa. Aksis 4, masalah
psikososial dan pada aksis 5 pasien mengalami beberapa gejala berat (serious),
disabilitas berat dimana ketika pasien mengalami cemas maka akan sulit
berkonsentrasi dan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Penatalaksanaan gangguan anxiety YTT, sebagai berikut:
Farmakologi
 Depram 10 mg 1x sehari, 1/2tablet
Agen antidepresan adalah obat pilihan dalam pengobatan gangguan
kecemasan, terutama agen yang lebih baru yang memiliki profil efek
samping yang lebih aman dan kemudahan penggunaan yang lebih tinggi
daripada antidepresan trisiklik yang lebih tua (TCA), seperti selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI).7
 Proclozam 10 mg 1x sehari, 1 tablet
Benzodiazepin sering digunakan dengan antidepresan sebagai pengobatan
tambahan. Ini sangat berguna dalam pengelolaan gangguan kecemasan
situasional akut dan gangguan penyesuaian di mana durasi farmakoterapi
diperkirakan 6 minggu atau kurang dan untuk pengendalian serangan panik
yang cepat.7

Psikoterapi
 Terapi Kognitif Prilaku
Terapi kognitif bertujuan untuk menghilangkan gejala kecemasan yang
dialami pasien melalui usaha yang sistematis yaitu merubah cara pikir
maladaptive dan otomatik pada pasien gangguan panik. Pasien harus
menyadari cara berpikirnya yang salah. Kemudian, ia harus belajar
34
merespon cara pikir yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif.
Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan
pikiran cemas dan takut.6
 Terapi Suportif
Psikoterapi Psikotik suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan,
empati, pengertian, dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal- hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi faktor pencetus dan bantu untuk mengoreksinya serta
memecahkan problem eksternal.6
 Edukasi
Edukasi sangat penting diberikan kepada pasien ini dan juga keluarga
untuk membantu pemulihan dan mengurangi kecemasan yang dialami
pasien. Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada
pasien, jangan membatasi aktivitas pasien, ajak pasien bergembira, kurangi
hal-hal yang dapat meningkatkan stresor. Berdiskusi terhadap pentingnya
pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu kembali
menyibukan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang
menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke
psikiater.6

35
BAB V

KESIMPULAN

Gangguan cemas merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan


kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, tidak rasional dan tidak realistis
terhadap peristiwa yang terjadi sehari-hari. Kecemasan yang terjadi sulit untuk
dikendalikan dan menyebabkan gangguan yang jelas pada penderita dan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Penderita dengan gangguan ini
biasanya datang dengan keluhan somatis seperti tremor, sakit kepala, merasa
panas dingin, dan berdebar-debar. Terapi psikofarmaka, psikoterapi, dan edukasi
sangatlah penting dalam penatalaksaan pada gangguan ini.

36
WAWANCARA DENGAN PASIEN MELALUI TELEPON

AUTOANAMNESIS ( Selasa, 11 Oktober 2022, jam 08.00 WIB )

Dokter muda : Assalamualaikum, selamat pagi kak, perkenalkan Kami Aflah,


Fitri dan Izzati, merupakan dokter muda dari RSJD Jambi
Nn. A : Waalaikumsalam, selamat pagi dok
Dokter muda : Pada kesempatan kali ini, Kami ingin melakukan wawancara
seputar keluhan kakak datang ke poli RSJ, apakah diperbolehkan
kak?
Nn. A : Iya boleh, silahkan
Dokter muda : Pertama Kami bertanya soal identitas dulu ya kak, nama lengkap
kakak siapa, usia, tanggal lahir, dan alamat?
Nn. A : Nama saya Annisa Fitriah, usia 21 tahun, lahir 14 Juni 2001,
tinggal di Mendalo
Dokter muda : Apa pekerjaan atau kesibukan akhir-akhir ini, dan status
pernikahan kakak?
Nn. A : Lagi kuliah sem 7 di UIN jurusan ilmu perpustakaan, belum
menikah
Dokter muda : Keluhan kakak sampai berobat ke poli rsj apa ya kak?
Nn. A : Saya merasakan gangguan cemas, lagi sendirian atau di jalan
suka cemas, ada rasa takut berlebihan sampai menyebabkan
panas- dingin, tremor, kadang sakit kepala, dan sulit tidur
Dokter muda : sulit tidurnya itu, susah masuk tidur, atau cepat terbangun ga bisa
masuk tidur lagi, atau bagaimana ya kak?
Nn. A : Sulit masuk tidur, kadang saya bisa terbangun sampai shubuh
hari Dokter muda : Keluhan gangguan cemasnya sudah berlangsung berapa lama?
Nn. A : Sudah berlangsung 1 bulan dan karena sudah sangat
mengganggu aktivitas saya, jadi saya berobat ke poli rsj
Dokter muda : apakah ada masalah-masalah yang menimbulkan gangguan cemas
pada kakak 1 bulan ini?

37
Nn. A : Jadi awal mulanya itu karena abang saya mengetahui aib mantan
pacar saya. Abang saya marah dan kesal pada aib tersebut. Lalu
abang saya mengancam akan menyebarkan aib mantan saya ke
ibu mantan saya, jika saya tidak putus dengan dia. Terlebih ibu
mantan saya ini memiliki riwayat sakit jantung. Saya jadi mulai
cemas berlebihan dan ketakutan jika abang saya akan memberi tau
ke ibu mantan saya tersebut.
Dokter muda : Saat kapan dan kondisi apa saja gangguan cemasnya datang kak?
Nn. A : Kadang saat di jalan, waktu merenung. Sebelum tidur
Dokter muda :Apakah ada penurunan nafsu makan, mudah lelah, sulit
konsentrasi, dan penarikan diri dari lingkungan saat kakak
mengalami gangguan cemas?
Nn. A : Iya ada dok, saya tidak terlalu berselera makan, bisa seharian ga
makan. Jadi males-malesan, mudah capek, sulit fokus dan tidak
terlalu membaur ke lingkungan saya seperti biasanya.
Dokter muda : Apakah ada riwayat keluarga yang memiliki gangguan cemas
seperti kakak?
Nn. A : Tidak ada dok
Dokter muda : Apakah ada riwayat trauma di kepala, terluka atau jatuh di
sekitar tubuh kakak?
Nn. A : Tidak ada dok
Dokter muda : Apakah pernah meminum obat obatan tertentu?
Nn. A : Tidak ada dok
Dokter muda : Kalau alergi makanan dan obat, apakah ada?
Nn. A : Tidak ada juga dok
Dokter muda : Apakah kakak ada halusinasi atau ilusi, seperti mendengar
bisikan2 atau melihat sesuatu?
Nn. A : Tidak ada dok
Dokter muda : Apakah ada gejala emosional?

38
Nn. A : Seminggu sebelum terjadinya gangguan cemas, jadi lebih
emosional dok. Kadang sensitif kalau dengar suara-suara yang
agak berisik di rumah, jadi pengen marah-marah jadinya
Dokter muda : Kalau detail keluarga kakak seperti apa ya kak?
Nn. A : Ayah dan Ibu saya sibuk, jadi jarang berinteraksi di rumah. Saya
anak kedua dari 3 bersaudara. Jarang berinteraksi juga dengan
abang dan adik saya di rumah. Lebih sering berlama-lama di
dalam kamar
Dokter muda : Riwayat perkembangan kehidupan kakak bagaimana ya kak?
(Psikoanalisis)
Nn. A : Saya lahir normal, tidak prematur, perkembangan motorik dan
sensorik saya normal semasa saya kecil. Saya menyelesaikan
pendidikan SD, SMP, dan SMA tepat waktu. Tumbuh tidak ada
permasalahan di keluarga, tapi saya merasakan kurang
diperhatikan di keluarga, karena sibuk masing-masing
Dokter muda : Jika terjadi suatu masalah, biasanya cara kakak mengatasinya
bagaimana ya? (Mekanisme defensi)
Nn. A : biasanya saya cerita ke teman saya, tapi lebih sering saya
pendam karna kadang tidak memberikan solusi. Cerita ke
keluarga jarang juga karna jarang berinteraksi
Dokter muda : kalau kepribadian sehari hari kakak seperti apa ya? Misal suka
yang rapi-rapi, suka cemas, suka takut sama lingkungan baru,
sulit percaya orang lain, suka diperhatikan, atau bagaimana ya
kak?
Nn. A : Saya suka ngerapiin kamar kak, kadang kalau kamar berantakan
jadi tidak bisa tenang, risih, dan tidak bisa tidur. Kalau ada tugas
suka saya selesaikan secepatnya. Kalau takut tidak ada, dan tidak
suka keramaian.
Dokter muda : Lingkungan sosial seperti pertemanan di kuliah bagaimana ya
kak?

39
Nn. A : Alhamdulillah normal dan tidak ada permasalahan dok.

40
Dokter muda : Kapan mulai tertarik dengan lawan jenis?
Nn. A : Mulai dari smp kelas 2, sekitar umur 13an tahun
Dokter muda : Untuk ibadah keagamaan bagaimana ya kak?
Nn. A : Alhamdulillah lancar kak
Dokter muda : Apakah ada perubahan setelah berobat?
Nn. A : Alhamdulillah, ada dok
Dokter muda : Apakah ada rencana konsul ulang?
Nn. A : Ada, tapi karna saya sibuk dengan perkuliahan, jadi belum ada
waktu untuk kontrol ulang
Dokter muda : Baik lah kak, terimakasih ya kak sudah mau bercerita dan berbagi
dengan kami, jangan lupa untuk kontrol ulang ya kak. Semoga
lekas pulih. Semangat terus
Nn. A : Iya sama-sama dok, terimakasih juga dok

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Annisa, Dona Fitri. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Journal: Konselor Vol.5
2. National Association for Mental Health. 2015. Mind: Understanding
anxiety and panic attacks.
3. Goldman, Lee, MD dan Schafer, Andrew I., MD. 2016. Golman Cecil
Medicine. Elsevier Inc.
4. Saddock BJ, Saddock VA. Anxiety disorder. In : Kaplan Saddock’s
Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Tenth
Edition.. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007; P. 580-8.
5. DSM IV-TR.. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders
(DSM IV-TR). Washington DC: American Psychiatric
Association.American Psychological Association:2000.
6. Smith, Melinda, M.A., Segal, Robert, M.A. et al. 2018. Therapy for
Anxietas Disorders
7. Bhatt, Nita V., MD et al. 2019. Anxiety disorders. Medscape
8. Susic, Paul. Unspecified Anxiety Disorder 300.00 (F41.9). Senior. Care
Psychological Consulting. 2017
9. Idrus, faisal. Gangguan Kecemasan. Makasar; Fakultas kedokteran
Universitas Hasanudin; 2016
10. Maslim, Dr.dr.Rusdi, So. KJ, M.Kes. Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2019

42

Anda mungkin juga menyukai