Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Status Epileptikus

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. ZainoelAbidin Banda Aceh

Disusun oleh :

MUHAMMAD IQBAL
2107501010014

Pembimbing :

Dr. dr. Anidar Sp.A (K)

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNSYIAH/RSUD ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajarkan manusia
dengan pena serta mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Syukur
dipanjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyusun
tugas refarat ini. Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari alam kebodohan ke alam
yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Tugas presentasi laporan kasus ini berjudul “Status Epileptikus” diajukan
sebagai salah satu tugas dalam menjalani kepaniteraan klinik senior Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak Universitas Syiah Kuala BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin – Banda
Aceh. Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada Dr. dr. Anidar, Sp.A (K) yang telah meluangkan waktunya untuk memberi
arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis
terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di
masa mendatang.

Banda Aceh, 22 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 15
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 15
BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................................... 16
2.1 IDENTITAS PASIEN .................................................................................... 16
2.2 IDENTITAS KELUARGA PASIEN .............................................................. 16
2.3 ANAMNESIS ................................................................................................ 16
2.4 Pemeriksaan Fisik .......................................................................................... 18
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 20
2.6 Diagnosa Kerja .............................................................................................. 21
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................. 21
2.8 Planning ........................................................................................................ 22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 23
3.1 STATUS EPILEPTIKUS ............................................................................ 23
3.1.1 Definisi.................................................................................................. 23
3.1.2 Etiologi.................................................................................................. 23
3.1.3 Epidemiologi ......................................................................................... 23
3.1.4 Klasifikasi ............................................................................................. 24
3.1.5 Tatalaksana............................................................................................ 24
3.1.6 Komplikasi ............................................................................................ 27
3.1.7 Prognosis ............................................................................................... 27
BAB IV ........................................................................................................................ 28
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 28
BAB V.......................................................................................................................... 30
KESIMPULAN ........................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status epileptikus adalah salah satu kegawatdaruratan bidang neurologi yang
didefinisikan sebagai aktivitas kejang yang sedang berlangsung atau kajang berulang
tanpa pemulihan kesadaran selama 30 menit atau lebih. (1) Insidensi keseluruhan status
epileptikus yang terjadi pada anak yaitu berkisar antara 3-42 kasus per 100.000 orang
per tahun di seluruh dunia.(2) Status epileptikus dapat meningkatkan risiko 14% pada
defisit neurologi dan 4-5% menyebabkan kematian.(1) Di Indonesia 40% anak penderita
epilepsi mengalami status epileptikus sebelum usia 2 tahun. (3)

Status epileptikus merupakan suatu kegawatdaruratan medis bidang neurologi,


sehingga penanganan medis awal berfokus pada dukungan fungsi jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi sambil mengidentifikasi medis komplikasi dan pencetus
kejang.(4) Tatalaksana yang terlambat pada pasien status epileptikus dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi berupa aritmia jantung, gagal napas, hipoventilasi,
dan hipoksia yang dapat meningkatkan mortalitas penderita. (5)

Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi status


epileptikus (SE) karena International League Againts Epilepsy (ILAE) hanya
menyatakan bahwa SE adalah kejang yang berlangsung terus-menerus selama periode
waktu tertentu atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
Kekurangan definisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama kejang tersebut
berlangsung. Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan batasan
waktunya adalah selama 30 menit atau lebih.(6)

15
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Muhammad Akyasil Aufa

Jenis kelamin : Laki-laki

Nomor Rekam Medik : 1-18-73-22

Tanggal lahir/Umur : 07-09-2017/ 4 tahun 2 bulan

Alamat : Meunasah Mon, Aceh Besar, Aceh

Tanggal Masuk : 06-11-2021

Tanggal Keluar : 24 November 2021

2.2 IDENTITAS KELUARGA PASIEN

1. Nama ayah : Junizar

2. Alamat ayah : Meunasah Mon, Aceh Besar, Aceh

3. Pekerjaan : Swasta

2.3 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien dibawa rumah sakit dengan keluhan kejang

16
Keluhan Tambahan
-

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa oleh keluarga dengan keluhan riwayat kejang. Kejang terjadi sekitar
4 kali dan kejang terakhir terjadi pada pukul 8 malam SMRS. Saat dibawa ke rumah
sakit pasien sudah tidak kejang lagi. Kejang mulai muncul sejak 3 hari SMRS,
frekuensi kejang setiap harinya 2 kali, Saat kejang anak tidak sadarkan diri dan
kaku pada seluruh tubuh, Kejang pertama terjadi sekitar 5 menit lebih, setelah sadar
pasien kembali mengalami kejang sebanyak 3 kali.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien baru saja selesai dirawat di ruang rawat anak RSUDZA selama 1 minggu

Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapatkan asam valproat 2 x 4 cc, Kepra 175 mg, Phenobarbital 25
mg.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Pasien lahir saat ibu berusia 28
tahun dengan section cesaria atas indikasi posisi janin sungsang. Pasien lahir cukup
bulan dan segera menangis.

Riwayat Imunisasi
Pasien tidak mendapatkan dasar lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut ibu pasien, tumbuh kembang pasien saat bayi sampai usia sekitaran 1
tahunan masih normal. Setelah pasien sudah sering mengalami kejang terjadi
perlambatan pada kognitif pasien.

17
Riwayat Nutrisi
Saat ini pasien sudah mendapatkan makanan keluarga

2.4 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Laju nadi : 92x/Menit

Laju napas : 24x/Menit

Suhu : 36,60C

SPO2 : 99%

Status Gizi dan Antropometri

Berat badan (BB) : 13,7

Tinggi badan (TB) : 101 cm

BB/U : -2 s/d +2 SD

TB/U : -2 s/d +2 SD

Status Gizi : Berat badan normal, perawakan normal, kesan gizi


baik.

18
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik
Sistem Deskripsi

Kepala Normocephali

Rambut Hitam, sebaran rambut merata, dan tidak mudah dicabut


Konjungtiva palpebra inferior tidak tampak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil bulat isokor 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya langsung
Mata
positif di kedua mata, refleks cahaya tak langsung positif di kedua
mata. Mata tidak cekung
Hidung Tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada sekret
Telinga Tidak terdapat deformitas, tidak ada sekret telinga, normotia
Mulut Tidak sianosis, mukosa bibir dan mulut dalam batas normal

Tekanan vena jugularis tidak meningkat, tidak ada pembesaran


Leher
kelenjar getah bening
Tidak ada deformitas, pergerakan simetris statis dan dinamis.
Dada
Tidak terdapat retraksi, iga mengambang
Bunyi napas vesikular di kedua lapang paru, ronkhi tidak ada,
Paru
mengi tidak ada
Jantung Bunyi jantung I dan II regular, tidak terdapat murmur

Simetris, distensi (-), soepel, peristaltic DBN


Abdomen
Pucat (-), edema (-). Sianosis (-)
Ekstremitas

Genital Tidak diperiksa


Anugenital Tidak diperiksa

19
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2.2 Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Rujukan
5 November 2021
Hb 12,1 10,5-12,9 g/dl
Ht 34 53-63 %
Eritrosit 4,3 4,4-5,8 x 106/mm3
Leukosit 8,3 5,5-19,5 x103 /mm3
Trombosit 333 150-450 x103/ mm3
MCV 78 80-100 fL
MCH 28 27-31 pg
MCHC 36 32-36%
RDW 8,7 11,5-14,5 %
Eosinofil 7 0-6 %
Basofil 1 0-2 %
N. Batang 0 2-6 %
N. Segmen 25 50-70 %
Limfosit 62 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Bilirubin Total 0,3-0,12 mg/Dl

20
Bilirubin Direct <0.52 mg/Dl
Bilirubin Indirect

AST/SGOT 29 <31 U/L


ALT/SGPT 25 <34 U/L

Protein Total 6,4-8,3 mg/dL


Albumin 3,5-5,2 mg/dL
Globulin

CRP Kualitatif Negatif


ASTO <200 IU/mL
IGE Total <52 IU/mL
Kalsium 8,7 8,6-10,3 mg/dL
Ureum 17 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,30 0,51-0,95 mg/dL
Natrium 142 129-143 mmol/L
Kalium 4,1 3,6 – 5,8 mmol/L
Klorida 111 93-112 mmol/L

FT4 9 – 20 mcmol/L
TSHs 0.25 – 5 mcIU/L

2.6 Diagnosa Kerja


1. Status Epileptikus
2. Epilepsi

2.7 Penatalaksanaan
1. Fenitoin 50 mg/12 jam IV
2. Phenobarbital 20 mg/12 jam PO

21
3. Kepra 175 mg/12 jam PO
4. Asam Valproat 4 cc/ 12 jam PO
5. Piracetam 200 mg/ 12 jam PO
6. Dexametason 2,5mg/ 8 jam IV

2.8 Planning
1. Teurapetik : Sesuai FDO dan kebutuhan cairan
2. Monitoring : Pantau kejang berulang, diuresis /6 jam

22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 STATUS EPILEPTIKUS


3.1.1 Definisi
Status epileptikus adalah salah satu kegawatdaruratan bidang neurologi yang
didefisikan sebagai aktivitas kejang yang sedang berlangsung atau kejang berulang
tanpa pemulihan kesadaran selama 30 menit atau lebih. (1)

3.1.2 Etiologi
Status epileptikus dapat disebabkan oleh beberapa etiologi antara lain :(5)
a. Infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, dan abses intrakranial.
b. Kelainan metabolik, meliputi hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia,
ensefalopati hepatik, dan kelainan metabolisme bawaan pada anak.
c. Cedera serebrovaskular.
d. Trauma kepala, baik dengan atau tanpa perdarahan.
e. Toksisitas obat.
f. Sindrom putus obat, misalnya alkuhol, benzodiazepin, dan barbiturat.
g. Hipertensi darurat.
h. Gangguan autoimun.
i. Epilepsi
j. Idiopatik/kriptogenik merupakan penyebab yang tidak diketahui.

3.1.3 Epidemiologi
Insidensi status epileptikus berkisar sekitar 7- 40 kasus per 100.000 orang per
tahun. Status epileptikus lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
Proporsi yang signifikan dari anak-anak yaitu 16-38%.(5) Insidensi keseluruhan status
epileptikus yang terjadi pada anak yaitu berkisar antara 3-42 kasus per 100.000 orang
per tahun di seluruh dunia.(3) Di Indonesia 40% anak penderita epilepsi mengalami
status epileptikus sebelum usia 2 tahun.(1)

23
3.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan klinis, status epileptikus terbagi atas dua kriteria utama yaitu :
a. Ada atau tidaknya gejala motorik yang menonjol
b. Derajat kualitative dan kuantitative dari gangguan kesadaran
Bentuk-bentuk dari gejala motorik yang menonjol dan gangguan kesadaran dapat
mengacu kepada convulsive status epilepticus (CSE). Sedangkan status epileptikus
yang tidak menunjukkan gejala motorik menonjol mengarah kepada non-convulsive
status epilepticus (NCSE).(5)

3.1.5 Tatalaksana
Status epileptikus merupakan kegawatdaruratan dalam bidang neurologi.
Stabilisasi medis berfokus pada dukungan fungsi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
sambil mengidentifikasi medis komplikasi dan pencetus kejang. Tidak ada penetapan
pendekatan pengobatan terpisah antara CSE dengan NCSE.(4)

24
Gambar 2. 1 Algoritma Tatalaksana Status Epileptikus()

Algoritma di atas terdiri atas lima fase yang akan dijabarkan sebagai berikut :(7)
a. Prehospital (0-10 menit)
Kejang yang terjadi diluar rumah sakit, tatalaksana untuk menghentikan serangan
kejang dapat diberikan diazepam per rektal. Diazepam per rektal diberikan dengan
dosis 5 mg supposituria untuk berat badan kurang dari 12 kg, sedangkan 10 mg
supposituria untuk berat badan lebih dari 12 kg. Pemberian diazepam per rektal dapat
diberikan maksimal dua kali dengan jarak 5 menit.

25
b. Hospital atau IGD (10 menit)
Dalam waktu 10 menit, anak sudah harus masuk rumah sakit atau IGD. Bila
kejang belum berhenti, berikan diazepam atau midazolam. Diazepam diberikan 0,2-0,5
mg/Kg secara intravena dengan kecepatan 2 mg/menit, maksimal diberikan 10 mg. Bila
kejang berhenti sebelum obat habis, maka obat tersebut tidak perlu dihabiskan.
Midazolam doberikan 0,2 mg/Kg secara intra muskular atau buccal, maksimal 10 mg.
Midazolam buccal dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis
yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan
teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan
kelompok usia:
• 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
• 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
• 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
• 10 mg (usia ≥ 10 tahun)

c. Hospital (20-30 menit)


Jika kejang masih berlanjut dalam 5-10 menit, dapat diberikan fenitoin atau
fenobarbital. Fenitoin dapat diberikan 20 mg/Kg secara intravena dengan diencerkan
dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit, maksimal pemberian 1000 mg. Dosis fenitoin
dapat ditambahkan 5-10 mg/Kg. Atau dapat diberikan fenobarbital 20 mg/Kg secara
intravena dengan kecepatan 10-20 mg/menit, dosis maksimal pemberian 1000 mg.
Dosis fenobarbital dapat ditambahkan 5-10 mg/Kg. Pemberian fenobarbital dapat
diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan yang sama. Bila kejang masih
berlanjut selama 5-10 menit, apabila pasien sebelumnya mendapatkan fenitoin, maka
selanjutnya pasien dapat diberikan fenobarbital 20 mg/Kg. Begitu sebaliknya.
d. ICU (≥ 60 menit)
Jika kejang masih berlanjut sampai lebih dari 60 menit, pasien harus dirawat di
ICU karena kejang merupakan status epileptikus refrakter. Terapi yang dapat diberikan
adalah midazolam, propofol, atau pentobarbital. Midazolam dibolus 100-200 mcg/Kg
secara intravena, maksimal diberikan 10 mg, dilanjutkan dengan infus kontinu 100

26
mcg/Kg/jam, dapat dinaikkan 50 mcg/kg setiap 15 menit, dosis maksimal 2
mg/Kg/jam. Propofol dibolus 1-3 mg/Kg dilanjutkan dengan infus kontinu 2-10
mg/Kg/jam. Pentobarbital dibolus 5-15 mg/Kg, dilanjutkan infus kontinu 0,5-5
mg/Kg/jam.
Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan
tidak kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan
dengan pemberian rumatan bila diperlukan.

3.1.6 Komplikasi
Komplikasi status epileptikus dapat dibagi menjadi komplikasi medis dan
neurologis serta komplikasi segera dan tertunda. Komplikasi medis mencakup aritmia
jantung, kerusakan jantung karena lonjakan katekolamin, gagal napas, hipoventilasi,
hipoksia, pneumonia aspirasi, edema paru, demam, dan leukositosis merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada pasien status epileptikus. Komplikasi neurologi
mencakup perkembangan menjadi epilepsi kronis dan status epileptikus berulang.
Dalam kasus status epileptikus refrakter yang berkepanjangan dapat terjadi kerusakan
neurologis permanen yang disebabkan oleh aktivitas hipermetabolik di daerah otak
mengalami aktivitas listrik yang berkepanjangan dan abnormal. (5)
3.1.7 Prognosis
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis, 37% menderita defisit
neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual. Sekitar 3-56% pasien yang
mengalami SE akan mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang
terjadi dalam 2 tahun pertama. Faktor risiko SE berulang adalah usia muda,
ensefalopati progresif, etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi.

27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien dibawa oleh keluarga dengan keluhan riwayat kejang. Kejang terjadi
sekitar 4 kali dan kejang terakhir terjadi pada pukul 8 malam SMRS. Saat dibawa
ke rumah sakit pasien sudah tidak kejang lagi. Kejang mulai muncul sejak 3 hari
SMRS, frekuensi kejang setiap harinya 2 kali, Saat kejang anak tidak sadarkan diri
dan kaku pada seluruh tubuh, Kejang pertama terjadi sekitar 5 menit lebih, setelah
sadar pasien kembali mengalami kejang sebanyak 3 kali. Pasien baru saja selesai
dirawat di ruang rawat anak RSUDZA selama 1 minggu. Sebelumnya pasien telah
mendapatkan asam valproat 2 x 4 cc, Kepra 175 mg, Phenobarbital 25 mg. Dari
permeriksaan fisik semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan tanda rangsang
meningeal juga dalam batas normal.
Dari anamnesis dapat digaris bawahi beberapa hal yaitu (1) Kejang pada pasien
berlangsung ± 5 menit lebih, (2) Kejang terjadi pada seluruh tubuh pasien, (3)
Kejang dirasakan pasien lebih dari 1 kali, (4) Saat kejang anak tidak sadarkan diri
dan kaku pada seluruh tubuh, (5) Setelah sadar pasien kembali mengalami kejang
sebanyak 3 kali.
Pada hari rawatan pertama pasien dengan keluhan kejang sejak 4 hari yang lalu,
terutama pada malam hari. Kejang terjadi pada seluruh tubuh menandakan kejang
yang diderita pasien merupakan kejang umum, demam tidak ada. Pasien
didiagnosis “Status Epileptikus”. Planing yang dilakukan adalah memonitoring
adanya kejang berulang, memantau diuresis per 6 jam dan pemberian obat obatan
Pada hari rawatan ketiga keluhan kejang diseluruh badan sudah tidak ada,
namun hanya hentakan kaki dan tangan saja, demam (-), kejang terjadi terutama
pada saat tidur. Planning yang diberikan adalah tetap memantau kejang secara
berkala, memantau diuresis per 6 jam dan diberikan obat obatan.
Pada hari rawatan ke sebelas, kejang sudah tidak ada semenjak 4 hari yang lalu, tidak
ada keluhan lain serta pasien sudah sanggup makan 3/4 porsi makanan. Planning tetap
memberikan obat-obatan dan cairan dan memonitoring diuresis per 6 jam

28
Pada hari rawatan ke dua belas, kejang sudah tidak ada semenjak 5 hari, keluhan
lain tidak ada dan pasien sudah sanggup makan 1 porsi makanan. Planning tetap
memberikan obat-obatan dan cairan dan memonitoring diuresis per 6 jam.
Pada hari rawatan ke 19, kejang tidak ada lagi dalam 24 jam, demam (-), batuk
berdahak sesekali. Planning tetap memberikan obat-obatan dan cairan dan
memonitoring diuresis per 6 jam
Pasien dirawat sampai ke hari 20 di ruang arafah sebelum akhirnya
diperbolehkan untuk pulang karena sudah tidak lagi mengalami kejang dan juga
tidak mengalami keluhan lain.
Terapi pulang yang diberikan adalah :
1. Stesolid sup 10mg *KP
2. Phenobarbital PO 25mg per 12 jam
3. Kepra PO 175mg per 12 jam
4. As. Valproat PO 4cc per 12 jam
5. Bacefort PO 1 cth per 24 jam
6. Piracetam PO 200mg per 12 jam

29
BAB V
KESIMPULAN

Status epileptikus adalah salah satu kegawatdaruratan bidang neurologi yang


didefisikan sebagai aktivitas kejang yang sedang berlangsung atau kajang berulang
tanpa pemulihan kesadaran selama 30 menit atau lebih. Status epileptikus disebabkan
ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi yang mengakibatkan muatan listrik sel-
sel saraf di otak berlebih.
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan hematologi, EEG, dan
pemeriksaan pencitraan otak membantu mendiangnosis, menyingkirkan diagnosis
banding, serta dapat membantu mencari etiologi dari status epileptikus.
Tatalaksana yang terlambat pada pasien status epileptikus dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi berupa aritmia jantung, gagal napas, hipoventilasi, dan hipoksia.

30
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante KJ, Kliegman Robert Seizure in : M. Nelson Essentials of
Pediatrics. Eighth. 2019. 687–692 p.

2. Gurcharran K, Grinspan ZM. Seizure : European Journal of Epilepsy The


burden of pediatric status epilepticus : Epidemiology , morbidity , mortality ,
and costs. Seizure Europe Journal Epilepsy 2019;68:3–8.

3. Smith DM, Mcginnis EL, Walleigh DJ, Abend NS. Management of Status
Epilepticus in Children. Journal of Clinical Medicine Review. 2016;5(47):1–
19.

4. Wylie T, Sandhu DS, Goyal A, Murr N. Status Epilepticus. In: In : Stat Pearls
[Internet]. 2021.

5. Trinka E, Cock H, Hesdorffer D, Rossetti AO, Scheffer IE, Shinnar S, et al.


Special Report A Definition and Classification of Status Epilepticus – Report
of the ILAE Task Force on Classification of Status Epilepticus Comment :
Historical. 2015;56(10):1515–23.

6. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016. Penatalaksanaan Status Epileptikus. 2016

31

Anda mungkin juga menyukai