STROKE HEMORAGIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Muhammad Iqbal
2107501010014
Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Imran, M.Kes, Sp.S (K)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Stroke Hemoragik”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan ke pangkuan
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke zaman yang
berpendidikan dan terang benderang.
Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan
klinik senior pada Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada Dr. dr. Imran, M.Kes, Sp.S (K) yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi
dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Muhammad Iqbal
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. DS
Usia : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Lamteumen Barat
Suku : Aceh
Pekerjaan : IRT
No RM : 1-29-76-25
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Penurunan Kesadaran
Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala berdenyut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba saat
aktivitas sejak 5 jam SMRS. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala
berdenyut diseluruh bagian kepala dengan intensitas sedang-berat, nyeri kepala
tidak hilang dengan istirahat maupun mengkonsumsi obat. Muntah
menyemprot juga dialami pasien dengan frekuensi 4 kali. Tampak anggota
gerak kanan lebih lemah dibandingkan dengan anggota gerak kiri disertai
dengan mulut merot ke kiri. Tidak ada bicara pelo dan tidak ada kejang pada
pasien. Demam, batuk, dan sesak nafas juga tidak ada. Pasien dengan riwayat
hipertensi lama yang sudah dialami sejak ± 3 tahun. Pasien juga dengan riwayat
DM type 2
Riwayat Penggunaan Obat:
Pasien mengkonsumsi paracetamol 500 mg, Amlodipin 5mg (tidak teratur) dan
metformin 3x500 mg (tidak teratur)
2
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Hipertensi dan DM yang tidak terkontrol sejak ± 3 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga pasien juga ada riwayat DM
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial:
Pasien sehari-harinya memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak
dan jarang berolahraga.
2.3 Status Internus
Kesadaran : Apatis GCS E3M5V4
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 95 kali/ menit
Pernafasan : 22 kali/menit
SpO2 : 96%
Suhu : 36.7 oC
Skala Nyeri :5
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Warna : Sawo matang
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada
Anemia : tidak ada
b. Kepala
Bentuk : normocephali, tidak terdapat deformitas
Wajah : simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil isokor3 mm/3 mm
Telinga: serumen (-/-), darah (-/-)
Hidung : sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : dalam batas normal
c. Leher
Kelenjar Getah Bening: Tidak teraba pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran
3
Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
JVP : TVJ (N) R±2 cm H2O.
d. Thoraks
Paru Anterior Posterior
Inspeksi Statis & dinamis: Simetris, Statis & dinamis: Simetris,
normochest, retraksi (-) normochest, retraksi (-)
Palpasi Nyeri (-), SF kanan = SF kiri Nyeri (-), SF kanan = SF kiri
Perkusi Sonor (+/+) Sonor (+/+)
Auskultasi Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
wheezing (-/-) wheezing (-/-)
f. Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba pada ICS V linea aksilaris anterior
sinistra
Perkusi :
- Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternal dextra
- Batas jantung kiri : ICS V linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi: S1 > S2, murmur (-)
e. Abdomen
Inspeksi: Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran, keadaan di
dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput medusa, pelebaran vena,
kulit kuning, dinding perut tegang, darm steifung, darm kontur, dan
pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai.
Auskultasi: peristaltik usus normal (4x/menit), bising pembuluh darah tidak
dijumpai
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai.
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak di jumpai
4
Perkusi : batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di ICS VI,
suara timpani di semua lapangan abdomen, shifting dullness (-)
f. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (-)
g. Ekstremitas :
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (-) (-)
Pucat (-) (-) (-) (-)
5
3. Refleks cahaya langsung + +
4. Refleks cahaya tidak langsung + +
5. Nistagmus - -
6. Strabismus - -
7. Eksoftalmus - -
Nervus III, IV, VI Kanan Kiri
(gerakan okuler)
Pergerakan bola mata :
1. Lateral + +
2. Atas + +
3. Bawah + +
4. Medial + +
5. Diplopia - -
Kelompok Motorik:
Nervus V (fungsi motorik)
1. Membuka mulut +
2. Menggigit dan mengunyah +
6
Nervus XI (fungsi motorik) Kanan Kiri
1. Mengangkat bahu 5 5
2. Memutar kepala 5 5
A. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi : Abdomino thorakalis
2. Bentuk columna vertebralis : Simetris
Sensibilitas
1. Rasa suhu : Tidak dilakukan penilaian
2. Rasa nyeri : dalam batas normal
3. Rasa raba : dalam batas normal
8
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Lab darah (10 November 2022)
JENIS NILAI
HASIL SATUAN
PEMERIKSAAN RUJUKAN
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN :
Hemoglobin 12,8 12,0 – 15,0 g/dL
Hematokrit 41 37 – 47 %
Eritrosit 5,8 4,2 – 5,4 10 /mm3
6
FAAL HEMOSTASIS
PT
Pasien (PT) 13,60 11,50 – 15,50 %
Kontrol 14,3 %
INR 0,95 <1,5 %
APTT
Pasien (APTT) 31,40 26,00 – 37,00 detik
Kontrol 34,8 detik
KIMIA KLINIK
DIABETES
Glukosa Darah 263 <200 mg/dL
Sewaktu
GINJAL-HIPERTENSI
Ureum 28 13 – 43 mg/dL
Kreatinin 0,60 0,51 – 0,95 mg/dL
ELEKTROLIT-serum
Natrium (Na) 138 132 – 146 mmol/L
Kalium (K) 4,50 3,7 – 5,4 mmol/L
Klorida (Cl) 100 98 – 106 mmol/L
9
CT scan kepala tanpa kontras
Lesi hiperdens di lobus parietal kiri ukuran 3,8 x 3,0 x 3,2 cm dan mengisi lobus
frontotemporoparietal kiri
Deviasi midline ke kanan ± 0,3 cm
Sistem ventrikel menyempit
Tidak tampak klasifikasi abnormal
Pons, cerebellum dan cerebello pontine angle tidak tampak kelainan
Orbita dan sinus paranasal normal
Kesan :
ICH di lobus parietal kiri ukuran 3,8 x 3,0 x 3,2 cm yang menyebabkan deviasi
midline ke kanan ± 0,3 cm
SAH
Edema serebri
10
2.7 Diagnosis
a. Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran, hemiparesis dextra, paresis
N.VII dextra sentral, peningkatan TIK
b. Diagnosis Topis : Korteks-subkorteks hemisfer cerebri sinistra,
subarachnoid space, sisterna ambient
c. Diagnosis Etiologi : Ruptur mikroaneurisma A. Lentikulostriata sinistra
d. Diagnosa patologi : Hemoragik, oedema cerebri
e. Diagnosa kerja : Penurunan kesadaran, hemiparesis dextra, paresis
N.VII dextra sentral, peningkatan TIK ec stroke hemoragik (ICH + SAH)
f. Diagnosa Tambahan: Hipertensi stage II, DM tipe II
2.8 Tatalaksana
- IVFD NaCl 0,9%
- PO Amlodipin 1x10 mg
- PO Valsartan 1x160 mg
- Drip Paracetamol 1 g/8jam
- IV Omeprazol 40 mg/24jam
- IV Citicoline 500 mg/12 jam
2.9 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
11
BAB III
PEMBAHASAN
a. Diagnosis
Pasien perempuan berusia 51 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
penurunan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba saat beraktifitas sejak 5 jam
SMRS. Sebelumnya pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala berdenyut di
seluruh bagian kepala dengan intensitas sedang-berat yang tidak berkurang dengan
istirahat maupun minum obat. Muntah menyemprot juga dialami pasien sebanyak
4 kali. Tampak anggota gerak kanan lebih lemah dibandingkan anggota gerak kiri.
Gejala klinis yang terdapat pada pasien menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
Berdasarkan anamnesis, pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi stage II
yang tidak terkontrol. Pada saat kedatangan pasien, didapatkan tekanan darah
pasien yaitu 165/90 mmHg. Hasil pemeriksaan nervus kranialis didapatkan kesan
lesi pada N.VII. Dari pemeriksaan fisik didapatkan motorik dengan kekuatan otot
ekstremitas atas 2222/5555, ekstremitas bawah 2222/5555, refleks fisiologis biseps
(+3/+2), triseps (+3/+2), patella (+3/+2), tendon achiles (+3/+2). Ditemukan refleks
patologis babinski (+/-) gordon (-/-), schaeffer (-), oppenheim (-/-), dan chaddock
(-/-). Sensorik dan otonom dalam batas normal.
Berdasarkan kondisi diatas, stroke dapat dibedakan menjadi stroke iskemik
dan hemoragik menggunakan skoring Siriraj Stroke Score. Skoring ini berlaku
sejak 24 jam saat awitan gejala terjadi. Variabel yang dinilai, terdiri dari tingkat
kesadaran pasien, riwayat muntah setelah onset, riwayat nyeri kepala 2 jam setelah
serangan, dan penanda adanya ateroma.
Rumus : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x
tekanan diastolik) - (3 x penanda ateroma) - 12
12
Skor pasien : (2,5 x 1) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 90) - (3 x 1) - 12 = 12,5
Skor untuk siriraj stroke score dibagi menjadi dua. Skor > +1 dapat
dikategorikan ke dalam stroke hemoragik. Jika skor < -1 dikategorikan ke dalam
stroke iskemik. Pada pasien ini didapatkan total skor 12,5 artinya pasien
dikategorikan ke dalam stroke hemoragik.
Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan CT-scan, dari hasil pemeriksaan
CT-scan dapat ditegakkan diagnosa stroke hemoragik dengan ditemukannya lesi
hiperdens di lobus parietal kiri. Hal ini selaras dengan klinis yang ditemukan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan bahwa kadar gula darah sewaktu pasien 263 mg/dL, menunjukkan
pasien dengan DM type II.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien dapat disimpulkan diagnosis pasien yaitu sebagai berikut :
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran, hemiparesis dextra, paresis N.VII
dextra sentral, peningkatan TIK
Diagnosis Topis :Korteks-subkorteks hemisfer cerebri sinistra, subarachnoid
space, sisterna ambient
Diagnosis Etiologi : Ruptur mikroaneurisma A. Lentikulostriata sinistra
Diagnosa patologi : Hemoragik, oedema cerebri
13
Diagnosa kerja : Penurunan kesadaran, hemiparesis dextra, paresis N.VII
dextra sentral, peningkatan TIK ec stroke hemoragik (ICH + SAH)
Diagnosa Tambahan : Hipertensi stage II, DM tipe II
b. Stroke
14
neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya menjadi lebih tertekan dan
defisit neurologis pun akan semakin berkembang.
c. Lokasi Perdarahan
Secara anatomis, pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu
sistem karotis dan sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan melalui
lintasan vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis interna.
Anterior circulation (sistem karotis) stroke yang disebabkan karena
gangguan pada sistem sirkulasi ini memberikan tanda dan gejala disfungsi hemisfer
serebri seperti afasia, apraxia, atau agnosia. Selain itu dapat juga timbul hemiparese,
gangguan hemisensoris, dan gangguan lapang pandang. Posterior circulation
(sistem vertebrobasiler) stroke yang disebabkan karena gangguan pada sistem
sirkulasi ini memberikan tanda dan gejala disfungsi batang otak termasuk koma,
drop attacks (jatuh tiba-tiba tanpa penurunan kesadaran), vertigo, mual dan muntah,
gangguan saraf otak, ataxia, defisit sistem sensorimotorik kontralateral (hemiparese
alternans). Selain itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan hemisensoris, dan
gangguan lapang pandang tetapi tidak spesifik untuk stroke yang disebabkan sistem
vertebrobasiler.
Tempat umum terjadinya perdarahan adalah ganglia basalis (50%), lobus
serebral (10% hingga 20%), talamus (15%), pons dan batang otak (10% hingga
20%), dan serebelum (10 %). Hematoma mengganggu neuron dan glia. Hal ini
15
menyebabkan oligemia, pelepasan neurotransmitter, disfungsi mitokondria, dan
pembengkakan sel. Trombin mengaktifkan mikroglia, menyebabkan peradangan
dan edema. Biasanya, hematoma membesar dalam 3 jam sampai 12 jam dan
menyebabkan adanya area hipoperfusi di sekitar hematoma. Faktor penyebab ICH
adalah perluasan hematoma, perdarahan intraventrikular, edema perihematom, dan
inflamasi.
16
kontralateral, yakni kelemahan akan terjadi pada sisi yang berlawanan dari
kerusakan otaknya. Sebagai contoh terjadi kerusakan pada hemisfer kanan, maka
sisi yang akan mengalami kelemahan otot adalah sisi kiri. Pada pemeriksaan pasien
ditemukan adanya parese nervus VII. Pasien mengalami parese nervus VII dextra
sentral yang didapatkan pada inspeksi berupa mulut merot tanpa disertai alis
maupun dahi sebelah kiri yang mencong. Nukleus nervus VII terletak pada daerah
pons, yang berjalan berdekatan dengan nervus XII, sehingga tidak jarang ditemukan
pasien mengalami parese N.VII disertai parese N.XII.
Hasil pemeriksaan nervus kranialis didapatkan kesan lesi pada N.VII Hal ini
membantu memperkirakan letak lesi hemoragik. Lesi yang terdapat pada korteks
motorik primer akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi kontralateral atau disebut
hemiparesis.
17
otot polos sehingga mempercepat proses arteriosklerosis, melalui efek penekanan
pada sel endotel atau lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak
pada pembuluh darah semakin cepat. Endotel yang terkelupas menyebabkan
membran basal bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif
sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu, terdapat pelepasan trombokinase
sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil sehingga dapat terjadi oklusi
dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan
berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke
perdarahan.
Berdasarkan anamnesis juga ditemukan faktor risiko stroke yaitu hipertensi.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa stroke adalah sindrom klinis yang
awal timbulnya mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau
global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Stroke yang terjadi pada pasien dipengaruhi oleh penyakit penyerta yang diderita
yaitu hipertensi, di mana didapatkan tekanan darah pasien yaitu 165/90 mmHg.
18
Citicolin juga menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif. Citicolin diharapkan mampu membantu rehabilitasi memori pada pasien.
Studi klinis juga menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan motorik yang
lebih baik pada pasien yang mendapatkan citicolin.
Pemberian terapi antihipertensi oral bisa diberikan dengan kombinasi
antihipertensi intravena jika didapatkan tekanan darah yang tinggi (hipertensi
emergensi) dengan pertimbangan bukan hanya terhadap otak saja, tetapi juga
terhadap kerusakan organ lain misalnya jantung dan ginjal. Tekanan darah harus
diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20%.
Penatalaksanaan bedah untuk stroke hemoragik adalah kraniotomi,
kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik, aspirasi endoskopi, dan aspirasi
kateter. Beberapa percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak didapatkan
manfaat secara keseluruhan dari operasi dini untuk perdarahan intraserebral bila
dibandingkan dengan pengobatan konservatif awal. Pasien yang mengalami
perdarahan lobaris dalam jarak 1 cm dari permukaan otak dan defisit klinis yang
lebih ringan (GCS>9) mendapatkan manfaat dari pembedahan dini. Evakuasi bedah
darurat diindikasikan pada perdarahan serebral dengan hidrosefalus atau kompresi
batang otak.
h. Prognosis
Dari hasil follow up perbaikan kondisi pada pasien, prognosis ad vitam pada
kasus ini adalah dubia ad bonam. Ukuran perdarahan akan berperan penting dalam
menentukan prognosis. Perdarahan yang kecil ukurannya akan menyebabkan massa
darah menerobos atau menyela di antara selaput akson massa putih “dissecan
splitting” tanpa merusaknya. Dalam keadaan ini, absorpsi darah akan diikuti oleh
pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan bila perdarahan yang terjadi dalam
jumlah besar, maka akan merusak struktur anatomi dari otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan bahkan dapat menyebabkan herniasi otak pada falx serebri atau
lewat foramen magnum. Perdarahan intraserebral yang yang tidak diatasi dengan
baik akan menyebar hingga ke ventrikel otak sehingga menyebabkan perdarahan
intraventrikel. Perdarahan intraventrikel ini diikuti oleh hidrosefalus obstruktif dan
akan memperburuk prognosis. Jumlah perdarahan yang lebih dari 60 ml akan
19
meningkatkan resiko kematian hingga 93%. Komplikasi stroke dapat terjadi akibat
langsung stroke itu sendiri ataupun akibat imobilisasi atau perawatan stroke yang
tidak maksimal. Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam,
nyeri pascastroke, disfagia, inkontinensia dan depresi adalah komplikasi yang
sangat umum. Saat ini pasien sudah dipulangkan dari rawatan dalam keadaan
perbaikan.
20
BAB IV
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
FAKTOR PREDIKTOR TIDAK TERCAPAINYA TARGET TEKANAN
DARAH PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK AKUT PREDICTOR
FACTOR NOT ACHIEVED THE TARGET BLOOD PRESSURE IN
PATIENTS WITH. 2015;203–10.
13. Usrin I, Mutiara E, Yusad Y. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke
Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di rumah sakitStroke
Nasional (RSSN) Bukit Tinggi Tahun 2011. Pengaruh Hipertens Terhadap
Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurol Di Rumah
Sakit Stroke Nas Bukittinggi Tahun 2011. 2012;1–9.
14. Raisa M. Left Hemiparesis e . c Hemorhagic Stroke. Medula. 2014;2 No
4(Juni):70–9.
15. Lyrawati D. Arteriogenesis and Angiogenesis in Hemorrhagic Stroke:
Towards Refining a Concept To Get the Most of Neovascularization *
Arteriogenesis Dan Angiogenesis Pada Stroke Hemoragik:Mempertajam
Konsep Untuk Memperoleh Manfaat Terbaik Neovaskularisasi *. J Kedokt
Brawijaya. 2008;24(1):46–52.
16. Humam H, Lisiswanti R. Pengaruh Tomat (Solanum lycopersicum)
Terhadap Stroke. Majority [Internet]. 2015;4(9):88–92. Available from:
http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/16.pdf
17. Caplan. Pathology, anatomy, and pathophysiology of stroke. In: Caplan’s
Stroke a Clinical Approach. new york: Cambridge University Press; 2016.
page 19–22.
18. Jojang H, Runtuwene T, P.S. JM. Perbandingan NIHSS pada pasien stroke
hemoragik dan non-hemoragik yang rawat inap di Bagian Neurologi RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-CliniC. 2016;4(1):3–6.
19. Ambarita RH. Hemiparese Sinistra, Parese Nervus VII, IX, X, XII e.c.
Medula. 2014;2(3):101–10.
20. Dewanto, Suwono R. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC; 2017.
21. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf. GUIDELINE STROKE TAHUN 2011.
2011;
23