LAPORAN KASUS
CVA Bleeding
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Madya
Disusun oleh:
Lilian Ardhitaningrum 22304101024
Rona Maulidia Bakhita 22304101037
Maman Firdaus 22304101040
Dosen Pembimbing:
dr. Zainal Abidin, Sp.S.
BAB I
PENDAHULUAN
kematian tertinggi, yaitu sebesar 19,9%. Tingkat kematian ICH bergantung pada
kemanjuran perawatan kritis. Stroke hemoragik disebabkan paling sering oleh
ruptur spontan pembuluh darah, aneurisma, atau kejadian sekunder karena trauma.
Stroke hemoragik dibagi menjadi dua tipe yaitu perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Perdarahan yang terjadi pada stroke hemoragik dapat
dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur saraf
di dalam tengkorak. Stroke hemoragik lebih jarang terjadi dibanding stroke
iskemik akan tetapi stroke hemoragik menyebabkan lebih banyak kematian.
Stroke menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian di dunia.
Angka mortalitas tahunan mencapai 5,5 juta. Stroke juga memiliki morbiditas
yang tinggi karena dapat mengakibatkan disabilitas kronis pada hingga 50%
penderita. Pasien stroke dapat mengalami penurunan kemandirian bermakna,
seperti kesulitan dalam melakukan aktivitas harian, mengalami hendaya kognitif,
juga lebih rentan mengalami gangguan mental. Pasien stroke juga lebih rentan
terhadap infeksi. Infeksi ini dapat terjadi akibat adanya imobilitas ataupun
gangguan imun. Jenis infeksi yang sering dialami pasien stroke antara lain
pneumonia dan infeksi saluran kemih. Kasus stroke termasuk dalam Standar
Kompetensi Dokter dengan grade 3B yang berarti dokter umum harus mampu
mendiagnosa klinik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
tambahan sederhana. Dokter umum harus mampu memutuskan dan memberikan
terapi pendahuluan serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, etiopatofisiologi, epidemiologi, gejala, diagnosa,
tatalaksana, komplikasi dan prognosis CVA Bleeding ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi, etiopatofisiologi, epidemiologi, gejala,
diagnosa, tatalaksana, komplikasi dan prognosis CVA Bleeding
1.4 Manfaat
Laporan kasus ini dibuat agar klinisi dapat menegakan diagnosis,
memberikan terapi kasus CVA Bleeding dengan mengetahui definisi, etiologi,
gejala yang ditimbulkan, alur penegakan diagnosa dan tatalaksana CVA
Bleeding.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
5. Riwayat Alergi :-
6. Riwayat Kebiasaan : Kopi (-) Rokok (-)
7. Riwayat Sosial Ekonomi : Menengah
14. Abdomen
I : dinding perut tampak datar
A : bising usus normal
P : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, pembesaran lien (-)
P : timpani seluruh lapang perut, nyeri ketok abdomen (-)
15. Sistem Collumna Vertebralis :
I : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
7
Openheim -/-
Gonda -/-
9
Gordon -/-
Schaefer -/-
Klonus -/-
Sensorik
Sensorik Superior Inferior
5. Gerakan-Gerakan Abnormal
Tremor :-
Athetose :-
Mioklonik :-
Khorea :-
6. Alat Vegetatif
Miksi : Inkontinensi (-), Retensi (-)
Defekasi : Inkontinesi (-), Retensi (-)
rujukan
Hematologi lengkap
Hematokrit 34,3 % 35 – 47
Index Eritrosit
MCV 80,6 Fl 70 – 96
MCH 28,1 Pg 26 – 34
MCHC 34,9 % 30 – 36
Neutrofil 82,6 % 40 – 70
Limfosit 8,3 % 22 – 40
Eosinofil 0,6 % 2– 4
Klinik
Fungsi Ginjal
2. Foto Thorax
12
3. CT Scan Kepala
13
2.6. Resume
Pasien datang ke RSUD dengan keluhan mengalami penurunan
kesadaran secara tiba – tiba sejak 3 hari yang lalu Ketika sedang di sawah.
Sebelum penurunan kesadaran pasien merasa pusing hebat dan muntah. Pasien
datang dengan GCS E2 V2 M4, dengan TD : 140/90 mmHg Nadi : 68 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36 oC. Pemeriksaan motorik didapatkan kesan
lateralisasi sinistra. Reflex fisiologis dan reflex patologis dalam batas normal.
Status psikis meliputi cara berpikir, perasaan hati, ingatan, dan kecerdasan
sulit dievaluasi karena pasien memiliki GC5 E2 V2 M4. Status psikis
mengenai tingkah laku mengalami penurunan. Hasil dari pemeriksaan darah
lengkap didapatkan hasil MPV menurun, hematokrit menurun, neutrofil
meningkat, eosinofil menurun, limfosit menurun dengan fungsi ginjal
memiliki nilai yang baik. Hasil CT Scan didapatkan gambaran ICH di parietal
14
● Non farmakologi :
Bed rest
Head up 30o
Pasang Nasogastric tube (NGT) dan DC (Dower Cateter)
● Farmakologi:
IVFD RL 14 tpm
Inj. Asam traneksamat 3 x 1 gr
Inj. Citicolin 2 x 250 mg
Inj. Paracetamiol 3 x 500 mg
Inj. Manitol 20% 4 x 125 cc
Inj. Nicardipin 2 mg/jam
Diet Entrasol 5 x 100 cc
2.9 SOAP
Hari
S O A P
Tanggal
Diagnosa
15
● RF (++)
● RP (-)
● Vegetatif
DC +
HR : 98x/mnt - Farmakologi:
● RF (+)
● RP (-)
● Vegetatif
DC +
● RF (+)
● RP (-)
● Vegetatif
DC +
2.10 PROGNOSIS
Skor ICH untuk memprediksi klinis kematian dalam 30 hari perawatan :
2 + 1 +1 + 0 + 0 = 4 (97 %
kematian dalam 30 hari)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap
peristiwa pembuluh darah. Defisit neurologis baik bersifat ringan maupun berat
tergantung pada letak kerusakan, seberapa luas area yang mengalami
ketidakadequatan perfusi, dan tergantung dari fungsi area yang rusak itu sendiri.
Defisit neurologis yang seringkali muncul adalah hemiparesis dan hemiplegia
pada sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi belahan yang rusak (kontra lesi),
afasia atau penurunan kemampuan berkomunikasi, disartia (hambatan dalam
pelafalan sehingga kesulitan untuk berbicara), disfagia (gangguan menelan),
apraksia (gangguan integritas motorik kompleks), perubahan penglihatan,
hemianopia homonimus (kehilangan sebagian lapang pandang), sindrom horner
(paralisis pada saraf simpatik area mata), agnosia (penurunan kemampuan indra
dalam mengenali benda), perubahan perilaku, dan inkontinensia yang diakibatkan
penurunan fungsi pada system pencernaan dan perkemihan (Black, 2014).
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian tertinggi
dalam skala Internasional. Setiap tahunnya, tercatat sekitar 13,7 juta kasus baru
stroke, dan kematian akibat stroke kurang lebih pada 5,5 juta jiwa di mana stroke
hemoragik menyumbang kematian sebanyak 51% dari seluruh total kematian
akibat stroke (World Stroke Organization, 2019). Kejadian stroke diidentifikasi
meningkat sebanyak dua kali lipat di negara-negara dengan pendapatan rendah
dan menengah dalam lebih dari empat dekade terakhir (Kemenkes, 2019).
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang
lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun predisposisi untuk stroke
termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell),
homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum ada perawatan
yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan
diet dan hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat
jika perlu. Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat
memperlambat proses aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark
miokard pada usia dewasa (Gilroy, 1992).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
● Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
1. Transient Ischaemic Attack (TIA) : defisit neurologis membaik dalam
waktu kurang dari 30 menit
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND) : defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke
4. Completed Stroke.
● Trombosis
● Embolisme
● Vasokonstriksi
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam
jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain,
amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan
sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price, 2005).
3.2 Faktor Risiko Terjadinya Stroke
Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas,
merokok, alkoholik, hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000).
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari
berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti
pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan;
(2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur
vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al, 2005).
23
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan
defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi
biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar 50%
sampai 75% pasien (Harsono, 2009).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Stroke Iskemik
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat
menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau
perdarahan aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia
jaringan otak di bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga
bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di
segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada
pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka
area sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika
tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik
sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu waktu,
artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP
dapat disertai oleh pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik
yaitu akumulasi air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema
24
● Infark lakunar:
Hemiparesis
Hilangnya sensasi hemisensorik
Disfasia
Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia
retina.
26
● Vertebrobasilar:
● Kesadaran koma/stupor : 2
27
Kesadaran somnolen :1
Kesadaran compos mentis: 0
● Muntah :1
Tidak muntah :0
● Nyeri kepala :1
Tidak ada :0
Intepretasi :
< -1 : infark serebri
>1 : perdarahan supratentorial
-1 s/d 1 : meragukan (indikasi CT Scan)
2. Skor Stroke: Algoritma Gajah Mada
Penurunan
Nyeri kepala Babinski Jenis Stroke
kesadaran
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
Bladder, Bowel )
napas
● Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan
toraks
● Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati,
1. Breathing
Harus diusahakan jalan pernafasan bebas dari obstruksi. Posisi yang baik
adalah penderita miring agar lidah tidak jatuh ke belakang, serta bila muntah
tidak terjadi aspirasi. Bila pernafasan berhenti, segera lakukan resusitasi.
2. Blood
Usahakan agar tekanan darah cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke
otak. Tekanan darah yang terlalu rendah berbahaya untuk susunan saraf pusat.
Komposisi kimiawi darah sebaiknya dipertahankan semaksimal mungkin,
karena perubahan-perubahan tersebut akan mengganggu perfusi dan
metabolism otak.
3. Brain
Usahakan untuk mengurangi edema otak yang timbul. Bila penderita
kejang, sebaiknya diberikan difenhidantoin 3x100 mg atau karbamazepin
3x200 mg per os atau nasogastric. Bila perlu difenilhidantoin diberikan
intravena dengan sangat perlahan.
4. Bladder
Harus diperhatikan fungsi ginjal, cairan, elektrolit, dan miksi. Kateter
harus digunakan sesedikit mungkin untuk menghindari infeksi. Pada laki-laki
bila inkontinensia dipasang kateter kondom, bila terjadi retensio, setelah di
pasang kateter secepatnya dilepas. Demikian juga pada wanita.
5. Bowel
Makanan penderita harus cukup mengandung kalori dan vitamin.
Kebutuhan kalori dipertahankan sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan
penderita. Pada usia lanjut seringkali terdapat kekurangan albumin, hal ini
perlu segera dikoreksi karena kekurangan albumin akan memperberat
terjadinya edema otak. Bila terdapat kesukaran menelan, pasang sonde
hidung. Perhatikan defekasinya, hindari terjadinya obstipasi.
Pada pengobatan khusus stroke hemoragik terutama pada ICH adalah
sebagai berikut :
1. Pasien dengan defisiensi berat faktor koagulasi atau trombositopenia berat
sebaiknya mendapat terapi penggantian faktor koagulasi atau trombosit
(AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).
30
INR dan diberikan dalam waktu yang sma dengan terapi yang lain
karena efek akan timbul 80 6 jam kemudian. Kecepatan pemberian
<1 mg/menit untuk meminimalkan resiko anafilaksis.
BAB IV
PEMBAHASAN
kesadaran sejak 3 hari yang lalu. Didapatkan juga suatu kumpulan gejala berupa
kelemahan anggota gerak kiri, yang sifatnya mendadak disertai nyeri
kepala,muntah dan penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak
didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan
motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik
akibat dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran
umum pada tumor otak (Greenberg, 2001).
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor
pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke
suatu lesi vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita
mengarah pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis
yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga
didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat
gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien berumur 68 tahun berjenis kelamin laki-laki dan memiliki riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah menahun mempengaruhi
autoregulasi aliran darah otak (ADO) dan aliran darah otak regional (ADOR).
Kemampuan intrinsik pembuluh darah otak agar ADO tetap walaupun ada
perubahan dari tekanan perfusi otak dinamakan autoregulasi ADO (Mansjoer,
2000). Hipertensi merupakan penyebab lazim dari stroke, 60% dari penderita
hipertensi yang tidak terobati dapat menimbulkan stroke. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila
pembuluh darah otak pecah maka akan timbul perdarahan otak, dan apabila
pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan
sel-sel otak akan mengalami kematian. Hipertensi meningkatkan risiko stroke 2-4
kali lipat tanpa tergantung pada faktor risiko lain (Price, 2005).
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak
dipakai adalah Siriraj Score yang pertama kali dikembangkan di Thailand.
34
Skor Hasanuddin
● Non farmakologi :
Bed rest
Head up 30o
Pasang Nasogastric tube (NGT) dan DC (Dower Cateter)
● Farmakologi:
IVFD RL 14 tpm
Inj. Asam traneksamat 3 x 1 gr
Inj. Citicolin 2 x 250 mg
Inj. Paracetamiol 3 x 500 mg
Inj. Manitol 20% 4 x 125 cc
Inj. Nicardipin 2 mg/jam
Diet Entrasol 5 x 100 cc
36
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
diduga mengalami Penurunan Kesadaran + Hipertensi + Cephalgia + Kesan
Lateralisasi Sinistra berdasarkan diagnosa klinis. Perdarahan Intra Serebral pada
parietal dextra dengan volume 61,4 cc diserta ischemia jaringan disekitarnya ,
kesan Perdarahan Sub Arachnoid parietal dextra dan sinistra,dan kesan Perdarahan
Intra Ventrikel ventrikel lateral dextra dan sinistra ,Berdasarkan diagnosa etiologi
dan berdasarkan diagnosa topis perdarahan terjadi pada daerah Intracerebral +
Intraventrikel + Subaracnoid.
5. 2 Saran
Perlu menyampaikan ke wali pasien mengenai penyakit yang dialami dan
cara penanganan jika terdapat gejala berulang.
37
DAFTAR PUSTAKA
Gilroy, John. 1992. Basic Neurology Second Edition. McGraw-Hill. Singapore.
Page: 175
Pusdatin Kemenkes RI. (2014). Pusdatin STROKE. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan.
Kemenkes, R. (2019). Infodantin Stroke Kemenkes Ri 2019. In Infodantin Stroke
Kemenkes RI 2019.
World Stroke Organization. (2019). Global Stroke Fact Sheet
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751- 8113/44/8/085201
Feigin, V. L., Krishnamurthi, R. V., Parmar, P., Norrving, B., Mensah, G. A.,
Bennett, D. A., Barker-Collo, S., Moran, A. E., Sacco, R. L., Truelsen, T.,
Davis, S., Pandian, J. D., Naghavi, M., Forouzanfar, M. H., Nguyen, G.,
Johnson, C. O., Vos, T., Meretoja, A.,Murray, C. J. L., & Roth, G. A.
(2015). Update on the global burden of ischemic and hemorrhagic stroke
in 1990-2013: The GBD 2013 study. Neuroepidemiology, 45(3), 161–176.
https://doi.org/10.1159/000441085
Misbach, J., 1998. Pandangan umum mengenai stroke dalam: rasyid A Soertidewi
L. hipertensi sebagai faktor risiko stroke.Tesis magister epidemiologi
klinik. Universitas Indonesia.
AHA (American Heart Association),2017.Hemorrhagic Stroke.United State.
Neurological Surgery