Anda di halaman 1dari 12

Referat

Farmakologi Tatalaksana Epilepsi


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Neurologi FK Unsyiah/RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal
2107501010014

Pembimbing:
Dr. dr. Nova Dian Lestari, Sp.S(K)

BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH
KUALA RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Farmakologi Tatalaksana Epilepsi". Referat ini disusun sebagai salah satu
tugas menjalani Kepanitraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Neurologi RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Selama penyelesaian referat ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,


dan arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada Dr. dr. Nova Dian Lestari, Sp.S(K) yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa
dalam menyelesaikan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini.


Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini. Harapan penulis semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi
kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya bagi kita semua.

Banda Aceh, 10 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 1
2.1 Definisi Epilepsi……………………………………….......................... 2
2.2 Jenis Obat Anti Epilepsi dan mekanisme kerjanya ……………………. 3

BAB III KESIMPULAN………………………………………………........ 5


DAFTAR PUSTAKA………………………………………………............. 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang cukup serius dan bersifat kronis.
Karakteristik yang mendasar pada epilepsi adalah kejadian berulang (recurrent) dan
kejang tanpa provokasi (unprovoked seizures). Epilepsi umumnya merupakan gangguan
ringan (benign) dengan prognosis klinis sangat baik, namun sekitar 20-30% penderita
akan menjadi intraktabel terhadap obat dan dihubungkan dengan risiko komorbid
terjadinya gangguan psikiatri dan rendahnya kualitas hidup. Epilepsi bukan hanya
sekedar penyakit tetapi juga merupakan label sosial. Beberapa penelitian mendukung
bahwa prognosis sosial penderita epilepsi kurang baik dibandingkan prognosis klinis
terutama bagi penderita dengan kejang yang “intractable”.
Epilepsi adalah gangguan kronis pada otak yang dapat menyerang orang diseluruh
dunia. Di Negara-negara maju, kejadian epilepsy tahunan diperkirakan sekitar 50 per
100.000 penduduk dan prevalensinya diperkirakan sekitar 700 per 100.000 penduduk. Di
Negara berkembang, jumlahnya diperikirakan lebih tinggi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Epilepsi


Epilepsi didefinisikan sebagai kejang berulang yang tidak terkait dengan
demam atau dengan serangan otak akut. Kata “epilepsi” berasal dari kata Yunani
“epilambanein” yang berarti “serangan” dan menunjukkan bahwa “sesuatu dari
luar badan seseorang menimpanya, sehingga ia jatuh”. Epilepsi tidak dianggap
sebagai suatu penyakit, akan tetapi sebabnya diduga sesuatu diluar badan si
penderita, biasanya dianggap sebagai kutukan roh jahat atau akibat kekuatan gaib
yang menimpa seseorang. Anggapan demikian masih bertahan hingga dewasa ini,
terutama di kalangan masyarakat yang belum terjangkau oleh ilmu kedokteran dan
pelayanan kesehatan.3
Epilepsi didefinisikan sebagai dua atau lebih serangan tak beralasan (tidak
memiliki penyebab akut dan paroksimal yang dapat diidentifikasi). Epilepsi
adalah setiap kelompok sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak
sementara yang bersifat paroksimal yang dapat bermanifestasi berupa gangguan
atau penurunan kesadaran episodik, fenomena motorik abnormal, gangguan psikis
atau sensorik, atau sistem saraf otonom; gejala-gejalanya disebabkan oleh
kelainan aktivitas otak.4 Definisi menurut ILAE (International League Against
Epilepsy) Epilepsi
adalah penyakit otak yang didefinisikan oleh salah satu kondisi berikut:5
1. Minimal terdapat dua bangkitan tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan sama
dengan (minimal 60%) bila terdapat dua bangkitan tanpa provokasi/ bangkitan
refleks.
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi
Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotor. Epilepsi dianggap terselesaikan bagi individu yang memiliki

2
sindrom epilepsi tergantung usia tetapi sekarang melewati usia yang berlaku atau
mereka

3
yang telah bebas kejang selama 10 tahun terakhir, dengan tidak ada menggunakan
obat kejang selama 5 tahun terakhir.

2.2 Jenis Obat Anti Epilepsi dan Mekanisme Kerjanya


Pemilihan OAE bersifat individual, berdasarkan atas jenis bangkitan, jenis
sindrom epilepsi, efek samping OAE yang mungkin terjadi, profil
farmakologis dan interaksi antara OAE
1. Carbamazepine
Dosis Awal : 400-600 mg/hari
Dosis rumatan 400-1600 mg/hari
Mekanisme kerja : Menghambat kanal natrium
Efek samping : Diplopia, mual, muntah, hiponatremia, gangguan kognitif,
gangguan metabolisme tulang
2. Phenytoin
Dosis awal : 200-300 mg/hari
Dosis Rumatan : 200-400 mg/hari
Mekanisme kerja : Inhibisi kanal natrium (voltage-dependent)
Efek samping : Nyeri kepala, Ataksia, Disfungsi kognitif, defisiensi vitamin K,
Hipokalasemia, depresi, defisiensi folat
3. Phenobarbital
Dosis awal : 200-300 mg/hari
Dosis rumatan : 200-400 mg/hari
Mekanisme kerja : Meningkatkan pembukaan kanal klorida
Efek samping : Sedasi, insomnia, hiperaktivitas, perubahan mood, gangguan
kognitif, penurunan libido, defisiensi folat, defisiensi vit. K dan vit. D,
osteomalasia
4. Valproic Acid
Dosis awal : 400-500 mg/hari
Dosis rumatan : 500-2500 mg/hari
Mekanisme kerja : mekanisme bervariasi (potensi inhibisi GABA-ergik dan
penurunan eksitasi glutamat)
Efek samping : Tremor, Sedasi, gejala ekstra piramidal, mual, muntah,
hiperamonemia, peningkatan berat badan, gangguan platelet dan koagulasi,
hepatotoksik, dan efek teratogenik
5. Leviteracetam
Dosis awal : 500 mg/hari
Dosis rumatan : 1000-3000 mg/hari
Mekanisme kerja : Ikatan pada protein vesikular sinaptik SV2A
4
Efek samping : Somnolens, astenia, gelisah, iritabel, gangguan perilaku dan
psikiatrik
6. Lamotrigine : 50-100 mg/hari
Dosis rumatan : 50-200 mg/hari
Mekanisme kerja : Inhibisi kanal natrium dan kalsium voltage-gated
Efek samping : mengantuk, diplopia, nyeri kepala, insomnia, mual, muntah,
astenia
7. Gabapentine
Dosis awal : 900-1800 mg/hari
Dosis rumatan : 900-3600 mg/hari
Mekanisme kerja : Modulasi neurotransmiter melalui ikatan dengan sub unit
protein α2δ
Efek samping : Somnolens, ataksia, fatigue diplopia, paraestesia, mual, muntah,
peningkatan berat badan, edema kaki non-pitting
8. Clonazepam
Dosis awal : 1 mg/hari
Dosis rumatan : 4 mg/hari
Mekanisme kerja : Potensiasi inhibisi GABA-A
Efek samping : Fatigue,sedasi, gangguan kognitif, astenia, gangguan mood dan
perilaku, hipotonia
9. Clobazam
Dosis awal : 10 mg/hari
Dosis rumatan : 20-40 mg/hari
Mekanisme kerja : Potensiasi inhibisi GABA-A
Efek samping : gangguan kognitif, inkoordinasi, astenia, gangguan mood dan
perilaku, dan peningkatan berat badan
10. Tiagabin
Dosis awal : 4-5 mg/hari
Dosis rumatan : 15-32 mg/hari (30-56 mg/hari untuk pasien dengan komedikasi
induktor enzim
Mekanisme kerja : Inhibisi reuptake GABA
Efek samping : Dizziness,astenia, gelisah, tremor, gangguan atensi/konsentrasi,
gangguan bahasa, peningkatan bangkitan (absans dan mioklonik), dan status
epileptikus konvulsif

5
BAB III
KESIMPULAN

1. OAE diberikan bila diagnosis sudah dipastikan dan pasien dan/atau keluarganya
setuju dan sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan, potensi efek
samping terapi, interaksi obat, kepatuhan, dan teratogenesitas.
2. Pada umumnya terapi OAE diberikan pada bangkitan tanpa provokasi yang
pertama
3. Terapi OAE diberikan berdasarkan atas jenis bangkitan, jenis dari sindrom
epilepsi, efek samping dari OAE yang mungkin terjadi, profil farmakologis, dan
interaksi Antara OAE.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia., 2011. Pedoman
Tatalaksana Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/367/2017 TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA
EPILEPSI PADA ANAK. 2017.

7
8
9

Anda mungkin juga menyukai