Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal
2107501010014
Pembimbing:
Dr. dr. Nova Dian Lestari, Sp.S(K)
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH
KUALA RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Farmakologi Tatalaksana Epilepsi". Referat ini disusun sebagai salah satu
tugas menjalani Kepanitraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Neurologi RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 1
2.1 Definisi Epilepsi……………………………………….......................... 2
2.2 Jenis Obat Anti Epilepsi dan mekanisme kerjanya ……………………. 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang cukup serius dan bersifat kronis.
Karakteristik yang mendasar pada epilepsi adalah kejadian berulang (recurrent) dan
kejang tanpa provokasi (unprovoked seizures). Epilepsi umumnya merupakan gangguan
ringan (benign) dengan prognosis klinis sangat baik, namun sekitar 20-30% penderita
akan menjadi intraktabel terhadap obat dan dihubungkan dengan risiko komorbid
terjadinya gangguan psikiatri dan rendahnya kualitas hidup. Epilepsi bukan hanya
sekedar penyakit tetapi juga merupakan label sosial. Beberapa penelitian mendukung
bahwa prognosis sosial penderita epilepsi kurang baik dibandingkan prognosis klinis
terutama bagi penderita dengan kejang yang “intractable”.
Epilepsi adalah gangguan kronis pada otak yang dapat menyerang orang diseluruh
dunia. Di Negara-negara maju, kejadian epilepsy tahunan diperkirakan sekitar 50 per
100.000 penduduk dan prevalensinya diperkirakan sekitar 700 per 100.000 penduduk. Di
Negara berkembang, jumlahnya diperikirakan lebih tinggi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
sindrom epilepsi tergantung usia tetapi sekarang melewati usia yang berlaku atau
mereka
3
yang telah bebas kejang selama 10 tahun terakhir, dengan tidak ada menggunakan
obat kejang selama 5 tahun terakhir.
5
BAB III
KESIMPULAN
1. OAE diberikan bila diagnosis sudah dipastikan dan pasien dan/atau keluarganya
setuju dan sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan, potensi efek
samping terapi, interaksi obat, kepatuhan, dan teratogenesitas.
2. Pada umumnya terapi OAE diberikan pada bangkitan tanpa provokasi yang
pertama
3. Terapi OAE diberikan berdasarkan atas jenis bangkitan, jenis dari sindrom
epilepsi, efek samping dari OAE yang mungkin terjadi, profil farmakologis, dan
interaksi Antara OAE.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia., 2011. Pedoman
Tatalaksana Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/367/2017 TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA
EPILEPSI PADA ANAK. 2017.
7
8
9