“ TEMPER TANTRUM ”
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi
secara tiba-tiba, tanpa terencana dan tidak terkontrol. Pada anak-
anak, hal ini bukan hanya cara untuk mencari perhatian dari orang
dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung
melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis
keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit,
mencubit, dan lain-lain. 1,2
Temper tantrum seringkali muncul pada anak usia 1-4
tahun. Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang
dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum
dapat mengendalikan emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik
emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau temper tantrum.
Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya
biasa dilakukan dengan tindakan yang berlebihan, misalnya
menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda yang berada
disekitarnya, berguling-guling, bahkan memukuli ibu atau orang
lain disekitarnya. 1,4
Tantrum masih merupakan suatu perilaku yang tergolong
normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu
periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Sebagai
periode dari perkembangan, tantrum pada anak pasti akan berakhir
sesuai perkembangan kognitif dan emosi serta pertambahan usia
anak. 3,4
2
B. FAKTOR PENYEBAB
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
temper tantrum pada anak, diantaranya adalah : 4,5
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu
Anak jika menginginkan sesuatu harus selalu
terpenuhi, apabila tidak berhasil terpenuhi keinginannya
tersebut maka anak sangat dimungkinkan untuk memakai cara
tantrum menekan orangtua agar mendapatkan apa yang ia
inginkan.
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri
Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saat
dirinya ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan
orangtua pun tidak dapat memahami maka hal ini dapat
memicu anak menjadi frustasi dan terungkap dalam bentuk
tantrum.
3. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk
menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan
selalu mendapat apa yang di inginkan, bisa mengalami tantrum
ketika suatu kali permintaannya ditolak oleh orangtuanya.
Bagi anak yang terlalu terkekang dan didominasi oleh
orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang
dominasi orangtua dengan perilaku tantrum. Orangtua yang
mengasuh anak secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan
anak mengalami tantrum.
3
Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada
bagaimana cara orangtua dapat memberikan contoh atau
teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak
akan selalu meniru setiap tingkah laku orangtua. Jika anak
melihat orangtua meluapkan kemarahan atau meneriakkan rasa
frustasi karena hal kecil, maka anak akan kesulitan untuk
mengendalikan diri. Seorang anak perlu melihat bahwa orang
dewasa dapat mengatasi frustasi dan kekecewaan tanpa harus
lepas kendali, dengan demikian anak dapat belajar untuk
mengendalikan diri.
4. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit
Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak
menjadi rewel. Anak yang tidak pandai mengungkapkan apa
yang dirasakan maka kecenderungan yang timbul adalah
rewel, menangis serta bertindak agresif.
5. Anak sedang stress dan merasa tidak aman
Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress
apalagi bila tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri
ditambah lagi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
menjadi pemicu anak menjadi temper tantrum.
C. MANIFESTASI KLINIS
4
Anak dengan usia di bawah 3 tahun memiliki bentuk
tantrumnya yaitu menangis, menggigit, memukul, menendang,
menjerit, memekik-mekik, melengkungkan punggung,
melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan,
menahan napas, membentur-benturkan kepala dan melempar-
lempar barang.
b. Usia 3-4 tahun
Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan
4 tahun bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di
bawah 3 tahun ditambah dengan menghentak-hentakkan kaki,
berteriak-teriak, meninju, membanting pintu, mengkritik dan
merengek.
c. Usia 5 tahun ke atas
Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin
meluas yang meliputi perilaku pertama dan kedua ditambah
dengan memaki, menyumpah, memukul, mengkritik diri
sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan mengancam.
D. PENATALAKSANAAN
5
mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang
dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun
demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji
ataupun diberikan dukungan atau disemangati. 5
6
benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang
membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika
selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun
orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut
dan jauhkan diri anda dari si anak.
b) Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya
sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai
memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.
c) Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore).
Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-
bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat
moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak
tidak akan menanggapi/mendengarkan. Anak akan semakin
lama durasi tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang
terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat
berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya
dengan bujuk rayu atau paksaan. 5
d) Jika perilaku tantrum dari menit ke menit bertambah buruk
dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul
anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak
bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri
rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal
anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama
melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau
complaint. Yang penting di sini adalah memastikan bahwa
7
anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan
tidak menolak dia. 5
8
agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin
mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah
tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang
dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan
nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika
tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan
anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar
merupakan saat yang ideal. 5
E. PENCEGAHAN
9
jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar
mobil. 3,4
10
agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada
anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat
bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun. 5
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13