Anda di halaman 1dari 14

REFERAT DESEMBER 2015

“ TEMPER TANTRUM ”

NAMA : Uyun Nusyur Sudarman

STAMBUK : N 111 15 008

PEMBIMBING : dr. Effendy Salim, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2015
BAB I
PENDAHULUAN

Temper tantrum adalah suatu ledakan emosi yang


diperlihatkan secara sangat dramatis dengan agitasi motorik yang
hebat seperti menjerit-jerit sambil berguling di lantai atau tembok,
memukuli diri sendiri atau orang lain, menangis, memaki dan
sebagainya. 1

Temper tantrum biasanya terjadi pada masa kanak-kanak


dengan frekuensi tertinggi pada masa balita kemudian menurun
seiring bertambahnya usia. Temper tantrum dapat merupakan ekspresi
frustasi yang berkepanjangan yang dialami anak. Untuk membuat
diagnosa dari kasus tersebut, dokter dituntut untuk melakukan
anamnesis yang lebih teliti. 1,2

Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun.


Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan
orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan seperti ini.
Pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun
merupakan hal yang wajar yang terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan
anak-anak usia 1-4 tahun mengalami hal ini. 3

Pada normalnya, tantrum pada anak-anak hanya terjadi sekitar


30 detik sampai 2 menit saja. Namun jika kemarahan berlanjut sampai
pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini
bisa menjadi hal yang sangat serius yang perlu untuk diperhatikan
bagi orangtua. 4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi
secara tiba-tiba, tanpa terencana dan tidak terkontrol. Pada anak-
anak, hal ini bukan hanya cara untuk mencari perhatian dari orang
dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung
melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis
keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit,
mencubit, dan lain-lain. 1,2
Temper tantrum seringkali muncul pada anak usia 1-4
tahun. Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang
dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum
dapat mengendalikan emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik
emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau temper tantrum.
Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya
biasa dilakukan dengan tindakan yang berlebihan, misalnya
menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda yang berada
disekitarnya, berguling-guling, bahkan memukuli ibu atau orang
lain disekitarnya. 1,4
Tantrum masih merupakan suatu perilaku yang tergolong
normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu
periode dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Sebagai
periode dari perkembangan, tantrum pada anak pasti akan berakhir
sesuai perkembangan kognitif dan emosi serta pertambahan usia
anak. 3,4

2
B. FAKTOR PENYEBAB
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
temper tantrum pada anak, diantaranya adalah : 4,5
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu
Anak jika menginginkan sesuatu harus selalu
terpenuhi, apabila tidak berhasil terpenuhi keinginannya
tersebut maka anak sangat dimungkinkan untuk memakai cara
tantrum menekan orangtua agar mendapatkan apa yang ia
inginkan.
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri
Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa, pada saat
dirinya ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan
orangtua pun tidak dapat memahami maka hal ini dapat
memicu anak menjadi frustasi dan terungkap dalam bentuk
tantrum.
3. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk
menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan
selalu mendapat apa yang di inginkan, bisa mengalami tantrum
ketika suatu kali permintaannya ditolak oleh orangtuanya.
Bagi anak yang terlalu terkekang dan didominasi oleh
orantuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang
dominasi orangtua dengan perilaku tantrum. Orangtua yang
mengasuh anak secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan
anak mengalami tantrum.

3
Pola asuh orangtua dalam hal ini sebenarnya lebih pada
bagaimana cara orangtua dapat memberikan contoh atau
teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak
akan selalu meniru setiap tingkah laku orangtua. Jika anak
melihat orangtua meluapkan kemarahan atau meneriakkan rasa
frustasi karena hal kecil, maka anak akan kesulitan untuk
mengendalikan diri. Seorang anak perlu melihat bahwa orang
dewasa dapat mengatasi frustasi dan kekecewaan tanpa harus
lepas kendali, dengan demikian anak dapat belajar untuk
mengendalikan diri.
4. Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit
Kondisi sakit, lelah serta lapar dapat menyebabkan anak
menjadi rewel. Anak yang tidak pandai mengungkapkan apa
yang dirasakan maka kecenderungan yang timbul adalah
rewel, menangis serta bertindak agresif.
5. Anak sedang stress dan merasa tidak aman
Anak yang merasa terancam, tidak nyaman dan stress
apalagi bila tidak dapat memecahkan permasalahannya sendiri
ditambah lagi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
menjadi pemicu anak menjadi temper tantrum.

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi tantrum berdasarkan kelompok usia.


Berdasarkan kelompok usia tantrum dibedakan menjadi : 2
a. Dibawah 3 tahun

4
Anak dengan usia di bawah 3 tahun memiliki bentuk
tantrumnya yaitu menangis, menggigit, memukul, menendang,
menjerit, memekik-mekik, melengkungkan punggung,
melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan,
menahan napas, membentur-benturkan kepala dan melempar-
lempar barang.
b. Usia 3-4 tahun
Anak dengan rentang usia antara 3 tahun sampai dengan
4 tahun bentuk tantrumnya meliputi perilaku pada anak usia di
bawah 3 tahun ditambah dengan menghentak-hentakkan kaki,
berteriak-teriak, meninju, membanting pintu, mengkritik dan
merengek.
c. Usia 5 tahun ke atas
Bentuk tantrum pada anak usia 5 tahun ke atas semakin
meluas yang meliputi perilaku pertama dan kedua ditambah
dengan memaki, menyumpah, memukul, mengkritik diri
sendiri, memecahkan barang dengan sengaja dan mengancam.

D. PENATALAKSANAAN

Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal


yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode
dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai
bagian dari proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir.
Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah
bahwa dengan tantrum anak ingin menunjukkan independensinya,
mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya,

5
mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang
dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun
demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji
ataupun diberikan dukungan atau disemangati. 5

Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan


memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia
tantrum) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan
paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan
memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif.
Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga
menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak
tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang
normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dan lain-lain) secara wajar
dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak
menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan
emosi tersebut. 5

1. Ketika Tantrum Terjadi

Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka


beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua
adalah: 5

a) Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka


umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya
melampiaskan emosi. Selama tantrum (di rumah maupun di
luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-

6
benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang
membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika
selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun
orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut
dan jauhkan diri anda dari si anak.
b) Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya
sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai
memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.
c) Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore).
Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-
bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat
moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak
tidak akan menanggapi/mendengarkan. Anak akan semakin
lama durasi tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang
terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat
berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya
dengan bujuk rayu atau paksaan. 5
d) Jika perilaku tantrum dari menit ke menit bertambah buruk
dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul
anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak
bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri
rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal
anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama
melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau
complaint. Yang penting di sini adalah memastikan bahwa

7
anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan
tidak menolak dia. 5

2. Ketika Tantrum Telah Selesai

Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya


ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti
dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran.
Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak
boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi
karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan
apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten
dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi
orangtuanya. 5

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman kepada anak. Ajak


anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan
kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua
tetap mengasihinya. 5

Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi


mengapa sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak
yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon
perbuatan/keinginan anak, atau karena anak merasa lelah,
frustrasi, lapar, atau sakit. Berpikir ulang ini perlu, agar
orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya. 5

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir


untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru

8
agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin
mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah
tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang
dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan
nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika
tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan
anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar
merupakan saat yang ideal. 5

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua


memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu
tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua.
Namun harus diakui bahwa orang tualah yang punya peranan
untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan
mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak terus-
menerus meletup. 5

E. PENCEGAHAN

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum


adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan
mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul
tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa
anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres
jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup
panjang. Maka supaya ia tidak tantrum, orangtua perlu mengatur
agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di

9
jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar
mobil. 3,4

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas


sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi
anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan
membuatkan tugas-tugasnya) dan mengajarkan hal-hal yang
dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena
beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas
pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan,
sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia
mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan
memberikan petunjuk. 4

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan


melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah
anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu
melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah
kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah
orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan
perbuatan? Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu
melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan
aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran
jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti.
Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga
sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya
jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak,

10
agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada
anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat
bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun. 5

11
BAB III
KESIMPULAN

Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara


tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk
mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum,
anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya.
Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul,
menggigit, mencubit, dan lain-lain.

Pada umumnya temper tantrum dapat dikategorikan menjadi


tiga jenis yaitu usia dibawah 3 tahun yang sering diekspresikan
dengan menangis, memukul, menjerit, menendang bahkan dalam
kasus yang parah adalah membentur bentur kepalanya ke tembok.
kedua pada usia tiga sampai empat tahun dengan ekspresi kemarahan
yang diungkapkan dengan membanting, merengek, mengkritik bahkan
sampai menghentak-hentakan kaki. Terakhir adalah pada usia 5 tahun
ke atas dengan mengkritik diri sendiri, memukul bahkan yang lebih
parah merusak benda benda yang ada disekitarnya.

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah


dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara
pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak.

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat


bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya karena pola asuh orang
tua sangat mempengaruhi tingkah laku dari anak tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun


Pertama, Bandung : PT. Refika Aditama, 2007
2. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan, Jakarta :
PT.Grasindo, 2006
3. Hasan, Maimun. Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Diva
Press, 2009
4. Lichtenstein, R dan Ireton, H. Preeschool Screening:Identifying
Young Children With Developmental and Educational Problem,
Orlando : Groune and Statton,Harcout Brace Javanovich 2000
5. American Academy of Pediatrics. Temper tantrums : A normal
part of Growing Up. Dedicated to the health of all children.
2000.

13

Anda mungkin juga menyukai