FRICTIONAL HYPERKERATOSIS
OLEH:
Salwa Dwini Kariza, S.KG
1913101020028
DOSEN PEMBIMBING:
drg. Sri Rezeki, Sp.PM
Dr. drg. Liza Meutia Sari, Sp.PM
drg. Rachmi Fanani Hakim, M.Si
drg. Yuli Fatzia Ossa, Sp. PM
drg. Nurul Husna
drg. Sarinah Rambe
drg. Amanda Sawitri
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Requirement Kepaniteraan Klinik Bagian Penyakit Mulut
pada Pendidikan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. drg. Sri Rezeki, Sp.PM selaku dosen pembimbing dan instruktur klinik;
2. Dr. drg. Liza Meutia Sari, Sp.PM selaku dosen pembimbing dan
instruktur klinik;
3. drg. Rachmi Fanani Hakim, M.Si selaku instruktur klinik sekaligus
kepala bagian Penyakit Mulut;
4. drg. Yuli Fatzia Ossa, Sp. PM selaku instruktur klinik bagian Penyakit
Mulut;
5. drg. Nurul Husna selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;
6. drg. Sarinah Rambe selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;
7. drg. Amanda Sawitri selaku instruktur klinik bagian Penyakit Mulut;
Kepada ketujuh instruktur tersebut telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir
kata penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penyusun
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 LAPORAN KASUS............................................................................ 1
1.1 Status Pasien.................................................................................. 1
1.2 Anamnesis...................................................................................... 1
1.3 Riwayat Penyakit Sistemik............................................................ 1
1.4 Kebiasaan Buruk............................................................................ 2
1.5 Pemeriksaan Ekstra Oral................................................................ 2
1.6 Pemeriksaan Intra Oral.................................................................. 2
1.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................. 4
1.8 Masalah Klinis............................................................................... 4
1.9 Diagnosis dan Diagnosis Banding................................................. 4
1.10 Rencana Perawatan dan Perawatan............................................... 4
1.11 Status Kontrol (Kunjungan II)...................................................... 5
BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20
1.2. Anamnesis
Pasien menghubungi operator dengan keluhan adanya bercak putih pada
pipi bagian dalam kiri dan kanan. Pasien menyadari adanya bercak putih tersebut
karena gesekan gigi belakang, pasien tidak tahu pasti kapan tepatnya bercak
tersebut muncul. Pasien mengaku bercak terdapat pada pipi dekat dengan gigi
geraham belakang tidak terasa sakit namun hanya merasa kurang nyaman. Bercak
berbentuk garis yang tidak teratur. Pasien mengaku bercak putih tersebut tidak
mengganggu pengunyahan, menelan ataupun berbicara. Pasien mengaku bercak
putih tersebut menetap.Pasien mengaku bercak putih tersebut tidak pernah diobati
sebelumnya. Pasien mengaku keluarga memiliki keluhan yang sama yaitu
adeknya, pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan, dan juga tidak terdapat
bercak yang sama pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak merokok/
mengonsumsi alcohol. Pasien mengaku tidak sering merasa lemas dan kelelahan.
Pasien sering mengonsumsi sayu-sayuran. Bercak tersebut tidak muncul dari
kecil. Pasien mengaku tidak memiliki penyakit sistemik dan pasien tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Perawatan yang pernah dilakukan yaitu
pembersihan karang gigi dan pemasangan kawat gigi. Pasien menyikat gigi 2 kali
sehari menggunakan pasta gigi berfluoride, pasien tidak menggunakan obat
kumur. pasien pernah melalukan perawatan ke dokter gigi pasien melakukan
pencabutan gigi 2 tahun yang lalu dan penambalan gigi pada 5 tahun yang lalu.
Pasien merupakan anak laki-laki pertama dari 3 bersaudara, pasien masih dalam
tanggungan orang tua yang orang tuanya. Pasien mengaku tidak memiliki
kebiasaan seperti merokok, menyirih, menggigit pipi/bibir. Pasien mengaku
tempat tinggal dekat dengan akses pelayanan kesehatan.
Gambar 1. Lesi plak berwarna putih tidak dapat diseka, berbentuk irregular, berjumlah 2
pada mukosa bukal kanan berukuran 6x2 mm (Gambar kanan) dan 5x2 mm pada mukosa
bukal kiri serta berbatas jelas (Gambar kiri)
b) Masalah Klinis
1. Mukosa bukal : Lesi plak berwarna putih, berbentuk irregular,
berjumlah 2 pada mukosa bukal kiri berukuran 4x2 mm dan 6x2
mm pada mukosa bukal kanan serta berbatas jelas
2. Gingiva RA/RB : udem, hiperemi, kalkulus supragingiva
3. Gigi 46 : karies D6
4. Gigi 37 : karies D4
5. Gigi 47 : karies D3
6. Gigi 38 dan 48 : karies D2
7. Gigi 83 : persistensi
8. Gigi 44 : hilang
9. Gigi 21,33,45,43 : malposisi
c) Diagnosis
1. Mukosa bukal kiri kanan :
Diagnosis : frictional hyperkeratosis
Diagnosis banding : lichen planus, leukoplakia, white sponge
nevus
2. Gingiva RA/RB : gingivitis kronis generalisata
3. Gigi 46 : nekrosis pulpa
4. Gigi 37 : karies dentin
5. Gigi 38, 47, dan 48: karies email
6. Gigi 83 : persistensi
7. Gigi 44 : hilang
8. Gigi 21,33,45,43 : malposisi
Gambar 2.1. Lesi frictional hyperkeratosis pada pasien yang menghisap pipi1
2.1.5. Perawatan
Aspek penting dalam manajemen frictional hyperkeratosis adalah
pemberian informasi kepada pasien karena lesi ini merupakan lesi jinak yang tidak
membutuhkan perawatan. Lesi frictional hyperkeratosis ini membutuhkan
observasi berkala. Eliminasi sumber iritasi dapat dilakukan dan reevaluasi lesi
pada 1 hingga 2 minggu.1
b. Gambaran Klinis
Lesi linea alba terlihat sebagai garis putih horizontal sepanjang bidang
oklusal pada mukosa bukal yang biasanya bilateral dengan lebar yang bervariasi
dan dapat terlihat scalloped (bergerigi) yang menyerupai konfigurasi gigi pada
area tersebut. Linea alba terlihat lebih jelas di sekitar gigi posterior.1
c. Gambaran Histopatologis
Biopsi jarang dilakukan, namun akan terlihat hyperorthokeratosis yang
melapisi mukosa oral yang normal apabila dilakukan biopsi. Terkadang terdapat
edema interseluler pada epitelium dan pada jaringan ikat yang melapisinya
terdapat inflamasi kronis ringan.1
d. Perawatan
Perawatan tidak dibutuhkan untuk kasus linea alba dan regresi spontan
dapat terjadi. Sebaliknya, dapat dilakukan identifikasi dan eliminasi faktor
penyebabnya.1
2.2.2. Leukoplakia
a. Definisi
Leukoplakia adalah istilah klinis yang pengindikasi patch atau plak putih
dari mukosa oral yang tidak dapat diseka dan tidak bisa dikarakteristikkan secara
klinis sebagai penyakit lainnya. Leukoplakia merupakan lesi prekanker yang
frekuensi transformasinya menjadi ganas besar.3
b. Etiologi
Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi dikaitkan dengan penggunaan
tembakau, penyalahgunaan alcohol, trauma, infeksi Candida albicans, nutrisi,
anemia defisiensi zat besi, dan Human Papiloma Virus (HPV).3
c. Gambaran Klinis
Tiga gambaran klinis yang dikenali, yaitu homogeneous (sering terjadi),
bintik-bintik (tidak terlalu sering), dan verrucous (jarang). Lesi verrucous dan
bintik-bintik memiliki resiko malignant menjadi homogeneous. Biasa terjadi pada
orang dengan usia lebih dari 40 tahun.3
Sering terjadi pada lidah, mukosa bukal, dasar mulut, gingiva, bibir bawah,
palatum, ridge maksila, dan retromolar jarang terjadi. Lesi putih samar pada dasar
yang terinflamasi. Penampilan jaringan normal hingga putih definitif. Lesi kasar
atau keras, bercelah atau pecah-pecah, dan lesi verrucous (seperti kutil).1,2,3
d. Gambaran Histopatologi
Pemeriksaan mikroskop, leukoplakia dikarakteristikkan sebagai lapisan
keratin tebal dari permukaan epitel (hyperkeratosis), dengan atau tanpa lapisan
spinosus yang menebal (acanthosis). Beberapa kasus leukoplakia menunjukkan
permukaan hyperkeratosis dengan menampilkan atrofi atau penipisan dari epitel
yang mendasarinya. Lapisan keratin dapat terdiri dari parakeratin
(hyperparakeratosis), orthokeratin (hyperorthokeratin), atau kombinasi keduanya.
Dengan parakeratin, tidak ada lapisan sel granular. Dengan orthokeratin, epitel
menunjukkan lapisan sel granular dan nuclei hilang di dalam lapisan keratin.3,8
e. Perawatan
Biopsi diindikasikan untuk mendiagnosis histopatologinya. Hilangkan
etiologi yang dapat menyebabkan leukoplakia. Pembuangan lesi sempurna dengan
eksisi bedah, electrocautery, cryosurgery, atau ablasi laser. Terapi retinoid telah
mengurangi atau mengeliminasi beberapa lesi leukoplakia.1
b. Etiologi
c. Gambaran Klinis
Lichen planus adalah penyakit yang lebih sering terkena pada wanita dan
jarang terkena pada anak-anak. Tingkat keparahan penyakit sering paralel dengan
tingkat stress pasien, walapun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hanya
stress yang menyebabkan kondisi ini tetapi dapat menjadi faktor pengubah dalam
beberapa kasus.1
Bentuk reticular merupakan jenis yang paling umum dalam rongga mulut
yang ditandai dengan banyak garis keratotik putih yang saling bertautan atau
disebut wickham striae yang menghasilkan pola berbentuk lingkaran atau berenda.
Area yang paling sering terlibat adalah mukosa bukal. Striae ini terjadi secara
khas dalam pola simetris pada mukosa bukal secara bilateral, kadang juga terdapat
pada lidah dan lebih jarang pada gingiva dan bibir.1
Gambar 2.6. Oral lichen planus dengan bentuk retikular pada mukosa bukal
Gambar 2.7. Oral lichen planus dengan bentuk plak pada dorsum lidah
Bentuk eritematosa atau atrofi lichen planus muncul sebagai bercak merah
dengan striae putih yang sangat halus. Dapat juga muncul bersamaan dengan jenis
reticular atau erosif. Area keratinisasi dengan area atrofi bervariasi. Pasien
biasanya mengeluh adanya sensasi terbakar, sensitivitas, dan ketidaknyamanan.
Bentuk erosi lichen planus biasanya ada area pusat lesi mengalami ulserasi. Plak
atau pseudomembran fibrinous menutupi ulser. Pemeriksaan yang teliti biasanya
menunjukkan perifer striae keratotik di lokasi erosi bersama dengan eritema.1
Gambar 2.8. Oral lichen planus dengan bentuk erosif pada labial dan mukosa bukal
e. Perawatan
Oral lichen planus umumnya tidak dapat disembuhkan, namun ada
beberapa obat yang dapat memberikan kontrol yang memuaskan. Kelompok obat
yang paling berguna dalam pengelolaan lichen planus adalah kortikosteroid
karena kemampuannya memodulasi peradangan dan respons imun. Aplikasi
topikal dan injeksi steroid lokal telah berhasil digunakan dalam mengendalikan,
tetapi tidak menyembuhkan penyakit ini. Dalam keadaan di mana gejalanya parah,
steroid sistemik dapat digunakan untuk manajemen awal.
Penambahan terapi antifungal ke rejimen kortikosteroid biasanya
meningkatkan hasil klinis. Ini kemungkinan merupakan hasil dari eliminasi
pertumbuhan C. albicans sekunder pada jaringan yang terlibat lichen planus.
Antijamur juga mencegah pertumbuhan berlebih C. albicans yang mungkin terkait
dengan penggunaan kortikosteroid topikal. Aplikasi inhibitor kalsineurin topikal
seperti tacrolimus dan pimecrolimus dapat digunakan dalam kasus-kasus yang
resisten terhadap steroid, walaupun responsnya cenderung kurang dibandingkan
dengan steroid topikal.1 Karena efek antikeratinizing dan imunomodulasi mereka,
analog vitamin A sistemik dan topikal (retinoid) telah digunakan dalam
pengelolaan lichen planus. Kombinasi steroid sistemik, steroid topikal, inhibitor
kalsineurin, dan retinoid dapat digunakan dengan beberapa keberhasilan.1
BAB 3
PEMBAHASAN
OS laki laki usia 23 tahun dengan keluhan adanya bercak putih pada pipi
bagian dalam kiri dan kanan. Pasien menyadari adanya bercak putih tersebut karena
gesekan gigi belakang, pasien tidak tahu pasti kapan tepatnya bercak tersebut
muncul. Pasien mengaku bercak terdapat pada pipi dekat dengan gigi geraham
belakang tidak terasa sakit namun hanya merasa kurang nyaman. Bercak
berbentuk garis yang tidak teratur. Pasien mengaku bercak putih tersebut tidak
mengganggu pengunyahan, menelan ataupun berbicara. Pasien mengaku bercak
putih tersebut menetap.Pasien mengaku bercak putih tersebut tidak pernah diobati
sebelumnya. Pasien mengaku keluarga memiliki keluhan yang sama yaitu
adeknya, pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan, dan juga tidak terdapat
bercak yang sama pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak merokok/
mengonsumsi alcohol. Pasien mengaku tidak sering merasa lemas dan kelelahan.
Pasien sering mengonsumsi sayu-sayuran. Bercak tersebut tidak muncul dari
kecil. Pasien mengaku tidak memiliki penyakit sistemik dan pasien tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Perawatan yang pernah dilakukan yaitu
pembersihan karang gigi dan pemasangan kawat gigi. Pasien menyikat gigi 2 kali
sehari menggunakan pasta gigi berfluoride, pasien tidak menggunakan obat
kumur. pasien pernah melalukan perawatan ke dokter gigi pasien melakukan
pencabutan gigi 2 tahun yang lalu dan penambalan gigi pada 5 tahun yang lalu.
Pasien merupakan anak laki-laki pertama dari 3 bersaudara, pasien masih dalam
tanggungan orang tua yang orang tuanya. Pasien mengaku tidak memiliki
kebiasaan seperti merokok, menyirih, menggigit pipi/bibir. Pasien mengaku
tempat tinggal dekat dengan akses pelayanan kesehatan.
Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan intra oral ditemukan adanya lesi plak putih di mukosa bukal kanan
dan kiri, berwarna putih, berbatas jelas, berbentuk ireguler, berjumlah 2,
berukuran 4x2 mm dan 6x2mm. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis,
pasien didiagnosis Frictional Hyperkeratosis. Frictional Hyperkeratosis
merupakan lesi yang terjadi karena adanya gesekan atau gesekan kronis terhadap
permukaan mukosa mulut.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Pasien berinisial DJG usia 23 tahun berjenis kelamin laki-laki didiagnosis
Frictional hyperkeratosis. Perawatan yang diberikan kepada pasien berupa
pencabutan gigi geraham belakang sebelah kanan dan kirinya. Pasien datang
untuk kontrol 1 minggu kemudian namun lesi belum hilang dikarenakan masa
pandemic jadi untuk melakukan perawatan pencabutan gigi ditunda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Regezi, JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology: clinical pathologic
correlation. 6th ed. p.82-3, 91-5.
2. Greenberg, Martin S, Michael Glick, Jonathan AS. Burket’s Oral Medicine.
11th ed. Hamilton: BC Decker Inch. 2008. p.102.
3. Neville, BW, Douglas DD, Carl MA, Jerry EB. Oral Maxillofacial
Pathology. 3rd ed. USA: Saunders Elsevier. 2008.p.286-87, 388-96, 401-2.
4. Coleman, GC, Nelson JF. Ptinciples of Oral Diagnosis. 1st ed. Missori:
Mosby. 1993. p.64,280, 298-99.
5. Scully, Crispian. Oral & Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and
Treatment. 3rd ed. London: Churchill Livingstone Elsevier. 2013. p.189, 201,
286.
6. Cawson, RA, Odell EW. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 8th ed. London: Churchill Livingstone Elsevier. 2008. p.252.
7. Gandolfo, S, Crispian S, Marco C. Oral Medicine. Philadelpia: Elsevier.
2006. p.97.
8. Bruch, JM, Treister, NS. Clinical Oral Medicine and Pathology. London:
Humana Press. 2010. p.43, 121.