Disusun oleh:
Flora Ratu Putribunda, S. Ked
030.12.110
Pembimbing:
dr. Zufrial Arief, Sp.OG
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ujian yang berjudul “G1P0A0, 22
Tahun, Hamil 39 Minggu J2HIU Preskep Inpartu Dengan Gemeli” pada kepaniteraan klinik
Ilmu Obstetri dan Penyakit Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo
Kabupaten Tegal.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr. Zufrial
Arief, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya sehingga
laporan kasus ujian ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap laporan kasus ujian ini dapat menambah pengetahuan dan memahami lebih
lanjut mengenai “G1P0A0, 22 Tahun, Hamil 39 Minggu J2HIU Preskep Inpartu Dengan
Gemeli” serta salah satunya untuk memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik
Ilmu Obstetri dan Penyakit Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo
Kabupaten Tegal.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ujian ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan. Demikian yang penulis dapat
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
Selama 25 tahu terakhir, didorong terutama oleh terapi infertilitas, frekuensi dan jumlah
kelahiran kembar dua atau lebih di Amerika Serikat meningkat pesat. Antara ahun 1920
samoai 2005, angka bayi kembar meningkat dari 18,9 menjadi 32,1 tisp 1000 kelahiran
hidup.
Peningkatan luar biasa dalam kelahiran miltijanin ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Frekuensi pelahiran kurang bulan yang lebih tinggi pada neonatus ini
mengurangi kesintasan mereka dan meningkatkan risiko mereka mengalami kecacatan
seumur hidup. Lebih dari seperempat neonatus dengan berat lahir sangan rendah dibawah
1500g yang lahir di Amerika Serikat adalah hasil gestasi multijanin.
Gestasi multijanin beresiko mengalami malformasi janin dan dapat terjadi twin-twin
transfusion. Komplikasi ibu juga meningkat, dibandingkan dengan janin tunggal , risiko
terjadinya preeklampsia, perdarahan pasca partum, dan kematian ibu meningkat dua kali lipat
atau lebih.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang PONEK pada tanggal 17 September
2018 pukul 11.00 WIB.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Ruang PONEK RSUD Dr. Soeselo tanggal 17 September 2018
pukul 11.00 kiriman dari Puskesmas bojong dengan keluhan perut kecang-kencang
6
B. Keluhan Tambahan
-
7
F. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 7 hari dan teratur. Jumlah darah
selama menstruasi sekitar 60 cc dan pasien mengganti pembalut 2x sehari,
disminorhea disangkal. Hari pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal 21
Desember 2018.
G. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali pada usia 22 tahun. Dimana ini merupakan pernikahan
pertama, dengan usia pernikahan 2 tahun.
H. Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama pasien.
I. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi.
J. Riwayat ANC
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 10 kali di bidan 6
kali dan 4 kali di puskesmas. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1
kali.
K. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan, biskuit, dan
makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu, serta
tidak merokok.
8
M. Riwayat Dirawat dan di Operasi
Pasien tidak pernah dirawat maupun operasi di Rumah Sakit
STATUS GENERALIS
Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
Kepala : Normochepali, rambut hitam dengan distribusi merata
Mata : CA -/-, SI -/-, pupil bulat isokor, gerakan normal,
refleks cahaya (+/+)
Telinga : normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tarik helix (-),
nyeri tekan tragus (-)
Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), edema
mukosa (-), napas cuping hidung (-)
Mulut
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
9
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : bentuk normal, simetris, hiperemis (-), deviasi (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring : hiperemis (-)
- Tonsil : T1-T1 tenang
Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid
(-), JVP 5+2cm
Thoraks
- Inspeksi : Bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (+), tipe pernapasan
thorako-abdominal, ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Vocal fremitus dx = sin, ictus cordis ±1 cm di ICS VI linea
midclavicularis sin
- Perkusi : Paru sonor (+/+), batas jantung kanan: ICS IV linea parasternal
dextra, batas jantung kiri: ICS VI ± 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, batas atas jantung: ICS II linea parasternalis sinistra, pinggang
jantung: ICS III ± 1 cm lateral linea parasternal sinistra
- Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-), S1S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : dinding perut tegang, bekas luka operasi (-), striae gravidarum (+)
- Auskultasi : bising usus 5x/menit
- Palpasi : supel, pembesaran organ (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas atas : Akral hangat -/-, CRT <2”, deformitas (-), edema -/-
Ekstremitas bawah : Akral hangat -/-, CRT <2”, deformitas (-), edema +/+
10
STATUS OBSTETRI
Inspeksi : Luka Bekas Operasi (-)
Palpasi : TFU 34 cm, presentasi kepala bokong, DJJ : 140 dpm dan 132 dpm,
HIS ireguler
Leopold I : bokong dan bokong
Leopold II : punggung kiri dan kanan
Leopold III : kepala dan kepala
Leopold IV : belum masuk PAP
Auskultasi : DJJ 145 x/menit, dan DJJ 135 x/menit
STATUS GINEKOLOGI
Vagina Toucher :
Pembukaan serviks : 2 cm
Pendataran serviks : 20%
Penurunan kepala : Hodge I
Konsistensi serviks : Lunak, tebal
Posisi serviks : Medial
Hematologi
Hematokrit 37 % 35 – 47
MCV 83 fL 80 – 100
11
MCH 30 Pg 26 – 34
MCHC 36 g/dL 32 – 36
Diff count:
Eosinofil 0.10 % 2–4
Basofil 0.10 % 0–1
Netrofil 82.00 % 50 – 70
Limfosit 13.60 % 25 – 40
Monosit 4.20 % 2–8
Golongan darah B
Rhesus Positif
12
IV. RESUME
G1P0A0 rujukan dari puskesmas bojong datang ke ponek RSUD dr. Soeselo
Slawi dengan Gemeli. Pasien merasa perut kenceng-kenceng yang tidak teratur.
Tidak keluar lendir maupun darah dari jalan lahir, tidak mengalami keputihan,
tidak merasakan nyeri kepala, tidak merasakan pandangan yang buram. Pasien
masih merasakan gerakan janin yang aktif. Pasien mengaku hamil 8 bulan.
Riwayat DM, HT, asma, TB, jantung, ginjal, liver, alergi (makanan, cuaca,
obat-obatan), trauma, ISK, ginekologi disangkal. Riwayat DM, HT, asma, TB,
jantung, dan alergi (makanan, cuaca, obat-obatan) dalam keluarga pasien
disangkal. terdapat kehamilan kembar dalam keluarga.
Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi 5-7 hari dan teratur.
Jumlah darah selama menstruasi sekitar 60 cc dan pasien mengganti pembalut 2x
sehari, disminorhea disangkal. Hari pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal
21 Desember 2017.
Pasien menikah pertama kali pada usia 20 tahun. Dimana ini merupakan
pernikahan pertama dengan usia pernikahan 2 tahun. Kehamilan ini merupakan
kehamilan pertama pasien. Pasien tidak menggunakan kontrasepsi.
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 10 kali di
bidan 6 kali dan 4 kali di puskesmas. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 1 kali.
Pasien makan 3 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan, biskuit,
dan makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, dan jamu,
serta tidak merokok. Pasien tinggal serumah dengan suami dan orang tua. Suami
pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien tidak pernah dirawat maupun operasi di
Rumah Sakit.
13
Palpasi : TFU 34 cm, presentasi kepala kepala, DJJ : 145 dpm dan 135
dpm, HIS ireguler
- Leopold I : bokong dan bokong
- Leopold II : punggung kiri dan kanan
- Leopold III : kepala dan kepala
- Leopold IV : belum masuk PAP
Pemeriksaan Dalam
VT : Pembukaan 2 cm, Porsio tebal lunak, KK (+), kepala Hodge I.
V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 Hamil 39 minggu, J2HIU Inpartu dengan gemeli
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
VIII. PENATALAKSANAAN
Perbaikan HIS dengan oxytocin drip 5 UI
Tatalaksana Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Inj. Dexametason 2 amp
Inj. Ceftriaxone 2 gr
Inj. Ketorolak 1 amp
Inj. Kalnex 500mg
Transfusi 1 kolf
14
Tatalaksana Non-Medikamentosa
Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His.
O2 3 lpm
Pasang DC
FOLLOW UP
TANGGAL S O A P
17/9/2018 Kencang- T.110/70, N.82x/menit, G1P0A0 Observasi
Jam 11.00 kencang pada S.36.5°C, Hamil 38-39 keadaan umum,
perut tak P.20x/menit minggu, Janin tanda vital, his,
(ponek) teratur St. Generalis: gemeli kepala dan denyut
KU/Kes: Tampak sakit – kepala jantung janin
ringan / CM hidup
Mata : CA -/- SI-/- keduanya, USG : Kepala -
Thoraks : Cor dan Kepala
pulmo dbn Inj dexa 2 amp
Abdomen:supel, bising
usus (+) 3x/ menit R/ Partus
Extremitas:Akral Pervaginam
hangat +/+, oedem -/-
St. Obstetri:
TFU : TFU 34cm,
presentasi kepala
kepala, DJJ : 145 x/m
15
dan 135 x/m, HIS ;
1x10’x15 ireguler
VT: 3cm, Porsio tebal
lunak, KK (+). Hodge I
18/9/2018 Merasakan T.120/80, N.84x/menit, G1P0A0 Observasi
Jam 07.00 mules dan S.36.7°C, Hamil 38-39 keadaan umum,
kwncwng- P.22x/menit minggu, Janin tanda vital, his,
kwncwng, St. Generalis: gemeli kepala dan denyut
gerak janin KU/Kes: Tampak sakit – kepala jantung janin,
(+) sedang / CM hidup evaluasi
Mata : CA -/- SI-/- keduanya, kemajuan
Thoraks : Cor dan persalinan sd
pulmo dbn j.11.20
Abdomen: supel, bising
usus (+) 4x/ menit Oxytocin 5 IU
Extremitas: Akral Bertahap (12.00)
hangat +/+, oedem -/-
St. Obstetri: 15.30
TFU : TFU 34cm, Amniotomi, AK
presentasi kepala Jernih
kepala, DJJ : 144 x/m
dan 138 x/m, HIS Pro SC a/i PTM
1x10’x15” ireguler
VT: 3cm, Porsio tebal
lunak, KK (+). Hodge I
16
Pasang duk steril
Dilakukan insisi dinding abdomen linea mediana s/d cavum abdomen terbuka
Insisi SBR Dengan menarik kepala lahir bayi perempuan I, 2000 gr A/S 9/10/10,
air ketuban jernih
Dengan menarik kepala lahir bayi perempuan II, 2400 gr, A/S 9/10/10, air ketuban
jernih
Inj. Oxitocin 10 IU Dengan tarikan lahir plasenta lengkap, Kedua tuba ovarium
dalam batas normal.
Cavum uteri bersih
Jahit SBR Double layer perdarahan (-)
Dipastikan alat dan kasa lengkap
Abdomen ditutup lapis demi lapis
Perdarahan 300 cc, urine 100 cc jernih
Instruksi post SCTPP :
- Observasi TTV, kontraksi serta perdarahan/15 menit dalam 1 jam
pertama, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua
- Mobilisasi bertahap
- Hygiene luka operasi
- Motivasi ASI
- Medikamentosa :
o Ceftriaxone 2gr iv
o Ketorolac 1 ampul
o Kalnex 500 mg iv
17
FOLLOW-UP
Tanggal S O A P
19/9/2018 Nyeri luka T.120/70, P2A0 22 thn Observasi
08.00 operasi (+), N.88x.menit, post SC a/i TTV,
skentut (+), S.36 °C, partus tidak kontraksi,
(NI) demam (-), P.18x/menit maju perdarahan
mual (-), St. Generalis: Motifasi ASI
muntah (-), KU: Tampak sakit ringan/ Eksklusif
mobilisasi CM Ceftriaxone
(-), ASI (+) Mata : CA -/- SI-/- 1x2gr iv
Thoraks : Cor dan pulmo Ketorolac 3x1
dbn ampul
Abdomen: supel, bising RL 18 TPM
usus (+) 2x/menit Furosemid 1
Extremitas:Akral hangat+/+, amp
oedem -/- Diet biasa
St. Obstetri:
Besok pagi aff
TFU : 1 jari dibawah pusat
inf & DC
Kontraksi : Baik
Pro transfusi 1
Hasil Lab
kolf
Hb: 7,8 g/dl
Leukosit : 19,6 103/ul
Eritrosit : 2.6 106/ul
Hematokrit : 22
18
muntah (-), St. Generalis: partus tidak perdarahan
nafsu KU/Kes: Tampak sakit maju Asam
makan (-), ringan / CM mefenamat
mobilisasi Mata : CA -/- SI-/- 3x500 mg
(+), ASI (+) Thoraks : Cor dan pulmo
dbn Transfusi 1
Abdomen: supel, bising kolf, cek Hb
usus (+) 3x/ menit jika darah
Extremitas: Akral habis, Hb > 9
hangat+/+, oedem -/- BLPL
St. Obstetri: -
TFU : 2 jari dibawah pusat - g
Kontraksi : Baik t
U
-
- s
i
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. KEHAMILAN KEMBAR
1.1.1. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda / gemelli (2 janin),
multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi (dizigotik) atau jika satu
ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio (monozigotik).2
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah berada di
dalam uterus, atau fertilisasi 2 buah telur tidak pada siklus yang sama. Superfetasi masih
melalui inseminasi setelah ovum difertilisasi, atau fertilisasi telur pada waktu berdekatan
tapi tidak pada koitus yang sama. Superfekundasi dapat terjadi pada manusia, karena
dalam kepustakaan diceritakan mengenai seorang ibu kulit putih yang melahirkan anak
seorang kulit putih dan seorang anak mulato pada suatu persalinan kembar.3
20
Gambar 1.Kehamilan kembar (Gemelli)
1.1.2. Epidemologi
per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik bervariasi dalam setiap ras di
suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu (meningkat dari 3 per 1000 kelahiran pada
ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14 per 1000 kelahiran pada ibu berusia 35 – 40 tahun)
serta paritas. Di Indonesia, terdapat satu kasus kembar siam untuk setiap 200.000
kelahiran 1,4.
a. Ras
lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia gemelli jarang terjadi.
b. Hereditas
21
c. Usia maternal dan riwayat kehamilan
Wanita berusia 35 – 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki kemungkinan
melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia 20 tahun 4.
Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi
dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait dengan
status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri 7. Nylander (1971) menunjukkan
peningkatan derajat yang jelas dalam pembentukan janin kembar setara dengan status
gizi yang lebih tinggi yang tercermin pada ukuran ibu. Wanita yang lebih tinggi dan
lebih berat memperlihatkan angka kembar 25 sampai 30 persen lebih tinggi daripada
wanita pendek yang kekurangan gizi. MacGilivray (1986) juga mendapatkan bahwa
kembar dizigot lebih sering dijumpai pada wanita besar dan tinggi daripada wanita
kecil. Haggarty dkk., (2006) melaporkan bahwa asupan asam folat dan konsentrasi
folat plasma yang lebih tinggi berkaitan dengan angka kehamilan kembar
Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-obat
kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat konsumsi gonadotropin
merupakan kehamilan kembar ganda dan sekitar 5% merupakan kembar triplet atau
lebih. Risiko kehamilan kembar juga meningkat pada proses transfer embrio dan
superovulasi.7
22
f. Assisted Reproductive Technology (ART)
teknik ini juga meningkatkan kemungkinan gestasi multijanin. Secara umum dengan
IVF, semakin banyak jumlah mudigah yang dipindahkan, semakin besar resiko janin
1.1.3. Fisiologi
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin
tunggal.
b. Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet di
bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000 gr.
c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak
sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain, karena itu
setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
23
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah lebih
Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada kehamilan
yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau kompresus.
1.1.4. Etiologi
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon
menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain
dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de. Graaf atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian
dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar
yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau
ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. 2,4.
24
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula
plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi
setelah blastula tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan terjadi kehamilan
kembar dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan terjadi
kehamilan kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak terbentuk, maka akan
dipahami sepenuhnya. Hasil akhir proses pembentukan kembar monozigot, bergantung pada
waktu pemisahan terjadi. Jika zigot terbagi dalam 72 jam pertma setelah pembuahan maka
terbentuk dua mudiga, dua amnion, dan dua korion, dan akan berkembang kehamilan kembar
dua diamnion dikorion. Dapat terbentuk dua plasenta yang berbeda atau menyatu. Jika
pemisahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan, terbentuk kehamilan kembar diamnion
monokorion. Pada sekitar8 hari setelah pembuahan, korion menghasilkan dua mudigah dalam
satu kantong amnion. Kembar dempet (kembar siam) terjadi jika pemisahan berlangsung
lebih belakangan.
25
Gambar 2.Pembuahan monozigot dan dizigot
telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau fratenal. Jenis kelamin sama atau
26
berbeda, berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga. Kembar dizigotik
menjadi satu. 5
Conjoined twins atau kembar Siam adalah kembar dimana janin melekat satu
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi yang
sama pada 2 koitus yang dilakukan dengan jarak waktu pendek. Kehamilan
demikian ini sukar dibedakan dengan kehamilan kembar dizigotik. Pada tahun 1910
oleh Archer dilaporkan bahwa seorang wanita kulit putih yang melakukan koitus
27
berturut-turut dengan seorang kulit putih dan kemudian dengan seorang Negro
melahirkan bayi kembar dengan satu bayi berwarna putih dan yang lainnya berupa
mullato. Superfetasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah kehamilan pertama terjadi. Keadaan ini pada manusia belum
28
1. Pembelahan sebelum stadium morula dan diferensiasi trofoblas (pada hari ke III)
menghasilkan 1 atau 2 plasenta, 2 chorion dan 2 amnion (sangat menyerupai kembar
dizygotic dan meliputi hampir 1/3 kasus kembar monozygotic)
2. Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tapi sebelum pembentukan amnion (hari ke
IV – VIII) menghasilkan 1 plasenta dan 2 amnion (meliputi 2/3 kasus kembar
monozygotic)
3. Pembelahan setelah diferensiasi amnion ( hari ke VIII – XIII) menghasilkan 1
plasenta, 1 chorion dan 1 amnion
4. Pembelahan setelah hari ke 15 menyebabkan kembar tak sempurna, pembelahan pada
hari ke XIII – XV menyebabkan kembar siam.
1.1.6. Diagnosis
Efek kehamilan kembar, yaitu: tekanan pada pelvis yang lebih berat dan lebih
abdominal dan kesulitan bernafas. Aktivitas fetus lebih banyak dan persisten.
29
Diagnosis kehamilan kembar 75% ditemukan secara fisik. Tanda-tanda yang
1. Anamnesis
keturunan kembar
Polihidramnion;
3. Auskultasi
1.1.6.2. Laboratorium
30
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah sel darah merah menurun,
kali muncul pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan fetus terhadap
pemeriksaan peningkatan serum alfa fetoprotein ibu, meskipun pemeriksaan ini tidak
berdiri sendiri.
1.1.6.3. Ultrasonografi
dengan melihat jumlah kantung gestasi di dalam kavum uteri. Diagnosis definitif
kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah yang
bila terlihat 2 kantung gestasi yang masing-masing berisi mudigah hidup, maka
monokorionik (MK). Bila pada kembar MK terlihat 2 kantung amnion yang saling
(MK-MA).
31
Pada kehamilan trimester II, korionisitas kehamilan kembar dapat diketahui
dengan memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta, dan sekat pemisah
kedua janin. Bila jenis kelamin berbeda atau terdapat 2 plasenta yang letaknya
terpisah, menunjukkan kehamilan kembar DK-DA; akan tetapi bila dijumpai keadaan
yang sebaliknya belum berarti kehamilan kembar MK. Pada kehamilan DK, sekat
pemisah terlihat tebal (terdiri atas 2 lapisan amnion dan 2 lapisan korion); sedangkan
pada kembar MK-DA sekat pemisah terlihat tipis (hanya terdiri atas 2 lapisan
amnion). Sekat pemisah pada MK-DA seringkali sangat tipis sehingga sulit
diidentifikasi.8
Penentuan Korionisitas
Penentuan ini dapat membantu penilaian resiko obstetris dan menuntun penatalaksanaan
gestasi multijanin. Angka penyulit spesifik-kembar bervariasi dalam kaitannya dengan
zigositas dan korionisistas.
32
Evaluasi Sonografik
Korionisitas kadang dapat ditentukan secara sonografis pada trimester pertama. Adanya dua
plasenta yang terpisah dan embran pemisah yang tebal, umumnya 2mm atau lebih,
menunjang diagnosis kerja dikorionisitas. Janin-janin dengan jenis kelamin berbeda hampir
selalu dizigot, dan karenanya dikorion.
Pada kehamilan yang terdeteksi adanya satu masa plasenta akan sulit dibedakan antara satu
plasenta besar dari dua plasenta yang terletak berdampingan. Situasi ini dapat diperjelas
degan memeriksa titik asal pemisah pada permukaan plasenta.
Citra sonografi “twin peak” yang juga dinamai tanda lambda pada sebuah gestasi 24 minggu.
Di bagia puncak sonogram ini, jaringan dari plasenta anterior tampak meluas kebawah antara
lapisan-lapisan amnion. Tanda ini memastikan kembar dikorion.
33
Sebaliknya, kehamilan monokorionmemiliki satu membran pemisah yang sedemikian tipis
sehigga mungkin tidak terlihat sampai trimester kedua. Ketebalan membran umumnya kurag
dari 2mm, dan pembesaran memperlihatkan hanya 2 lapisan. Hubungan sudut tegak antara
membran dan plasenta ini tanpa perluasan plasenta yang jelas diantara membran pemisah
disebut tanda T.
34
Terdengarnya dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan
Rontgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena adanya
bahaya penyinaran
Secara umum, derajat perubahan fisiologis ibu lebih besar pada janin multipel
daripada janin tunggal. Sejak trimester pertama, dan secara temporer berkaitan dengan
kadar B-HCG serum yang tinggi, wanita dengan gestasi multi janin sering mengalami
mual dan muntah yang melebihi wanita dengan gestasi janin tunggal.
Ekspasnsi normal volume darah ibu lebih besar ,sementara peningkatan rata-rata
pada kehamilan tahap akhir adalah 40 sampai 50 persen pada janin tunggal, angka
tersebut menjadi 50 sampai 60 persen pada kembar. Suatu penambahan 500ml. Massa sel
darah merah juga meningkat, tetapi secara proposional lebih sedikit pada kehamilan
serta peningkatan kebutuhan zat besi dan asam folat meningkatkan prevalensi anemia
ibu.
toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek
dengan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar. Kira-kira 25% bayi kembar,
50% bayi triplet, dan 75% bayi kuadruplet lahir 4 minggu sebelum kehamilannya
35
cukup-bulan. Lama kehamilan rata-rata untuk kehamilan kembar 260 hari, triplet 246
Pertmbuhan uterus pada gestasi multijanin secara substansial lebih besar daripada
kehamilan janin tunggal. Uterus dan kandungan non-janinnya dapat mencapai volume
10L atau lebih berat melebihi 20pon (sekitar 10kg) khususnya pada kembar monozigot
dapat terjadi akumulasi cepat cairan amnion yang berlebihan. Dalam keadaan tersebut,
visera abdomen dan paru ibu dapat nyata tertekan dan tergeser oleh uterus ibu. Akibatnya,
ukuran dan uterus ibu yang besar menyebabkan wanita yang bersangkutan tidak dapat
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah, sehingga
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain. Frekuensi hidramnion kira-
kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal.
Jika timbul hiramnion, ungsi ginjal ibu dapat sangat terganggu, terutama karena
mengandug janin kembar dengan hidramnion akt dan berat menyebabkan oligouria dan
azotemia pada keduanya. Curah urin dan kadar kreatinin plasma ibu segera kembali
normal setelah pelahiran. Pada hidramnion berat, dapat dilakukan amniosintesis terapeutik
kurang bulan atau ketuban pecah dini. Sayangnya hidramnion sering timbul secara akut
36
jauh dari aterm dan sering kambuh kembali dengan cepat setelah amniosintesis.
kehamilan kembar. Hal ini diterangkan dengan penjelasan bahwa keregangan uterus
yang berlebihan menyebabkan iskemia uteri. Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi
pertama lahir, sehingga menyebabkan salah satu faktor kematian yang tinggi bagi janin
kedua. Keluhan karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti sesak napas, sering
uteri. Tetapi, keadaan ini diimbangi oleh bayi yang relatif lebih kecil, sehingga lamanya
proses persalinan, tersedia produk darah untuk transfusi, dan tersedianya obstetrisian
intrauterine. Pemberian ampsilin 2 gram juga disiapkan setiap 6 jam jika terjadi
persalinan premature untuk mencegah infeksi neonatus. Alangkah lebih baik jika di
rumah sakit juga tersedia ultrasonografi. Pada saat persalinan juga memerlukan dokter
37
Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada kehamilan
Diet
Kebutuhan akan kalori, protein, mineral, vitamin, dan asam lemak esensial pada
wanita dengan janin multipel jelas lebih tinggi. Konsumsi kalori perlu ditingkatkan
Surveilans Antepartum
memantau pertumbuhan janin. Penilaian volume cairan amnion juga penting. Adanya
lebih lanjut. AFI dibawah 8cm dianggap abnormal pada usia gestasi 28 sampai 40
minggu.
Tirah baring
Dalam satu penelitian, Crowther dkk (1990), secara acak memilih rawat-inap
atau perawatan rutin untuk 139 wanita Zimbabwe dengan kehamilan kembar. Mereka
38
mendapatkan bahwa tirah baring dirumah sakit tidak memperlama kehamilan atau
janin. Namun yang terpenting hampir separuh dari wanita tersebut memerlukan rawat-
inap untuk indikasi spesifik misalnya hipertensi maupun ancaman partus prematurus.
fisik. Sayangnya, tidak banak bukti yang menunjukan bahwa tindakan-tindakan ini
Sepeti kehamilan tunggal, tidak ada bukti valid bahwa terapi tokolitik
memperbaiki hasil akhir neonatus pada gestasi multi janin. Yang penting, terapi tokolitik
pada wanita ini memiliki resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan tunggal. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya volume darah ibu yang dipicu oleh janin kembar dan
beba kardiovaskular yang meningkatkan kerentanan terhadap edema paru terkait hidrasi.
tunggal, yaitu :
presentasi janin. Presentasi yang paling sering adalah kepala-kepala (45%), kepala-
bokong (35%), bokong-bokong (10%), kepala-lintang (6%) dan lain-lain (4%) 3. Hal
39
yang perlu menjadi perhatian adalah posisi ini selain kepala-kepala adalah tidak stabil
Jika presentasi janin adalah kepala-kepala dan tidak ada komplikasi, dapat
pertama dapat partus vaginam dan janin kedua dapat dilakukan versi luar sehingga
persalinan sungsang. Apabila presentasi janin pertama bukan kepala, kedua janin
40
Gambar 7. Mekanisme Interlocking pada persalinan kembar
Presentasi Sefalik-Sefalik
41
Selama persalinan, janin yang terpresentasi biasanya menyebabkan serviks membuka.
Jika kembar pertama sefalik maka pelahiran biasanya dapat dilakukan secara spontan
atau dengan forceps. Muleba dkk., (2005) mendapatkan adanya peningkatan angka
distress pernapasan pada janin kedua kembar kurang bulan tanpa memandang cara
Presentasi Sefalik-Non-Sefalik
kedua dengan berat lebih dari 1500 g. Karena itu, jika perkiraan berat janin lebih dari
1500 g maka janin kedua non-verteks dapat dilahirkan melalu vagina. Jika perkiraan
berat janin kurang dari 1500 g maka masalah ini menjadi kurang jelas, meskipun
dilaporkan bahwa hasil akhir neonatus setara atau bahkan membaik dengan pelahiran
per vagina. Maudlin dkk., (1998) secara retrospektif mengulas proses pelahiran 84
terbawah diikuti oleh ekstraksi bokong kembar kedua mempersingkat rawat inap ibu
dan neonatus secara signifikan, sebagian karena kembar yang diekstraksi bokong per
Presentasi Sungsang
Seperti pada janin tunggal, jika janin pertama sungsang maka dapat timbul masalah
besar jika:
1. Janin terlalu besar, dan kepala yang datang belakangan lebih besar daripada jalan
lahir.
42
2. Janin cukup kecil. Ekstremitas dan badan dapat lahir melalui serviks yang belum
mendatar dan berdilatasi secara adekuat, tetapi kepala dapat terperangkap diatas
serviks.
Caesar sering dipilih, kecuali pada kasus-kasus dimana janin sedemikian imatur
sehingga tidak akan bertahan hidup. Bahkan tanpa masalah-masalah ini, jika kembar
penguncian ini, janin pertama harus terletak sungsang dan janin kedua sefalik.
Dengan turunnya bokong melalui jalan lahir, dagu janin pertama terkunci antara leher
dan dagu janin kedua. Bedah Caesar dianjurkan jika teridentifikasi kemungkinan
Setelah pelahiran kembar pertama, bagian presentasi kembar kedua, ukuran dan
hubungannya dengan jalan lahir perlu segera dan secara hati-hati dipastikan melalui
membantu. Jika kepala janin atau bokong terfiksasi di jalan lahir maka diberikan
tekanan sedang pada fundus dan selaput ketuban dipecahkan. Segera sesudahnya,
Persalinan dibiarkan berlanjut. Jika kontraksi tidak pulih dalam waktu sekitar 10
43
Dahulu interval paling aman antara pelahiran kembar pertama dan kedua
sering dinyatakan sebagai kurang dari 30 menit. Jika dilakukan pemantauan janin
kontinu, maka hasil akhir yang baik masih tercapai bahkan jika interval ini lebih lama.
Jika oksiput atau bokong janin terletak tepat di pintu masuk panggul tetapi
belum terfiksasi di jalan lahir maka bagian presentasi sering dapat dituntun ke dalam
panggul dengan satu tangan di vagina dan tangan kedua di fundus uterus memberi
tekanan sedang kearah kaudal. Selain itu, dengan manipulasi abdomen, asisten dapat
Presentasi bahu dapat diubah dengan hati-hati menjadi presentasi kepala. Jika
oksiput atau bokong tidak berada diatas pintu masuk panggul dan tidak dapat
diposisikan dengan tekanan lembut, atau jika terjadi perdarahan uterus yang
Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik dokter kandungan yang menangani
perlu terampil dalam manipulasi janin intrauterus dan tersedia petugas anastesi yang
terampil dalam menyediakan anastesia untuk melemaskan uterus secara efektif untuk
persalinan per vagina kembar dua non-sefalik. Untuk memanfaatkan secara maksimal
serviks yang membuka sebelum uterus berkontraksi dan serviks teretraksi, pelahiran
jangan tertunda. Dianjurkan bedah Caesar segera untuk janin kedua jika tidak ada
yang terampil melakukan versi podalik internal atau jika tidak tersedia anastesi yang
44
Pada maneuver ini, janin diputar menjadi presentasi bokong dengan menggunakan
tangan yang dimasukkan ke dalam uterus. Dokter kebidanan menangkap kaki janin
Terdapat penelitian yang mendukung upaya pelahiran per vagina setelah bedah Caesar
untuk wanita tertentu dengan kehamilan kembar. Pada situasi ini, resiko rupture
uterus kira-kira setara dengan upaya pelahiran per vagina janin tunggal.
Pelahiran Caesar
Insisi uterus harus cukup besar agar kedua janin dapat lahir tanpa trauma. Pada sebagian
kasus, insisi vertikal segmen bawah mungkin menguntungkan. Sebagai contoh, jika satu
janin terletak melintang dengan punggung di bawah, dan lengan secara tak sengaja lahir
lebih dulu, maka akan jauh lebih mudah dan aman untuk memperluas insisi vertikal
uterus ke atas daripada memperluas insisi transversal. Jika janin kedua sungsang dan
45
pelahiran kepala terhambat maka dapat digunakan forceps Piper seperti pada pelahiran
pervagina.
pertama tidak saja kurang bijak tetapi juga tidak mungkin. Pada kasus-kasus ini
diperlukan bedah Caesar segera. Kembar kedua mungkin perlu dilahirkan melalui bedah
Caesar, sebagai contoh, ketika janin kedua jauh lebih besar daripada yang pertama dan
sungsang atau melintang. Yang lebih menyulitkan, bedah Caesar mungkin diperlukan jika
serviks segera berkontraksi dan menebal setelah pelahiran kembar pertama dan tidak
membuka atau jika terbentuk pola kecepatan jantung janin yang mengkhawatirkan.
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 – 15 menit, dengan
waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5 menit setelah bayi
46
pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara kelahiran bayi kedua yang
berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum bayi
dilahirkan.12,13
1.1.9. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebih tinggi dari pada angka
kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya
tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya mungkin
terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan kembar karena kebutuhan nutrisi
yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan
kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh melampaui
kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek pada
kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling umum
terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang perlu
diperhatikan pada kematian satu janin adalah koagulopati konsumtif berat yang dapat
47
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar dari
pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki berat badan
lahir rendah (< 2500 g). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan janin yang terbatas serta
pertumbuhan intra urin. Pada kehamilan dizigotik, perbedaan ukuran yang mencolok
biasanya disebabkan oleh plasentasi yang tidak sama. Satu tempat plasenta menerima
suplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Perbedaan ukuran juga bisa
kembar ke kembar), darah dialirkan dari satu kembar donor ke saudaranya yang menjadi
kelebihan beban sirkulasi yang bermanifestasi sebagai hidrops. Kembar donor pucat dan
saudara penerimanya pletorik. Demikian juga, satu bagian plasenta sering tampak pucat
beban sirkulasi disertai gagal jantung, jika hipervolemia dan hiperviskositas berat tidak
segera teridentifikasi dan diatasi. Thrombosis oklusif juga jauh lebih besar
kemungkinannya terjadi pada keadaan ini. Selama masa neonatus, polisitemia pada
Patofisiologi
48
Setiap jenis anastomosis vaskular yang dijelaskan sebelumnya dapat dijumpai
pada plasenta monokorion. Secara klasik, TTTS kronik terjadi akibat aliran satu arah
dipompa ke dalam kotiledon yang dipakai bersama oleh resipien. Jika pertukaran oksigen
di vilus korion telah selesai maka darah teroksigenasi meninggalkan kotiledon melalui
suatu vena plasenta pada kembar resipien. Jika tidak terkompensasi, aliran satu arah ini
Sindrom transfusi antar kembar yang secara klinis penting sering bersifat kronis
dan merupakan akibat perbedaan volume vaskular signifikan diantara kembar. Sindrom
ini biasanya bermanifestasi pada pertengahan kehamilan ketika janin donor menjadi
oliguria akibat berkurangnya perfusi ginjal. Janin ini mengalami oligohidramnion dan
janin resipien mengalami hidramnion berat, diduga karena meningkatnya produksi urin.
Cairan amnion yang hampir tidak ada di kantong donor menghambat gerakan janin,
pertumbuhan, kontraktur, serta hipoplasia paru pada satu kembar dan ketuban pecah dini
49
Gambar 9. Transfusi pada Twin to Twins Sindrom
1.1.10. Prognosis
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada kehamilan
tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering mengalami
prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal, dimana resiko
perdarahan post partum lebih tinggi. Angka kematian perinatal tinggi terutama karena
premature, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan
letak janin.10,13
50
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama karena lebih sering
terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih banyak terjadi
prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.10,12,13
51
BAB V
KESIMPULAN
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum dilepaskan
dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini sehingga membentuk
dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam satu atau lebih. Jenis kehamilan ganda
ada dua yaitu kembar monozigotik dan kehamilan dizigotik, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor ras, keturunan, umur dan paritas, nutrisi, dan infertilitas.
Gejala yang dihadapi ibu biasanya ibu mengalami sesak nafas, sering BAK, anemia, edema
perlu diantisipasi untuk terjadinya kelainan- kelainan pada ibu dan janin sehingga perlu
pengawasan yang lebih intensif dengan cara menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan lebih sering agar bisa dideteksi secara dini perkembangan ibu dan janin serta
kembar tergantung presentasi kembar pertama yang nantinya akan mempengaruhi pilihan
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri
Williams. Volume 2 edisi 23. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2006. h. 852-897
2. Liewellyn-Jones D. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor edisi bahasa
Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta. 2002: 160-
162
3. Zach T. Multiple births. Dalam: emedicine from WebMD, 2006. Available at URL
http://www.emedicine.com/med/topic2599.htm
4. Morales AJ et al. Multifetal pregnancy reduction. Dalam: Ethics in Obstetric and
Gynecology, 2015. Available at URL
http://www.acog.com/from_home/publications/ethics/ethics041.pdf
5. Chertok I. Multifetal pregnancy reduction and halakha. Dalam: Barnea ER, editor. Early
pregnancy: biology and medicine. Volume V number 3. Israel: SIEP, 2001. p.201-210.
Available at URL http://www.earlypregnancy.org/EPBM.htm
6. Kliegman RM. Kehamilan multipel. Dalam: Wahab AS, editor bahasa Indonesia. Ilmu
kesehatan anak Nelson. Volume 1 edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,
2000. h. 559-561Thilo EH, Rosenberg AA. Multiple births. Dalam: Hay WW (ed).
Current pediatric diagnosis & treatment. 16th edition. Europe: McGraw Hill Education,
2002. h. 56-57
7. Fletcher GE. Multiple births. 2009. Available at URL http://emedicine.medscape.com
8. Prof. Dr. Djamhoer M, Prof. Dr. Firman FW, Prof. Dr. Jusuf SE. Kehamilan kembar.
Dalam: Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran ECG.Edisi 3, 2013.
9. Liewellyn-Jones D. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor edisi bahasa
Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta. 2002.
53
10. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006
11. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. Obstetri fisiologi. Jakarta: EGC. 1998
12. PernollL. Multiple Pregnancy. Decherney AH, Pernoll ML.Current obstetric and
gynecology diagnosis and treatment.Edisi 8.United State of America: Appletonand
Lange, 2014
13. Thomas Jefferson University Hospital. Care and Managemant of Multiple Pregnancy.
Last update: 2007 http://jeffersonhospital.org/Content.asp?PageID=P08022
14. Anderson-Berry AL. Vanishing twin syndrome. Dalam: emedicine from WebMD, 2005.
Available at URL http://www.emedicine.com/med/topic3411.htm
54