Oleh:
Tania Alsyabilla, S.Ked
712020007
Pembimbing:
dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul:
G2P1A0 HAMIL ATERM INPARTU KALA 1 FASE LATEN
JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA DENGAN RIWAYAT SC 1X +
DKP
Oleh:
Tania Alsyabilla, S.Ked
Telah dilaksanakan pada bulan November 2020 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “G4P2A1 Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup
Presentasi Bokong + Lilitan Tali Pusat” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan,
arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian Laporan Kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu hanya
milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan dan semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.Aamiin.
Palembang, November 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat empat penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir yakni
perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet
(distosia). Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut American College of
Obstretician and Gynaecologist (ACOG) dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power),
kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Kelainan jalan lahir merupakan
kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan.1
Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan
ketidakseimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar
melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
atau keduanya. Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Dalam obstetri
yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit
secara fungsionil artinya perbandingan antara kepala dan panggul.2
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat
berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum,
ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin
dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian
perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan
fraktur pada os parietalis.3,4
Berdasarkan data WHO, cephalopelvic disproportion masih merupakan penyebab pada
8% kematian ibu hamil di dunia. CPD dapat menyebabkan distosia, malposisi kepala janin,
atau kemajuan persalinan lama.5
1.2. Maksud danTujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
mengenai Disporposi Kepala Panggul.
b. Diharapkan munculnya pola berfikir kritis bagi semua dokter muda setelah
dilakukan diskusi dengan dosen pembimbing klinik tentang kasus
Disporposi Kepala Panggul.
1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi dan
studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan ginekologi terutama tentang
Disporposi Kepala Panggul.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadikan landasan
untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
1.3.1 Manfaat Praktis
a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan pada
kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dalam penegakkan diagnosis
Disporposi Kepala Panggul yang berpedoman pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lengkap dan runut.
b. Bagi dokter umum, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan
dan menambah pengetahuan dalam mendiagnosis kasus Disporposi Kepala
Panggul yang selanjutnya melakukan rujukan pada dokter spesialis yang
berkompeten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.1,6
2.2. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi dari WHO menunjukkan bahwa cephalopelvic disproportion
merupakan penyebab tersering dari partus macet (obstructed labor) di dunia.5
Secara global, data di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa penyebab
utama kematian ibu hamil karena partus macet adalah cephalopelvic disproportion.
Komplikasi yang ditemukan berupa trauma jalan lahir, perdarahan postpartum, dan
infeksi genital. Cephalopelvic disproportion dapat ditemukan pada 1-3% ibu
primigravida. Pada ibu hamil multigravida, CPD dapat terjadi jika ukuran janin lebih
besar, terjadi malpresentasi janin, atau spondilolistesis yang dapat mengurangi diameter
anteroposterior panggul.7
Penelitian di Rumah Sakit Universitas Jimma Ethiopia tahun 2010, melaporkan
bahwa penyebab partus macet yang paling banyak adalah CPD yakni 121 kasus (67,6%).
Sebuah penelitian di Nigeria menunjukkan bahwa CPD merupakan penyebab partus
macet tertinggi (65,37%). Angka prevalensi CPD yang tinggi ditemukan pada populasi
nulipara dan usia remaja. CPD merupakan indikasi yang paling sering ditemukan pada
persalinan sectio caesarea (SC) terutama pada nulipara.7
Di Indonesia, Belum dapat ditemukan data prevalensi CPD di Indonesia.
Penelitian di RSUD Liun Kandage Tahuna Sulawesi Utara tahun 2013 dengan sampel
330 ibu hamil ditemukan bahwa telah dilakukan SC pada 167 ibu, dan 28 ibu (16,76%)
di antaranya adalah dengan indikasi CPD. Penelitian lain di RS Islam YAKKSI Sragen
melaporkan peningkatan jumlah pasien yang dilakukan SC dengan indikasi CPD
memiliki persentase 36,7%.8
Mortalitas terjadi bila partus macet akibat CPD tidak terdeteksi sehingga tidak
dapat ditangani secara adekuat. Morbiditas dan mortalitas dapat terjadi pada ibu hamil
maupun janin. Secara global, mortalitas akibat partus macet yang disebabkan oleh CPD
berjumlah 3-8%. Sekitar 22% mortalitas maternal di Ethiopia disebabkan oleh partus
macet akibat CPD.7
2.3. ETIOLOGI
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor yaitu maternal
dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada gangguan pada faktor maternal,
janin, atau kombinasi keduanya.6,9
1. Faktor Maternal (Passageway) yang menyebabkan CPD absolut:
Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet
Eksostosis pelvis
Spondilolistesis
Tumor di anterior sacrococcygeal
2. Faktor Janin (Passenger) yang menyebabkan CPD Absolut:
Makrosomia (berat janin >4.000 gram)
Hidrosefalus
Cephalopelvic Disproportion Relatif
3. Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi, atau
defleksi kepala janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul dan
mempersulit persalinan per vaginam. Pada beberapa literatur, beberapa penyebab
CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai malpresentasi.
2.4. KLASIFIKASI
Berikut adalah beberapa klasifikasi CPD, antara lain:6,9
8
Gambar 1. Bidang Panggul
9
Kriteria diagnosis CPD berdasarkan ACOG dan RTCOG (Royal Thai
College of Obstetricians and Gynecologists) harus memenuhi 3 kondisi di
bawah ini:9
Dilatasi serviks ≥3 cm (ACOG) atau ≥4 cm (RTCOG) dan
pendataran serviks 100% (ACOG) atau 80% (RTCOG)
Kontraksi uterus adekuat selama minimal 2 jam
Kurva persalinan abnormal
Beberapa literatur menyebutkan bahwa CPD baru bisa dicurigai jika dengan
penggunaan oksitoksin tetap tidak ada kemajuan persalinan dan baru bisa
ditegakkan bila sudah ada perpanjangan kala I (>12 jam) atau perpanjangan
kala II (>2 jam) pada ibu hamil yang mendapat oksitosin.
2.7. DIAGNOSIS
Diagnosis cephalopelvic disproportion (CPD) sementara ini masih
mengandalkan tanda klinis saat persalinan. Pemeriksaan pelvimetri secara
klinis maupun radiologi dapat digunakan untuk membantu memprediksi
10
CPD sebelum terjadi proses persalinan, terutama di daerah perifer dengan
fasilitas SC kurang memadai. 9
1. Anamnesis
Saat anamnesis dapat ditanyakan riwayat persalinan dengan
makrosomia atau kontraktur pelvis pada pasien maupun keluarga pasien.
Riwayat penyakit seperti diabetes gestasional perlu ditanyakan karena
dapat mengakibatkan makrosomia.
Riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi kondisi panggul
seperti skoliosis, fraktur pelvis, dan rakitis juga harus ditanyakan karena
akan menjadi pertimbangan untuk dilakukan pelvimetri radiologi.
Tanyakan juga pada pasien metode persalinan sebelumnya.[
Pada proses kehamilan, terutama saat usia kehamilan lanjut >36
minggu, PAP yang sempit membuat janin tidak dapat turun, sehingga
fundus uteri tetap tinggi dan ibu mengeluhkan sesak, sulit bernapas, rasa
penuh di ulu hati, dan perut yang besar membentuk abdomen pendulum
(perut gantung).Pemeriksaan Abdomen
2. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat antenatal atau melalui
pemeriksaan panggul saat inpartu. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan
dengan cara pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal.
1) Pemeriksaan Antropometri Antenatal:
Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai
pada antropometri adalah tinggi badan ≤145 cm, pertambahan berat
badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan dengan ukuran janin yang
besar), dan BMI ibu >30.
2) Pelvimetri Eksternal
Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan instrumen
yang disebut Berisky pelvimeter. Pada pelvimetri eksternal
dilakukan pengukuran jarak antara krista iliaka, jarak antara spina
iliaka anterior-superior, jarak intertrokanter, jarak diagonal
transversal area Michaelis-sakrum, dan intertuberositas
11
3) Pelvimetri Internal
Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui
pelvimetri internal. Pelvimetri internal dilakukan dengan
cara vaginal toucher (VT)/ pemeriksaan dalam menggunakan jari
telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni
bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP), dan
pintu bawah panggul (PBP).
4) Pemeriksaan Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri ibu nulipara bila bagian terbawah
janin tidak masuk ke PAP pada usia kehamilan >36 minggu, perlu
dicurigai adanya CPD. Pada keadaan multipara penurunan janin
biasanya terjadi saat proses persalinan dimulai. Pada pemeriksaan
Leopold IV, penurunan kepala 2/5 menunjukkan proses
engagement sudah terjadi dan kemungkinan CPD setinggi PAP
dapat disingkirkan.
Penurunan kepala dapat dinilai melalui pemeriksaan dalam
dengan parameter spina ischiadika dan bagian terendah janin.
Station 0 berada setinggi spina ischiadika, station +4 dan +5
menunjukkan kepala sudah mencapai dasar panggul. Pada nulipara,
diagnosis CPD harus dipikirkan bila bagian terendah janin masih
berada pada station yang tinggi selama kala I dan II.
Pemeriksaan dengan manuver Mueller-Hillis atau Munro-
Kerr's head-fitting test dapat dilakukan untuk menilai kesempitan
PAP pada usia kehamilan yang cukup dan kepala belum engaged.
Manuver Mueller-Hillis ini dilakukan dengan mencekap bagian
suboccipital janin dari dinding abdomen ibu kemudian menekan ke
arah bawah PAP. Jika tidak ada kesempitan pada PAP maka kepala
dapat memasuki panggul.
Munro Kerr's head-fitting test juga menguji apakah kepala
janin dapat masuk ke PAP, dengan cara memberikan penekanan
pada kepala janin menggunakan tangan kiri ke arah panggul
12
(bawah) dan jari telunjuk dan tengah tangan kanan di dalam vagina
merasakan penurunan kepala dan ibu jari di bagian luar simfisis
pubis. Bila kepala dapat masuk dan turun, maka kemungkinan PAP
sempit dapat disingkirkan. Bila kepala terasa overlapping ke arah
simfisis (teraba oleh ibu jari) maka dapat dicurigai adanya CPD.
2. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik, CT-Scan dan MRI Pelvimetri.
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terbaik untuk kondisi cephalopelvic
disproportion (CPD) adalah sectio caesarea (SC). SC dapat direncanakan
apabila hasil pemeriksaan kehamilan menunjukkan kesempitan panggul
atau terdapat tanda CPD yang jelas.1,6,9
SC dilakukan bila didapatkan janin dengan presentasi dahi atau
muka. SC juga dipertimbangkan apabila CPD disertai dengan faktor lain
13
seperti, primigravida tua, riwayat infertilitas lama, dan ibu hamil dengan
penyakit jantung.6.9
Seksio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder
yakni setelah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio
sesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan
cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena
terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Seksio sesaria sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul
komplikasi untuk menyelesaikan persalinan sesegera mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.6
Persalinan percobaan ialah percobaan untuk persalinan pervaginam
pada wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan
hanya dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letaklainnya.6,9
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan
berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat
berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam. Persalinan
percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan
atau dibantu dengan ekstraksi (forseps atau vakum) dan anak serta ibu
dalam keadaan baik. Persalinan percobaan dapat dihentikan jika
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya, keadaan ibu atau anak
menjadi kurang baik, kalau ada lingkaran retraksi yang patologis, setelah
pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban kepala dalam 2 jam tidak mau
masuk kedalam rongga panggul walaupun his cukup baik, dan forsep yang
gagal.6
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:1,6,9
1. Dari faktor ibu:
Persalinan yang lebih lama, dapat menyebabkan keleahan pada ibu
14
Rupture uteri jika his terlalu kuat dalam usaha melewati panggul
sempit
Kelelahan dari otot uterus dapat menyebabkan infeksi intrapartum
Fistel vesikovaginal dan rektovaginal akibat tekanan lama pada
jaringan yang dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di
dalam rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah
kelumpuhan nervus peroneus.
2.12. PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai
faktor antaranya bentuk panggul, ukuran panggul, jadi derajat kesempitan,
kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul, besarnya kepala dan
kesanggupan moulage kepala, presentasi dan posisi kepala, dan his. Kejadia
Panggul sempit dapat menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara
lain1,6:
1. Morbiditas infeksi.
2. Ruptura uteri.
3. Laserasi servik.
4. Luka episiotomi yang meluas.
15
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan
pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal yang terjadi pada dkp adalah:1.6
1. Trauma persalinan
2. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih
berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah
berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks bernafas pada
janin)
3. Kelainan kongenital
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
1. Identitas pasien
Nama pasien : Ny. ER
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. PT kedukan Jaya RT 014 RW 005 Karya Jaya /
Kertapati/Kota Palembang/Sumatera Selatan
2. Identitas suami
Nama : Tn. MT
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. PT kedukan Jaya RT 014 RW 005 Karya Jaya /
Kertapati/Kota Palembang/Sumatera Selatan
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari pada tanggal 25
November 2020 dengan keluhan mau melahirkan.
17
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan sakit
perut mau melahirkan anak ke 2 hamil cukup bulan. Perut terasa kencang
ada, keluar darah lendir tidak ada, keluar air-air tidak ada, sakit kepala
tidak ada, demam tidak ada. Gerakan janin aktif dirasakan ibu. Pasien
riwayat SC 1x 3 tahun yang lalu atas indikasi panggul sempit. Pasien
sebeelumnya sudah pernah melakukan USG pada tanggal 18/11/20 dan
diminta untuk datang lagi ke RS untuk persiapan SC pada tanggal
25/11/2020
3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 15 tahun
Sikluas Haid : 28 hari
Lama Haid : 5 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan Saat Haid : Nyeri hari pertama
HPHT : 07 Maret 2020
TP : 14 Desember 2020
4. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 14 tahun
5. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan KB suntik
6. Riwayat ANC
Trimester I : 1 kali
Trimester II: 1 kali
Trimester III: 1 kali
18
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Aterm/ 2018 /laki-laki/2600gram/Dokter/SC
2. Hamil ini
19
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar sesuai umur kehamilan, skar
operasi (-), striae gravidarum (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar lien sulit dinilai
Genitalia : discharge (-)
Ekstremitas : akral hangat (+/+) edema (-/-)
B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Teraba bagian tidak bulat,lunak tidak melenting
(bokong)
TFU 2 jari dibawah proc. Xyphoideus (33 cm)
20
Leopold II : Situs memanjang, teraba punggung kanan
Leopold III : Teraba Bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Belum masuk PAP
DJJ : 170x/menit
TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gram
Pemeriksaan Dalam
Posisi portio : posterior
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 1cm
Ketuban : (+)
Pendataran : 10%
Presentasi : kepala
Penunjuk : kepala
Penurunan :-
Molase :-
Promontorium teraba : (+) 9,5 cm
CV= CD-(1,5cm-2cm) = 9,5cm-1,5cm = 8cm
21
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin (Senin, 09 November 2020 pukul 20.14 WIB)
22
Hasil tidak terdeteksi
.
3.5 Diagnosis Kerja
G2P1A0 Hamil Aterm inpartu kala 1 fase laten janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan riwayat SC dan DKP.
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre Partus:
IVFD RL gtt XX x/mnt
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Rencana SC tanggal 26 November 2020
23
Pengeluaran plasenta
Dilakukan jahit uterus – tiap lapisan abdomen sampai ke kutis
Operasi selesai pukul 11.30 WIB
Hari/Tanggal Follow Up
24
A/ Post SC atas indikasi Riwayat Sc dan DKP pada P1A0P/
Observasi KU dan TV
Observasi perdarahan
IVFD RL gtt XX x/menit
Obat:
Asam Mefenamat 3x500mg
Rencana Pulang
25
BAB IV
PEMBAHASAN
26
Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosa G2P1A0 Hamil Aterm Inpartu
Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup riwayat SC dan DKP
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
2. Tatalaksana pada kasus sudah tepat, yaitu dilakukan evakuasi dengan
cara section caesarea.
5.2. Saran
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan ini, adapun saran yang dapat penulis
berikan yaitu:
1. Sebagai upaya pencegahan, dokter muda sebaiknya lebih giat dalam
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar rutin melakukan Ante
Natal Care (ANC) baik di rumah sakit maupun di puskesmas agar
mampu mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk
pemantauan kesejahteraan janin.
28
DAFTAR PUSTAKA
29