Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

G2P1A0 HAMIL ATERM INPARTU KALA 1 FASE LATEN


JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA DENGAN RIWAYAT SC 1X +
DKP

Oleh:
Tania Alsyabilla, S.Ked
712020007

Pembimbing:
dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus

Judul:
G2P1A0 HAMIL ATERM INPARTU KALA 1 FASE LATEN
JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA DENGAN RIWAYAT SC 1X +
DKP

Oleh:
Tania Alsyabilla, S.Ked

Telah dilaksanakan pada bulan November 2020 sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, November 2020


Pembimbing

dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “G4P2A1 Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup
Presentasi Bokong + Lilitan Tali Pusat” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta para
keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan,
arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian Laporan Kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu hanya
milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan dan semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.Aamiin.
Palembang, November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Terdapat empat penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir yakni
perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet
(distosia). Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut American College of
Obstretician and Gynaecologist (ACOG) dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power),
kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage). Kelainan jalan lahir merupakan
kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan.1
Disproporsi kepala panggul merupakan keadaan yang menggambarkan
ketidakseimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar
melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
atau keduanya. Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Dalam obstetri
yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis, lebih penting lagi ialah panggul sempit
secara fungsionil artinya perbandingan antara kepala dan panggul.2
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat
berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum,
ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin
dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian
perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan
fraktur pada os parietalis.3,4
Berdasarkan data WHO, cephalopelvic disproportion masih merupakan penyebab pada
8% kematian ibu hamil di dunia. CPD dapat menyebabkan distosia, malposisi kepala janin,
atau kemajuan persalinan lama.5
1.2. Maksud danTujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
mengenai Disporposi Kepala Panggul.
b. Diharapkan munculnya pola berfikir kritis bagi semua dokter muda setelah
dilakukan diskusi dengan dosen pembimbing klinik tentang kasus
Disporposi Kepala Panggul.

1.3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi dan
studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan ginekologi terutama tentang
Disporposi Kepala Panggul.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadikan landasan
untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
1.3.1 Manfaat Praktis
a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan pada
kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dalam penegakkan diagnosis
Disporposi Kepala Panggul yang berpedoman pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang lengkap dan runut.
b. Bagi dokter umum, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan
dan menambah pengetahuan dalam mendiagnosis kasus Disporposi Kepala
Panggul yang selanjutnya melakukan rujukan pada dokter spesialis yang
berkompeten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya.1,6
2.2. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi dari WHO menunjukkan bahwa cephalopelvic disproportion
merupakan penyebab tersering dari partus macet (obstructed labor) di dunia.5
Secara global, data di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa penyebab
utama kematian ibu hamil karena partus macet adalah cephalopelvic disproportion.
Komplikasi yang ditemukan berupa trauma jalan lahir, perdarahan postpartum, dan
infeksi genital. Cephalopelvic disproportion dapat ditemukan pada 1-3% ibu
primigravida. Pada ibu hamil multigravida, CPD dapat terjadi jika ukuran janin lebih
besar, terjadi malpresentasi janin, atau spondilolistesis yang dapat mengurangi diameter
anteroposterior panggul.7
Penelitian di Rumah Sakit Universitas Jimma Ethiopia tahun 2010, melaporkan
bahwa penyebab partus macet yang paling banyak adalah CPD yakni 121 kasus (67,6%).
Sebuah penelitian di Nigeria menunjukkan bahwa CPD merupakan penyebab partus
macet tertinggi (65,37%). Angka prevalensi CPD yang tinggi ditemukan pada populasi
nulipara dan usia remaja. CPD merupakan indikasi yang paling sering ditemukan pada
persalinan sectio caesarea (SC) terutama pada nulipara.7
Di Indonesia, Belum dapat ditemukan data prevalensi CPD di Indonesia.
Penelitian di RSUD Liun Kandage Tahuna Sulawesi Utara tahun 2013 dengan sampel
330 ibu hamil ditemukan bahwa telah dilakukan SC pada 167 ibu, dan 28 ibu (16,76%)
di antaranya adalah dengan indikasi CPD. Penelitian lain di RS Islam YAKKSI Sragen
melaporkan peningkatan jumlah pasien yang dilakukan SC dengan indikasi CPD
memiliki persentase 36,7%.8
Mortalitas terjadi bila partus macet akibat CPD tidak terdeteksi sehingga tidak
dapat ditangani secara adekuat. Morbiditas dan mortalitas dapat terjadi pada ibu hamil
maupun janin. Secara global, mortalitas akibat partus macet yang disebabkan oleh CPD
berjumlah 3-8%. Sekitar 22% mortalitas maternal di Ethiopia disebabkan oleh partus
macet akibat CPD.7

2.3. ETIOLOGI
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor yaitu maternal
dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada gangguan pada faktor maternal,
janin, atau kombinasi keduanya.6,9
1. Faktor Maternal (Passageway) yang menyebabkan CPD absolut:
 Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet
 Eksostosis pelvis
 Spondilolistesis
 Tumor di anterior sacrococcygeal
2. Faktor Janin (Passenger) yang menyebabkan CPD Absolut:
 Makrosomia (berat janin >4.000 gram)
 Hidrosefalus
 Cephalopelvic Disproportion Relatif
3. Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi, atau
defleksi kepala janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul dan
mempersulit persalinan per vaginam. Pada beberapa literatur, beberapa penyebab
CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai malpresentasi.

2.4. KLASIFIKASI
Berikut adalah beberapa klasifikasi CPD, antara lain:6,9

a. Kesempitan pintu atas pangul.

Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm


Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah

Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan


spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas
sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:

1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.

2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke


pertemuan ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara
kedua spina ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :

1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis


posterior 13,5 cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5
cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat


diperoleh secara klinis harus diukur secara rontgenologis,
tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan bidang
tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.

2. Dinding samping panggul konvergen.

3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.


c. Kesempitan pintu bawah panggul

jika dijumpai diameter interiscia tuberosum 8,5 cm, dan


dengan distansia tuberum bersama dengan diameter
sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan
pada kelahiran janin ukuran biasa.

8
Gambar 1. Bidang Panggul

2.5. TANDA DAN GEJALA


Tanda klinis CPD yang dapat ditemukan saat intrapartum adalah
kepala janin tidak kunjung masuk PAP serta pendataran (effacement) dan
dilatasi serviks yang lambat walaupun kontraksi uterus baik. American
Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan beberapa literatur
lain menyetujui bahwa diagnosis CPD baru bisa ditegakkan pada saat
inpartu/ percobaan persalinan. Jika CPD dicurigai pada saat proses
persalinan, evaluasi kembali hal-hal berikut:6,9
 Ukuran dan bentuk panggul
 Presentasi dan posisi janin
 Ada tidaknya molase atau caput succedaneum pada kepala janin
 Aktivitas janin
 Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
 Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
 Dilatasi dan pendataran serviks
 Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina
ischiadika (sistem station).

9
Kriteria diagnosis CPD berdasarkan ACOG dan RTCOG (Royal Thai
College of Obstetricians and Gynecologists) harus memenuhi 3 kondisi di
bawah ini:9
 Dilatasi serviks ≥3 cm (ACOG) atau ≥4 cm (RTCOG) dan
pendataran serviks 100% (ACOG) atau 80% (RTCOG)
 Kontraksi uterus adekuat selama minimal 2 jam
 Kurva persalinan abnormal
Beberapa literatur menyebutkan bahwa CPD baru bisa dicurigai jika dengan
penggunaan oksitoksin tetap tidak ada kemajuan persalinan dan baru bisa
ditegakkan bila sudah ada perpanjangan kala I (>12 jam) atau perpanjangan
kala II (>2 jam) pada ibu hamil yang mendapat oksitosin.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang untuk CPD pada masa kini kurang begitu
berkembang oleh karena tingkat akurasi yang tidak begitu baik dan
mayoritas rumah sakit sudah mampu melakukan SC bila terjadi kegagalan
pada percobaan persalinan (trial of labor).9
Diagnosis CPD sangat dibutuhkan pada saat akses ke fasilitas
kesehatan dengan kemampuan melakukan SC sangat terbatas atau
jaraknya jauh, seperti pada daerah pedesaan. Rekomendasi American
College of Obstetricians and Gynecology (ACOG) untuk mendiagnosis
CPD adalah melalui tanda klinis pada proses persalinan.9
Pemeriksaan penunjang pada kasus CPD tidak terbukti efektif
dapat memprediksi CPD dan hasil yang negatif tidak menjamin nantinya
tidak akan terjadi distosia pada proses persalinan. Belum ada konsensus
resmi mengenai penggunaan CT-scan atau MRI untuk pelvimetri.9

2.7. DIAGNOSIS
Diagnosis cephalopelvic disproportion (CPD) sementara ini masih
mengandalkan tanda klinis saat persalinan. Pemeriksaan pelvimetri secara
klinis maupun radiologi dapat digunakan untuk membantu memprediksi

10
CPD sebelum terjadi proses persalinan, terutama di daerah perifer dengan
fasilitas SC kurang memadai. 9
1. Anamnesis
Saat anamnesis dapat ditanyakan riwayat persalinan dengan
makrosomia atau kontraktur pelvis pada pasien maupun keluarga pasien.
Riwayat penyakit seperti diabetes gestasional perlu ditanyakan karena
dapat mengakibatkan makrosomia.
Riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi kondisi panggul
seperti skoliosis, fraktur pelvis, dan rakitis juga harus ditanyakan karena
akan menjadi pertimbangan untuk dilakukan pelvimetri radiologi.
Tanyakan juga pada pasien metode persalinan sebelumnya.[
Pada proses kehamilan, terutama saat usia kehamilan lanjut >36
minggu, PAP yang sempit membuat janin tidak dapat turun, sehingga
fundus uteri tetap tinggi dan ibu mengeluhkan sesak, sulit bernapas, rasa
penuh di ulu hati, dan perut yang besar membentuk abdomen pendulum
(perut gantung).Pemeriksaan Abdomen
2. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat antenatal atau melalui
pemeriksaan panggul saat inpartu. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan
dengan cara pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal.
1) Pemeriksaan Antropometri Antenatal:
Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai
pada antropometri  adalah tinggi badan ≤145 cm, pertambahan berat
badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan dengan ukuran janin yang
besar), dan BMI ibu >30.
2) Pelvimetri Eksternal
Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan instrumen
yang disebut Berisky pelvimeter. Pada pelvimetri eksternal
dilakukan pengukuran jarak antara krista iliaka, jarak antara spina
iliaka anterior-superior, jarak intertrokanter, jarak diagonal
transversal area Michaelis-sakrum, dan intertuberositas

11
3) Pelvimetri Internal
Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui
pelvimetri internal. Pelvimetri internal dilakukan dengan
cara vaginal toucher (VT)/ pemeriksaan dalam menggunakan jari
telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni
bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP), dan
pintu bawah panggul (PBP).
4) Pemeriksaan Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri ibu nulipara bila bagian terbawah
janin tidak masuk ke PAP pada usia kehamilan >36 minggu, perlu
dicurigai adanya CPD. Pada keadaan multipara penurunan janin
biasanya terjadi saat proses persalinan dimulai. Pada pemeriksaan
Leopold IV, penurunan kepala 2/5 menunjukkan proses
engagement sudah terjadi dan kemungkinan CPD setinggi PAP
dapat disingkirkan.
Penurunan kepala dapat dinilai melalui pemeriksaan dalam
dengan parameter spina ischiadika dan bagian terendah janin.
Station 0 berada setinggi spina ischiadika, station +4 dan +5
menunjukkan kepala sudah mencapai dasar panggul. Pada nulipara,
diagnosis CPD harus dipikirkan bila bagian terendah janin masih
berada pada station yang tinggi selama kala I dan II.
Pemeriksaan dengan manuver Mueller-Hillis atau Munro-
Kerr's head-fitting test dapat dilakukan untuk menilai kesempitan
PAP pada usia kehamilan yang cukup dan kepala belum engaged.
Manuver Mueller-Hillis ini dilakukan dengan mencekap bagian
suboccipital janin dari dinding abdomen ibu kemudian menekan ke
arah bawah PAP. Jika tidak ada kesempitan pada PAP maka kepala
dapat memasuki panggul.
Munro Kerr's head-fitting test juga menguji apakah kepala
janin dapat masuk ke PAP, dengan cara memberikan penekanan
pada kepala janin menggunakan tangan kiri ke arah panggul

12
(bawah) dan jari telunjuk dan tengah tangan kanan di dalam vagina
merasakan penurunan kepala dan ibu jari di bagian luar simfisis
pubis. Bila kepala dapat masuk dan turun, maka kemungkinan PAP
sempit dapat disingkirkan. Bila kepala terasa overlapping ke arah
simfisis (teraba oleh ibu jari) maka dapat dicurigai adanya CPD.
2. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik, CT-Scan dan MRI Pelvimetri.

2.8. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding CPD absolut adalah kelainan presentasi wajah,
presentasi occiput-posterior, dan presentasi alis posterior. Membedakan
presentasi tersebut dilakukan melalui pemeriksaan palpasi bagian janin
pada dinding abdomen bawah dan juga pemeriksaan dalam/ vaginal
toucher meraba bagian terbawah janin.9,10

Adanya jaringan pada uterus seperti fibroid uterus atau kondisi


plasenta previa juga dapat menghambat penurunan kepala janin ke
panggul. Massa di luar uterus seperti tumor ovarium yang besar bahkan
impaksi feses juga dapat mengganggu proses penurunan janin saat inpartu.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi dapat
digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan tersebut.9,10

2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terbaik untuk kondisi cephalopelvic
disproportion (CPD) adalah sectio caesarea (SC). SC dapat direncanakan
apabila hasil pemeriksaan kehamilan menunjukkan kesempitan panggul
atau terdapat tanda CPD yang jelas.1,6,9
SC dilakukan bila didapatkan janin dengan presentasi dahi atau
muka. SC juga dipertimbangkan apabila CPD disertai dengan faktor lain

13
seperti, primigravida tua, riwayat infertilitas lama, dan ibu hamil dengan
penyakit jantung.6.9
Seksio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder
yakni setelah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Seksio
sesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan
cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena
terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Seksio sesaria sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul
komplikasi untuk menyelesaikan persalinan sesegera mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.6
Persalinan percobaan ialah percobaan untuk persalinan pervaginam
pada wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan
hanya dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letaklainnya.6,9
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan
berakhir setelah kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat
berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir pervaginam. Persalinan
percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan
atau dibantu dengan ekstraksi (forseps atau vakum) dan anak serta ibu
dalam keadaan baik. Persalinan percobaan dapat dihentikan jika
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya, keadaan ibu atau anak
menjadi kurang baik, kalau ada lingkaran retraksi yang patologis, setelah
pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban kepala dalam 2 jam tidak mau
masuk kedalam rongga panggul walaupun his cukup baik, dan forsep yang
gagal.6

2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:1,6,9
1. Dari faktor ibu:
 Persalinan yang lebih lama, dapat menyebabkan keleahan pada ibu

14
 Rupture uteri jika his terlalu kuat dalam usaha melewati panggul
sempit
 Kelelahan dari otot uterus dapat menyebabkan infeksi intrapartum
 Fistel vesikovaginal dan rektovaginal akibat tekanan lama pada
jaringan yang dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
 Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di
dalam rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah
kelumpuhan nervus peroneus.

2. Dari faktor bayi:


 Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,
perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.
 Infeksi karena manipulasi
 Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian
leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus
brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata,
trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa
sampai lahir mati

2.12. PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai
faktor antaranya bentuk panggul, ukuran panggul, jadi derajat kesempitan,
kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul, besarnya kepala dan
kesanggupan moulage kepala, presentasi dan posisi kepala, dan his. Kejadia
Panggul sempit dapat menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara
lain1,6:
1. Morbiditas infeksi.
2. Ruptura uteri.
3. Laserasi servik.
4. Luka episiotomi yang meluas.

15
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan
pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal yang terjadi pada dkp adalah:1.6
1. Trauma persalinan
2. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih
berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah
berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks bernafas pada
janin)
3. Kelainan kongenital

16
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
1. Identitas pasien
Nama pasien : Ny. ER
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. PT kedukan Jaya RT 014 RW 005 Karya Jaya /
Kertapati/Kota Palembang/Sumatera Selatan

2. Identitas suami
Nama : Tn. MT
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. PT kedukan Jaya RT 014 RW 005 Karya Jaya /
Kertapati/Kota Palembang/Sumatera Selatan

3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari pada tanggal 25
November 2020 dengan keluhan mau melahirkan.

17
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan sakit
perut mau melahirkan anak ke 2 hamil cukup bulan. Perut terasa kencang
ada, keluar darah lendir tidak ada, keluar air-air tidak ada, sakit kepala
tidak ada, demam tidak ada. Gerakan janin aktif dirasakan ibu. Pasien
riwayat SC 1x 3 tahun yang lalu atas indikasi panggul sempit. Pasien
sebeelumnya sudah pernah melakukan USG pada tanggal 18/11/20 dan
diminta untuk datang lagi ke RS untuk persiapan SC pada tanggal
25/11/2020

3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 15 tahun
Sikluas Haid : 28 hari
Lama Haid : 5 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan Saat Haid : Nyeri hari pertama
HPHT : 07 Maret 2020
TP : 14 Desember 2020

4. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 14 tahun

Usia Menikah : 22 tahun

5. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan KB suntik

6. Riwayat ANC
Trimester I : 1 kali
Trimester II: 1 kali
Trimester III: 1 kali

18
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Aterm/ 2018 /laki-laki/2600gram/Dokter/SC
2. Hamil ini

8. Riwayat Penyakit Terdahulu


Hepatitis : disangkal
Asma : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes militus : disangkal
Hipertensi : disangkal
Alergi obat dan makanan : disangkal

9. Riwayat Penyakit Keluarga


Hepatitis : disangkal
Asma : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes militus : disangkal
Hipertensi : disangkal
Alergi obat dan makanan : disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 65 kg
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,0°C

19
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pemesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar sesuai umur kehamilan, skar
operasi (-), striae gravidarum (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar lien sulit dinilai
Genitalia : discharge (-)
Ekstremitas : akral hangat (+/+) edema (-/-)

B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Teraba bagian tidak bulat,lunak tidak melenting
(bokong)
TFU 2 jari dibawah proc. Xyphoideus (33 cm)

20
Leopold II : Situs memanjang, teraba punggung kanan
Leopold III : Teraba Bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Belum masuk PAP
DJJ : 170x/menit
TBJ : (33-11) x 155 = 3.410 gram

Pemeriksaan Dalam
Posisi portio : posterior
Konsistensi : Lunak
Pembukaan : 1cm
Ketuban : (+)
Pendataran : 10%
Presentasi : kepala
Penunjuk : kepala
Penurunan :-
Molase :-
Promontorium teraba : (+) 9,5 cm
CV= CD-(1,5cm-2cm) = 9,5cm-1,5cm = 8cm

21
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Rutin (Senin, 09 November 2020 pukul 20.14 WIB)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 10,3 12-14 g/dl


Leukosit 11000 5.000 – 10.000/ul
Trombosit 249.000 150.000 – 400.000/ul
Hematokrit 33 37-43%
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1 – 3%
Neutrofil Batang 2 2 – 6%
Neutrofil Segmen 76 50 – 70%
Limfosit 16 20 – 40%
Monosit 6 2 – 8%
BT 2 1-6menit
CT 8 10-15menit
Golongan Darah ABO B+

Pemeriksaan Kimia Darah (Rabu, 25 November 2020 pukul 18.17 WIB)

Hematologi Hasil Nilai Normal

HBsAG Negatif Negatif

Glukosa Darah Sewaktu 80 <180 mg/dL

Imunoserologi (Swab Antigen tanggal 26 November 2020 pukul - WIB:):

22
Hasil tidak terdeteksi

Pemeriksaan Darah Rutin (Jumat, 27 November 2020 pukul 10.06 WIB)

Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 10.2 12-14 g/dl

.
3.5 Diagnosis Kerja
G2P1A0 Hamil Aterm inpartu kala 1 fase laten janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan riwayat SC dan DKP.

3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre Partus:
IVFD RL gtt XX x/mnt
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Rencana SC tanggal 26 November 2020

Penatalaksanaan Post Partus:


Observasi KU, TTV dan perdarahan
IVFD RL + 2 oxytocin gtt 20x/mnt
Inj. Tramadol 3 x 1 gr
Pronalges Supp 4x1
Inj. Asam Traexamat 3x1amp

3.7 Laporan Operasi


Operasi dimulai pukul 09.30 WIB
Dilakukan anestesi spinal
Dilakukan aseptic antiseptic
Dilakukan insisi tranversal
Insisi tiap lapisan abdomen
Bayi lahir perempuan, BB: 3000gr, PB:47cm

23
Pengeluaran plasenta
Dilakukan jahit uterus – tiap lapisan abdomen sampai ke kutis
Operasi selesai pukul 11.30 WIB

Diagnosis pasca bedah : P2A0 pasca Operasi SC atas indikasi Riwayat SC


dan DKP
Tindakan : Sectio Sesaria Transperitonealis Profunda
3.8 Follow Up

Hari/Tanggal Follow Up

Kamis, 26 November S/ Os pindah bangsal dari OK


2020 pukul 12.00 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
T: 36oC
Perdarahan biasa, kontraksi uterus baik
Luka op tenang
A/ Post SC atas indikasi Riwayat Sc dan DKP pada P1A0
P/ Observasi KU, TVI dan DJJ
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj. Tramadol 3x1gram
Pronalges Supp 4x1

Jumat,27 November S/ Nyeri Post Op (+) berkurang , perdarahan (-)


2020 pukul 08.10 WIB O/ KU: Baik
Sensorium: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
N: 85 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,5°C
Kontraksi Uterus Baik
Lokhia: (+)

24
A/ Post SC atas indikasi Riwayat Sc dan DKP pada P1A0P/
Observasi KU dan TV
Observasi perdarahan
IVFD RL gtt XX x/menit
Obat:
Asam Mefenamat 3x500mg
Rencana Pulang

25
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Apakah Penegakkan Diagnosis pada Pasien Ini Sudah Tepat?


Ny. ER berusia 33 tahun beralamat di PT kedukan Jaya RT 014 RW
005 Karya Jaya / Kertapati/Kota Palembang/Sumatera Selatan dengan
diagnosa G2P1A0 Hamil Aterm Inpartu Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal
Hidup dengan riwayat SC dan DKP.
Dari anamnesis didapatkan hasil bahwa Pasien datang ke IGS RSUD
Palembang Bari dengan keluhan sakit perut mau melahirkan anak ke 2 hamil
cukup bulan. Perut terasa kencang ada, keluar darah lendir tidak ada, keluar
air-air tidak ada, sakit kepala tidak ada, demam tidak ada. Gerakan janin aktif
dirasakan ibu. Pasien riwayat SC 1x 3 tahun yang lalu atas indikasi Panggul
sempit. Pasien sebeelumnya sudah pernah melakukan USG pada tanggal
18/11/20 dan diminta untuk datang lagi ke RS untuk persiapan SC pada
tanggal 25/11/2020

Berdasarkan anamnesis diatas, didapatkan adanya riwaya operasi SC 3


tahun yang lalu atas indikasi panggul sempit, dari pemeriksaan fisik terdapat
kelainan bentuk tubuh ibu (pendek).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
tanda vital didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80x/m, RR 20x/m
dan temperatur 36.20C. Pada pemeriksaan kepala, leher, thorak dan
ekstremitas tidak dijumpai adanya kelainan.
Pada pemeriksaan obstetric leopod 4 didapatkan kepala anak belum
turun pintu atas panggul setelah usia kehamilan 38 minggu yang merupakan
prasangka adanya panggul sempit. Dan pada pemeriksaan vaginal toucher
teraba promontorium (+) yang merupakan dugaan adanya kesempitan panggul
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin masih dalam batas normal

26
Berdasarkan pembahasan diatas, diagnosa G2P1A0 Hamil Aterm Inpartu
Kala 1 Fase Laten Janin Tunggal Hidup riwayat SC dan DKP

4.2. Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat?

Setelah dianamnesis pasien mendapat tatalaksana awal IVFD RL gtt


20x/menit, Inj. Ceftriaxone 2x1 gram dan direncanakan Sectio Caesaria (SC).
Pada pasien diberikan antibiotik berupa ceftriaxone 2x1gram IV (Skin test).
Ceftriaxone merupakan antibiotik spektrum luas yang termasuk ke dalam
golongan obat sefalosporin. Antibiotika profilaksis juga perlu diberikan untuk
mencegah kemungkinan infeksi khususnya dengan infeksi pascaoperasi.
Tatalaksana awal yang diberikan sudah tepat.

Pada pemeriksaan obstetric leopod 4 didapatkan kepala anak belum


turun pintu atas panggul setelah usia kehamilan 38 minggu yang merupakan
prasangka adanya panggul sempit. Tindakan persalinan dengan cara section
Caesar adalah pilihan yang tepat pada kasus ini. Melihat riwayat persalinan
pasien ini pun yang sebelumnya dilakukan dengan SC. Pada pasien ini
didapatkan CV=8 cm yang merupakan indikasi absolute section caesaria dan
apabila tidak dilakukan section caesaria dapat terjadi rupture uteri karena his
yang kuat dan ditambah adanya riwayat section caesaria sebelumnnya.
Pasien hari pertama post SC mendapat tatalaksana berupa IVFD RL gtt
XX x/mnt + Oxytocin 2 amp, antibiotic Inj. tramadol 3x1amp, pronalges sup
4x1. Pada hari pertama post SC tatalaksana yang diberikan sudah adekuat.
Pemberian cairan RL bertujuan untuk menggantikan kehilangan cairan
yang terjadi akibat perdarahan pada saat dilakukan operasi. Pemberian
oxytocin bertujuan untuk meningkatkan kontraksi dari uterus sehingga akan
terjadi involusi uteri untuk mencegah terjadinya perdarahan. tramadol
diberikan sebagai analgetik dan merupakan salah satu obat dari golongan
OPIOID.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
2. Tatalaksana pada kasus sudah tepat, yaitu dilakukan evakuasi dengan
cara section caesarea.

5.2. Saran
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan ini, adapun saran yang dapat penulis
berikan yaitu:
1. Sebagai upaya pencegahan, dokter muda sebaiknya lebih giat dalam
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar rutin melakukan Ante
Natal Care (ANC) baik di rumah sakit maupun di puskesmas agar
mampu mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk
pemantauan kesejahteraan janin.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.
2. Rusleena T, Kasemsri S, Theera T. Short stature as an independent risk
factor for cephalopelvic disproportion in a country of relatively small-
sized mothers. Arch Gynecol Obstet. 2012; 285(6); 1513-6.
3. Carol KB, Nina C, Jennifer T. The challenging pelvic examination. J
Gen Intern Med. 2011; 26(6):651-7.
4. Stalberg K, Bodestedt A, Lyrenäs S & Axelsson O. A narrow pelvic
outlet increases the risk for emergency cesarean section. Acta Obstet
Gynecol Scand. 2006; 85(7):821-4.
5. World Health Organisation. The World Health Report 2005: Making
every mother and child count. Geneva, Switzerland: WHO, 2005.
6. Pahlevi IR. Multigravida Dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi
Disproporsi Kepala Panggul Dengan Penyerta Tumor Paru, Kekurangan
Energi Kronik Dan Anemia Berat. 2017. Medula;7(4):30-36
7. Fantu S, Segni H, Alemseged F. Incidence, causes and outcome of
obstructed labor in Jimma University Specialized Hospital. Ethiop J
Health Sci. 2010;20(3):145-151.
8. Sumelung V, Kundre R, Karundeng M. Faktor-faktor yang berperan
meningkatnya angka kejadian sectio caesarea di Rumah Sakit Umum
Daerah Liun Kendage Tahuna. Ejournal Keperawatan. 2014;2(1):p1-7.
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS,
Hoffman BL. William Obstetrics 24th Edition. New York: McGraw-Hill
Education; 2014.
10. Ansari A, Akhtar S, Aamir M. Causes and management of high fetal
head in primigravida at term. Pak Armed Forces Med J. 2008;58(1):16-
20.

29

Anda mungkin juga menyukai