Pembimbing :
Irawati Harum, Amd.Keb
Disusun Oleh :
Melania Irene Atti
192111042
D-III KEBIDANAN
Disetujui,
CI Lahan CI Institusi
CI Institusi
Ditetapkan di : Kupang
Puji dan syukur kepada yang Maha Esa atas berkatnya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Intrauterine fetal death”. Laporan
kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Praktik kebidanan.
Selesainya laporan kasus ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Irawata Harum, Amd.Keb selaku pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak terdapat
kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis sangat
memerlukan kritik dan saran. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi para
pembaca.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009).
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau
akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati
(Saifuddin,2008).
Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara dengan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang cukup tinggi yaitu 25,5% pada tahun 2016.1 Angka Kematian Bayi
merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menilai status
kesehatan anak, status kependudukan dan kondisi perekonomian wilayah tertentu.
Angka kematian bayi merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang berakibat
langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, atau
kondisi prenatal, dan juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat secara umur. 2
Dua per tiga dari AKB adalah kematian neonatal dan dua per tiga dari kematian
neonatal tersebut adalah kematian perinatal.3
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan adanya hubungan antara usia
ibu saat kehamilan dengan angka kejadian kematian janin dalam rahim. Wanita
yang hamil usia dibawah 20-34 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami kematian janin dalam rahim terutama pada usia ≤16 tahun. 9 Selain itu,
ditemukan peningkatan risiko terjadinya IUFD sebanyak 40-50% pada wanita usia
>35 tahun dibandingkan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko ini lebih berat pada
primipara dibanding multipara dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti
kunjungan antenatal care, kebiasaan merokok, faktor sosioekonomi dan berat
maternal.10
Faktor Predisposisi
Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab kematian
janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta.
1) Faktor maternal antara lain adalah post term (>42 minggu), diabetes
mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi hipertensi,
pre-eklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus,
rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
2) Faktor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan
congenital, kelainan genetic, infeksi.
3) Faktor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, KPD,
vasa previa.
Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intra uterine meningkat
pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum), kegemukan,
ayah berusia lanjut.
Etiologi
Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
2) X-Ray
a) Spalding’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling
tumpah tindih, pencairan otak dapat menyebabkan overlapping
tulang tengkorak.
b) Nanjouk’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung.
c) Robert’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada
pembuluh darah besar. Tanda ini ditemui setelah janin mati
paling kurang 12 jam.
d) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin.
Diagnosis
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :
1) Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak
akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang
biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia
kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak
bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
2) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada
kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak
adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
3) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
4) Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang
tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung
secara berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian, foto
rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku emas
untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan tidak adanya
aktifitas jantung janin setelah usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi
lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin.
Diagnosis Banding
Prognosis
Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan
janin yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami
koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy
atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan darah secara
berlebihan.
BAB III
KESIMPULAN
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Tidak merasakan gerakan janin.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke VK/NIFAS RSUD SK. Lerik kupang dengan keluhan
tidak merasakan adanya gerakan janin sejak 1 hari yang lalu. Ibu merasa terakhir
ada gerakan janin pada pukul 4 sore 1 hari sebelum datang ke poli. Malam harinya
ibu merasakan mules seperti ingin BAB, namun pada saat itu gerakan janin sudah
tidak dirasakan hingga keesokan harinya. Ibu bahkan mengaku 2 hari sebelumnya
baru saja memeriksakan kandungannya di Bidan dan pada saat itu gerakan janin
masih aktif serta DJJ baik.
Tidak ada keluhan lain seperti lendir darah, rembes air ketuban, mules-
mules. Tidak ada keluhan sistemik lain seperti pusing, nyeri kepala, mata
berkunang, mata kabur, dada sakit, sesak nafas, mual, muntah berlebih,
kelemahan anggota gerak.
Riwayat Obstetri
Pasien baru mengalami kehamilan pertama sebelumnya tidak pernah
melahirkan maupun keguguran. Pasien sudah menikah selama 4 tahun.
Riwayat Menarche
Pasien pertama kali haid pada usia 12 tahun, haid rutin setiap bulan dan
siklus 28 hari dengan lama menstruasi 5 hari. Terakhir menstruasi adalah 13
November 2021 dengan hari perkiraan lahir 20 Agustus 2022.
Riwayat ANC
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di bidan tetapi tidak
pernah melakukan kontrol rutin ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Riwayat KB
Belum pernah memakai
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes mellitus : Tidak
Hipertensi : Tidak
Asma : Tidak
Alergi : Tidak
Infeksi saluran kemih : Tidak
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat diabetes mellitus : Tidak
Hipertensi : Tidak
Asma : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga
Perilaku Kesehatan
Merokok : Ya
Minum-minuman beralkohol : Ya
Konsumsi narkoba : Tidak
Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Tidak
Memiliki hewan peliharaan : Tidak
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan 78 kg
Tinggi badan 162 cm
Tanda vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36.7
RR : 20x/menit
Kepala : Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks
Paru : Vesikuler (+), tidak ada rhonki maupun wheezing
Jantung : S1S2 reguler, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, tungkai tidak edem.
Status Obstetrik
Inspeksi : membuncit, membujur, linea nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas sc (-)
Palpasi
D. Diagnosis Kerja
G1P0A0 38 tahun hamil 41 minggu, janin 1 mati intrauterin, presentasi kepala
sudah masuk PAP, puka, belum dalam persalinan.
E. Pemeriksaan Penunjang
USG
Tanggal 29 Agustus 2021 hasil menunjukan air ketuban cukup, plasenta di atas,
TBJ 3420 gram, DJJ (-), kepala dibawah.
G. Penatalaksanaan
Diagnosis Kerja: Ny.I G1P0A0 41 tahun hamil 41 minggu IUFD.
1. IP Dx :
a. Subjektif : Anamnesis
b. Objektif : His, DJJ, Bishop score, Tes darah rutin, Proteinuria, EKG, USG,
CTG
2. IP Tx :
- Pasang IV Line untuk Induksi persalinan dengan RL + oksitosin 10 tpm,
selang 10 menit 20 tpm.
- Pasang oksigen 3 liter
3. IP Mx :
- Monitoring KU, TTV
- Monitoring bishop skor atau pembukaan
4. IP Ex
- Posisi ibu miring kiri
- Motivasi induksi persalinan
- Motivasi rawat inap untuk pasien
- Motivasi bila persalinan tak maju, indikasi sectio cesaria
- Beri pasien dan keluarga penjelasan tentang kondisi pasien beserta
janin serta penanganannya
H. Persalinan Spontan
Kala I
16.30 Belum pembukaan
Induksi persalinan pembukaan lengkap pukul 10.30 keesokan hari
Kala II
10.45 bersalin spontan
Kala III
KU : baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Perdarahan : 50 ml
Kontraksi uterus : baik
Plasenta : lahir pervaginam, lengkap, selaput amnion
lengkap
Kala IV
II. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA