Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
<2500 gram tanpa memandang masa gestasi.BBLR dapat disebabkan oleh
beberapa hal misalnya, kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan
atau kombinasi keduanya.1
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni
dan dismaturitas. Berdasarkan berat badan lahir, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa kelompok, yaitu :1
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
Bayi BBLR memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan bayi berat badan
lahir normal untuk mengalami gangguan setelah kelahiran. Beberapa gangguan
yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah asfiksia, gangguan nafas dan ikterus
neonatorum. 3
Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering ditemukan pada
neonates terutama BBLR (bayi berat lahir rendah). Hal ini dipengaruhi oleh
belum matangnya organ-organ dalam tubuh. Ikterus terbagi menjadi 2 yaitu
ikterus fisiologis (normal) dan ikterus patologis (abnormal). Untuk membedakan
keduanya adalah berdasarkan waktu timbul dan hilangnya ikterus.1,2

Hal yang paling ditakutkan pada ikterus adalah komplikasinya yaitu


Terjadi kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlangketan bilirubin indirek
pada otak. Pada kernikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain :
bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu
(involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya
opistotonus. Kernikterus dapat berujung pada kerusakan sel-sel otak dan
kematian. 1,2

1
Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis merupakan suatu infeksi yang
mengindikasikan sekumpulan gejala dan gambaran inflamasi sistemik berupa
suhu tubuh abnormal (hipotermi/hipertermi), leukositosis/leukopenia, takikardi
dan takipnea.1
Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang berkembang masih
cukup tinggi (1,8 18 pasien / 1000 kelahiran) dibanding dengan negara maju (1
5 pasien / 1000 kelahiran). Pada bayi laki-laki risiko sepsis 2 kali lebih besar
dari bayi perempuan. Kejadian sepsis juga meningkat pada BKB (Bayi Kurang
Bulan) dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).4

Diagnosis klinis sepsis neonatal mempunyai masalah tersendiri. Gambaran


klinis pasien sepsis neonatal tidak spesifik. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak
berbeda dengan penyakit non-infeksi bayi baru lahir lain seperti sindrom
gangguan napas, perdarahan intrakranial dan lain-lain. Sampai saat ini, biakan
darah masih merupakan baku emas (Gold Standard) dalam diagnosis sepsis.2
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis
neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan
membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis
harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotik
secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya
perjalanan penyakit.4

2
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : By. I
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 19 Oktober 2016
Tanggal masuk : 22 Oktober 2016
Agama : Islam
Bangsa / Suku : Indonesia
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan : IRT
Nama Ayah : Tn.S
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat Orang Tua : Desa Pedanda Pasangkayu

ANAMNESIS
Bayi perempuan masuk dari IGD rujukan dari RS Pasangkayu lahir tanggal
19 oktober 2016, bayi masuk dengan BBLR, ikterus (+), tali pusat berbau dan
dibubuhi daun sirih dngan kunyit. Riwayat persalinan bayi lahir di rumah ditolong
oleh dukun lahir langsung menangis, riwayat ketuban tidak diketahui. Berat badan
lahir 2000 gram, panjang badan lahir 43 cm, lingkar kepala 32 cm. Penanganan
dari RS pasangkayu IVFD Dextrose 10% 6 tts/mnt, inj. Cefotaxime 2x 100 mg/iv,
ASI. Saat tiba di kamar bayi ikterus (+) kreamer IV, pasang infus dari IGD,
sampai di kamar bayi infus hematom aff infus. Sesak (-), merintih (-) tali pusat
terputus dan berbau (+), tonus otot aktif, trismus (-), opistotonus (-),
Riwayat maternal ibu, riwayat kehamilan ibu G1P0A0, selama kehamilan ibu
melakukan ANC rutin setiap bulan di Bidan. Riwayat febris tidak ada,
preeklamsia tidak ada, anemia tidak ada, tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu

3
selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok selama
hamil. Nafsu makan selama kehamilan menurun dan gizi ibu selama hamil
kurang.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital
Denyut Jantung : 145 kali/ menit
Respirasi : 45 kali/menit
Suhu : 36,9oC
Berat Badan : 2000 gram
Panjang Badan : 43 cm
Lingkar Lengan : 7,5 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Perut : 31 cm

1. Sistem Pernapasan
- Sianosis : tidak ada
- Merintih : tidak ada
- Apnea : tidak ada
- Retraksi dinding dada : tidak ada
- Pergerakan dinding dada : tidak ada
- Pernapasan cuping hidung : tidak ada
- Stridor : tidak ada
- Bunyi Pernapasan : bronchovsiculer +/+
- Bunyi Tambahan : whezeeng -/-, Rhonkhi -/-
- Skor DOWN
Frekuensi Napas : 45 x/menit (0)
Retraksi dinding dada: tidak ada retraksi (0)

4
Sianosis : tidak ada sianosis (0)
Udara masuk : udara masuk baik (0)
Merintih : tidak ada merintih (0)
Total Skor :0
Kesimpulan : tidak ada gangguan napas

2. Sistem Kardiovaskuler
- Bunyi Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler
- Murmur : tidak ada murmur
3. Sistem Hematologi
- Pucat : tidak ada
- Ikterus : tidak ada
4. Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : tidak ada
- Residu Lambung : tidak ada
- Organomegali : tidak ada
- Peristaltik : Positif, Kesan Normal
- Umbilikus
Keluaran : Bau busuk, pus tidak ada, darah tidak ada
Warna kemerahan : kemerahan
Edema : edema tidak ada
5. Sistem Saraf
- Aktivitas : Bayi kurang aktif
- Kesadaran : Compos Mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum menyatu
- Refleks Cahaya : positif
- Kejang : tidak ada
6. Sistem Genitalia
- Perempuan : dalam batas normal
7. Pemeriksaan Lain

5
- Ekstremitas : Lengkap
- Turgor : baik
- Tulang Belakang : Normal
- Kelainan Kongenital : tidak ditemukan kelainan
- Trauma Lahir : Tidak ada trauma lahir

Score sepsis

Kriteria A

- Kejang
- Persalinan di lingkungan yang kurang higienis (bersalin di tolong oleh
dukun tali pusat bayi di potong dengan silet)

Kriteria B

- Aktivitas berkurang
- Tanda-tanda muncul setelah hari ke empat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan


GDS 67 mg/Dl 80-99 mg/dL
RBC 5,5 x 106/uL 4,7 6,1 x 106/uL
WBC 18,8 x 103/uL 4,8 10,8 x 103/uL
HGB 19,6 g/dL 14 18 g/dL
HCT 51,7% 42 52 %
PLT 247 x 103/uL 150 450 x 103/uL
BILIRUBIN TOTAL 9,10 < 15 mg/dl
BILIRUBIN DIREK 0,49
BILIRUBIN 8,61
INDIREK

6
Pemeriksaan Morfologi Sel Darah
Eritrosit: Anisopoi kilositosis, normositik normokrom, targrt sel (+), beda inklusi
tidak ditemukan, normoblast tidak ditemukan
Leukosit: Jumlah cukup, PMN > limfosit, granulasitoksik (+), vakuolisasi (+), sel
muda tidak ditemukan
Trombosit: Jumlah kesan cukup, giant trombosit (-), aggregasi (+ +)
Kesan: Gambaran eritrosit normositik normokrom disertai leukosit dengan
tanda-tanda infeksi

Resume :
Bayi perempuan masuk dari IGD rujukan dari RS Pasangkayu lahir tanggal
19 oktober 2016, bayi masuk dengan BBLR, ikterus (+), tali pusat berbau dan
dibubuhi daun sirih dngan kunyit. Riwayat persalinan bayi lahir di rumah ditolong
oleh dukun lahir langsung menangis, riwayat ketuban tidak diketahui. Berat badan
lahir 2000 gram, panjang badan lahir 43 cm, lingkar kepala 32 cm.
Pada pengukuran tanda vital saat tiba di HCU, DJ 145 kali/ menit, suhu
36,9C, respirasi 45 kali/ menit, LK 34 cm, LD 32 cm dan LP 31 cm. pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan bayi ikterus (+) kreamer IV, kejang (-), apneu
(-), retraksi intercostal dan substernal (-), bunyi pernapasan bronkovesikuler pada
seluruh lapangan paru, bunyi tambahan ronkhi -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni regular, murmur (-), gallop (-). Perut tampak cembung, peristaltik (+) kesan
normal, organomegali (-). Tali pusat ditaburi kunyit dan daun sirih, Buang air
besar biasa dan buang air kecil lancar. Akral hangat +/+. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan WBC 18,8 x 103/uL, GDS 67 mg/Dl, bilirubin total 9,10,
bilirubin direck 0,49, dan bilirubin indireck 8,61. Pada pemeriksaan ADT
didapatkan kesan gambaran eritrosit normositik normokrom disertai leukosit
dengan tanda-tanda infeksi.
Riwayat maternal ibu, riwayat kehamilan ibu G1P0A0, selama kehamilan ibu
melakukan ANC rutin setiap bulan di Bidan. Riwayat febris tidak ada,
preeklamsia tidak ada, anemia tidak ada, tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu
selama kehamilan. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok selama

7
hamil. Nafsu makan selama kehamilan menurun dan gizi ibu selama hamil
kurang.

DIAGNOSIS KERJA: BBLR + Ikterus neonatorum + Kecurigaan besar sepsis

TERAPI :

IVFD Dextrose 10% 10 tts/menit


Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (inj hari ke 2)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (inj hari 1)
Inj Vit K 1 mg/im
Rawat tali pusat- oles gentian violet
Rawat inkubator
Puasakan (H-1)

8
FOLLOW UP
Perawatan hari ke 2 (23 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), ikterus (+), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 150x/menit
Pernapasan : 48x/menit
Suhu : 37
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) kremer IV
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas kurang aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR + Ikterus Neonatorum + Kecurigaan besar sepsis

P: - IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 12 tts/menit


Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (3)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (2)
PUASAKAN (H-2)
Rawat tali pusat
Rawat inkubator

9
Perawatan hari ke 3 (24 Oktober 2016)
S:Febris (+), sesak (-), kejang (+), ikterus (+), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 145 x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
Suhu : 39
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kreamer IV
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas kurang aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (+).

A: BBLR + Ikterus neonatorum + Kecurigaan besar sepsis

P: - IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 10 tts/menit


Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (4)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (3)
PUASAKAN (H-3)
Rawat tali pusat
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv

10
Perawatan hari ke 4 (25 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), ikterus (+), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 140x/menit
Pernapasan : 51 x/menit
Suhu : 36,8
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) kreamer IV
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas kurang aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR + Ikterus neonatorum + Kecurigaan besar sepsis

P: - O2 0,5-2 Lpm
IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 10 tts/menit
Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (5)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (4)
Sonde Asi/Pasi 2cc/4jam (TF)
Rawat tali pusat
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv

11
Perawatan hari ke 5 (26 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), ikterus (+), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 150x/menit
Pernapasan : 45 x/menit
Suhu : 36,9
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) kreamer III
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR + Ikterus neonatorum + Kecurigaan besar sepsis

P: - O2 aff
IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 10 tts/menit
Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (6)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (5)
Sonde Asi/Pasi 2 cc/2 jam
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv

12
Perawatan hari ke 6 (27 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), ikterus (-), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 135 x/menit
Pernapasan : 48 x/menit
Suhu : 37
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR + Kecurigaan besar sepsis


P:
IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 6 tts/menit
Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (7)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (6)
Sonde Asi/Pasi 14 cc/2 jam, belajar minum langsung
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv
PMK intermiten

13
Perawatan hari ke 7 (28 Oktober 2016)
S:Febris (+), sesak (-), kejang (-), ikterus (-), letargi (-), muntah (-). BAB (+),
BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 152 x/menit
Pernapasan : 46 x/menit
Suhu : 37
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR + Kecurigaan besar sepsis

P: - IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 6 tts/menit


Inj cefotaxime 80 mg/12 jam/ iv (8)
Inj gentamicine 5 mg/12 jam/ iv (7)
Sonde Asi/Pasi 14 cc/2 jam, belajar minum langsung
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv
PMK intermiten

14
Perawatan hari ke 8 (29 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-). BAB (+), BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 141 x/menit
Pernapasan : 46 x/menit
Suhu : 37,1
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR

P: - IVFD Dextrose 10% (4): Nacl 0,9% (1) 6 tts/menit aff


Sonde Asi/Pasi 24 cc/2 jam,
Rawat inkubator
Luminal 4 mg /2x1 pulv terakhir
PMK intermiten

15
Perawatan hari ke 9 (30 Oktober 2016)
S:Febris (+), sesak (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-). BAB (+), BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 126 x/menit
Pernapasan : 48 x/menit
Suhu : 37,5
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR

P: - Asi/Pasi on demand
Rawat tali pusat
PCT 3 x 0,2 cc (k/p)

16
Perawatan hari ke 10 (31 Oktober 2016)
S:Febris (-), sesak (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-). BAB (+), BAK (+).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 152 x/menit
Pernapasan : 56 x/menit
Suhu : 36,9
Berat Badan : 2000

Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi


dinding dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+), pernapasan
cuping hidung (-).
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR

P: - Rencana pulang
Jemur matahari pagi

17
DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini yaitu BBLR + ikterus neonatorum + kecurigaan


besar sepsis. ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan ibu tidak menderita penyakit
selama kehamilan, ibu tidak meminum sembarangan obat saat hamil dengan ANC
yang rutin tiap bulan. Pada saat hamil ibu kurang makan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi adalah 2,000
gram sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR).Bayi berat lahir rendah
(BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).1,3
Berdasarkan berat badan lahir, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

Bayi BBLR dapat di golongkan menjadi 2 golongan, yaitu :1,3


1. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi tresebut atau biasa disebut dengan neonatus kurang
bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Pada kasus ini berat badan bayi adalah 2000 gram, bayi ini termasuk dalam
kelompok bayi berat lahir rendah (BBLR).

18
Faktor-faktor yang berkaitan dengan retardasi pertumbuhan intrauterin adalah
sebagai berikut (2):
a. Janin
- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)
- Infeksi janin yang kronis
- Anomali kongenital
- Jejas radiasi
- Kehamilan multiple
- Aplasia pancreas
b. Plasenta
- Berat plasenta atau selularitas kurang
- Infark
- Tumor (korioangioma)
- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)
c. Ibu
- Toksemia
- Penyakit hipertensi dan ginjal
- Malnutrisi
- Anemia
- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)
- Riwayat BBLR sebelumnya
- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun

Stres dapat mempengaruhi bayi lewat perubahan fisik yang terjadi akibat
stres, seperti peningkatan detak jantung, dan peningkatan hormon adrenalin. Pada
penelitian lain didapatkan bahwa ibu hamil yang mempunyai stres yang tinggi
dapat meningkatkan resiko kelahiran bayi prematur.
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan
kuning terjadi bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl, Sedangkan dikatakan
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl. 1

19
Ikterus terbagi atas 2 yaitu :
a. Ikterus fisiologis
Terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan nilai puncak 6-8
mg/dl biasanya tercapai pada hari ke-3-5. Pada bayi kurang bulan nilainya 10-
12 mg/dl bahkan sampai 15 mg/dl. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum <
5 mg/dl/hari. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
b. Ikterus patologis (non fisiologis)
Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan . Peningkatan/akumulasi bilirubin
serum > 5 mg/dl/hari. Bilirubin total serum > 17 mg/dl pada bayi yang
mendapat ASI . Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau
setelah 14 hari pada bayi kurang bulan. Bilirubin direk > 2 mg/dl.

Untuk menegakan diagnosis ikterus yaitu


a. Anamnesis :Riwayat ikterus pada anak sebelumnya, riwayat keluarga anemia
dan pembesaran hati dan limpa, riwayat penggunaan obat selama ibu hamil,
riwayat infeksi maternal, riwayat trauma persalinan, asfiksia.6
b. Pemeriksaan fisik : 6
Umum : Keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll)
Khusus:Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan
dan dilakukanpada pencahayaan yang memadai.

20
Gambar 1. Penentuan derajat ikterus

c. Pemeriksaan laboratorium: kadar bilirubin, golongan darah (ABO dan Rhesus)


ibu dan anak, darah rutin, hapusan darah, Coomb tes, kadar enzim G6PD (pada
riwayat keluarga dengan defisiensi enzim G6PD).6
d. Pemeriksaan radiologis : USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan)6

Gambar 2. Fisiologi Metabolisme bilirubin

21
Pada kasus ini, pada umur bayi 3 hari bayi mengalami ikterus yang dinilai
secara klinis sebagai kremer 4, ikterus pada bayi ini menunjukan ikterus
fisiologis. Penilaian klinis ikterus kremer 4 adalah kondisi dimana didapatkan
pewarnaan kuning pada seluruh wajah, leher dan badan dengan umbilikus, dari
umbilikus sampai pada lutut dan kaki pada penampakan klinis ini di perkirakan
kadar bilirubin dalam tubuh bayi adalah sebesar 12,4 mg/dl.
Pada saat bayi masuk karena ikterus sudah mencapai kremer 4 maka
dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin total,bilirubin direk dan bilirubin indirek
dengan hasil pemeriksaan yaitu kadar bilirubin total 9,10 mg/dl dan bilirubin direk
0,49 mg/dl ,dan kadar bilirubin indireck 8,61 mg/dl. Pada kasus ini ikterus
menghilang pada perawatan hari ke 6 dimana umur bayi 8 hari. Hal ini
mengindikasikan bahwa ikterus pada bayi ini merupakan ikterus fisiologis.

Terdapat 4 mekanisme umum tentang patofisiologi terjadinya ikterus pada


neonatus yaitu:
a. Pembentukan bilirubin yang berlebihan akibat proses hemolisis yang
meningkat pada neonatus (akibat sepsis, perdarahan tertutup, inkompatibilitas
darah,hematoma darah ekstravaskuler, kelainan sel darah merah intrinsik) dan
bisa secara fisiologis mengingat umur eritrosit pada neonatus cenderung lebih
pendek sekitar 80-90 hari.
b. Gangguan transportasi bilirubin tak terkonjugasi oleh hati akibat
hipoalbuminemia sehingga kapasitas pengangkutan bilirubin tak terkonjugasi
(indirect) berkurang.
c. Gangguan Uptake ikatan bilirubin dan albumin oleh hati akibat difesiensi
enzim glucorinil transferase yang dapat bersifat fisiologis. Kekurangan enzim
ini biasa terjadi pada hepar yang imatur pada bayi preterm, dapat juga terjadi
pada pasien hipotiroid.
d. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intra
hepatik yang bersifat obstruktif fungsional atau mekanik ataupun akibat
peningkatan sirkulasi enterohepatik.

22
Untuk penatalaksaan dari ikterus terdiri dari beberapa cara yaitu :

a) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)


Pada bayi yang kuning sebagian ibu-ibu menghentikan pemberian ASI.
Justru pemberian ASI tidak boleh dihentikan, bahkan harus ditingkatkan (lebih
kurang 10-12 kali sehari)2. Banyak minum ASI dapat membantu menurunkan
kadar bilirubin, karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan
kotoran bayi. Sedangkan pemberian banyak air putih tidak akan menurunkan
kadar bilirubin2,8
b) Terapi sinar
Dilakukan di klinik atau rumah sakit. Caranya yaitu dengan memberikan
sinar lampu berspektrum 400-500 nanometer pada kulit bayi.Dengan terapi
sinar bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah sehingga mudah larut dalam air,
dieksresikan dengan cepat ke dalam kandung empedu dan dikeluarkan dari
dalam tubuh.2
c) Transfusi tukar
Ialah suatu tindakan mengganti darah bayi yang mengandung kadar
bilirubin yang sangat tinggi (lebih dari 20 mg/dl pada bayi usia 2 hari, lebih
dari 25 mg/dl pada bayi usia lebih dari 2 hari) dengan darah donor yang sesuai
dengan darah bayi.2
d) Terapi dengan sinar matahari
Terapi dengan sinar matahari saat ini masih menjadi perdebatan. Dasar
pemberian sinar matahari karena sinar matahari mempunyai panjang
gelombang sekitar 450-460 nm. Sinar yang mempunyai spektrum emisi pada
panjang gelombang tersebut (warna biru, putih dan sinar matahari), akan
memecah bilirubin menjadi zat yang mudah larut dalam air.2,8
Bayi yang kuning dengan kadar fisiologis, dapat dijemur di bawah sinar
matahari pagi antara pukul 07.00 sampai 09.00, adalah merupakan waktu yang
paling efektif, jadi tidak dapat sepanjang waktu, serta belum terlalu panas.
Penjemuran biasanya diberikan selama lebih kurang 15 hingga 30 menit2. Bayi

23
dijemur tanpa busana, lindungi mata dan kemaluan bayi dari sorot sinar
matahari secara langsung.2

Kuning ialah suatu pertanda, merupakan proses alamiah walaupun dapat pula
menjadi sesuatu yang patologis. Yang penting diperhatikan ialah kuning harus
dapat dikendalikan sehingga tidak menjadikan bahaya. Penjemuran dengan sinar
matahari masih dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang
menjadi kontra indikasi.5
Pada penilian skor sepsis pada kasus ini didapatkan kategori A : kejang
dan persalinan di lingkungan yg kurang higienis. Kategori B : letargi atau lunglai
dan tanda-tanda mulai muncul sesudah hari keempat. Bayi memiliki 2 kategori A
dan 2 kategori B dengan kesimpulan kecurigaan besar sepsis. Sepsis neonatorum
merupakan infeksi sistemik pada bayi baru lahir yang muncul pada satu bulan
pertama kehidupan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh
seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis dapat menjadi suatu
kondisi serius yang dapat mengancam kehidupan bayi.
Berdasarkan klasifikasi, sepsis neonatorum dibagi menjadi sepsis awitan
dini dan sepsis awitan lambat. Sepsis awitan dini terjadi dalam waktu <72 jam
setelah lahir dan lebih banyak dikaitkan dengan infeksi mikroorganisme yang
diperoleh dari ibu. Infeksi transplasenta atau infeksi mikroorganisme yang
melakukan kolonisasi serviks yang menyebar secara ascending dapat menjadi
penyebab dari infeksi. Mikroorganisme yang paling sering terlibat adalah
Streptokokus Grup B, Eschericia coli, Haemophilus influenza, dan Listeria
monocytogenes.4
Pada sepsis nenotorum awitan dini faktor resiko mayornya adalah ketuban
pecah dini > 24 jam, ibu demam intrapartum dengan suhu > 38oC,
korioamnionitis, denyut janin yang menetap > 160x/menit, dan ketuban berbau.
Sedangkan faktor resiko minor meliputi ketuban pecah > 12 jam, ibu dengan
demam intrapartum >37,5oC, nilai APGAR rendah (menit I <5, menit ke 5<7),
bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (<1500gram), usia gestasi < 37
minggu, kehamilan ganda, keputihan pada ibu yang tidak dapat diobati, dan ibu
dengan ISK/tersangka ISK yang tidak diobati.

24
Sepsis neonatorum awitan lambat terjadi akibat bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi terjadi secara
horizontal dan termasuk didalamnya infeksi nosokomial.1 Pada sepsis awitan
lambat, atau infeksi yang terjadi pada usia 72 jam 28 hari, infeksi terjadi akibat
perawatan pasca lahir yang kurang higienis. Organisme yang terlibat diantaranya
adalah Staphylococcus aureus, E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter,
dan Candida.4
Pada bayi ini, faktor predisposisinya umbilikus pada bayi ditaburi kunyit
dan daun sirih sehingga termaksud dalam sepsis neonatorum awitan lambat terjadi
akibat bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir.
Pada pasien ini gejala klinis yang ditemukan bayi tampak lemah. Gangguan
fungsi organ tubuh yang ditemukan seperti, terdapat kelainan susunan saraf pusat
(letargi, malas isap, bayi menjadi iritabel dan kejang), kelainan gastrointestinal
(distensi abdomen).

Gambaran klinis pasien sepsis neonatus tidak spesifik. Gejala sepsis klasik
yang ditemukan pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun keterlambatan
dalam menegakkan diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Gejala
klinis yang terlihat sangat berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan
respon tubuh terhadap masuknya kuman. Selanjutnya akan terlihat berbagai
kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan
saraf pusat (letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah kadang-kadang terdengar
high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan
kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis, akral dingin). Bayi dapat pula
memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan
respirasi (perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi
minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang, takipnea, apnea, merintih
dan retraksi).5
Pada kasus ini, didapatkan dari kriteria terdapat 2 kategori A, dan 2 kategori
B, dari hasil skor sepsis menandakan bahwa pasien ini kecurigaan besar sepsis
maka penatalaksanaan yang diberikan untuk menangani sepsisnya adalah

25
diberikan antibiotik ampisilin dan gentamicin, bila setelah 2 hari pengobatan tidak
ada perubahan maka ampisilin dapat digantikan dengan sefotaksim, masing-
masing dengan dosis sebagai berikut: 3

Antibiotik Cara pemberian Hari 1-7 Hari 8+

Ampisilin IV, IM 50 mg/kgBB setiap 12 jam 50 mg/kgBB setiap 8


jam

Sefotaksim IV 50 mg/kgBB setiap 8 jam 50 mg/kgBB setiap 6


jam

Gentamisin IV,IM < 2 kg: 3 mg/kgBB sekali


sehari
7,5 mg/kgBB setiap
>2 kg: 5 mg/kgBB sekali 12 jam
sehari

Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana


sepsis neonatorum, sedangkan di pihak lain penentuan kuman penyebab
membutuhkan waktu dan mempunyai kendala tersendiri. Hal ini merupakan
masalah dalam melaksanakan pengobatan optimal karena keterlambatan
pengobatan akan berakibat peningkatan komplikasi yang tidak diinginkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan antibiotik secara empiris dapat
dilakukan dengan memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan
di klinik tersebut. Antibiotik tersebut segera diganti apabila sensitifitas kuman
diketahui. Selain itu, beberapa terapi suportif (adjuvant) juga sudah mulai
dilakukan, walaupun beberapa dari terapi tersebut belum terbukti menguntungkan.
Infeksi bakteri Gram negatif dapat diobati dengan kombinasi turunan
penisilin (ampisilin atau penisilin spektrum luas) dan aminoglikosida.
Sefalosporin generasi ketiga yang dikombinasikan dengan aminoglikosida atau
penisilin spektrum luas dapat digunakan pada terapi sepsis yang disebabkan oleh

26
bakteri Gram negatif. Pilihan antibiotik baru untuk bakteri Gram negatif yang
resisten terhadap antibiotik lain adalah karbapenem, aztreonam, dan isepamisin.
Terapi yang diberikan untuk sepsis neonatal yaitu dengan memberikan
antibiotik spektrum luas sambil menungggu kultur bakteri dan uji resitensi.
1) Antibiotik yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim)
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis,
dikombinasikan dengan amikasin yang diberikan dengan dosis awal 10
mg/kgBB/hari intravena, atau dengan gentamisin 6 mg/kgBB/hari dibagi dalam
2 dosis.
2) Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4
dosis, dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari intravena
dibagi dalam 4 dosis.
3) Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena dibagi
dalam 2 dosis.
Umunya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 10% - 40%, tinggi
rendahnya angka kematian bergantung dari timbulnya penyakit penyebab, besar
kecilnya bayi, beratnya penyakit, dan tempat perawatan.Dengan diagnosis dini
dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik, tetapi bila tanda dan gejala awal serta
faktor risiko sepsis neonatorum terlewat, akan meningkatkan angka kematian.7

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi


I. Jakarta: IDAI, 2014
2. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Ilmu
Kesehatan Anak, 2012.

3. Behrman, Kliegman, Arvin. NelsonTextbook of Pediatrics, Ilmu Kesehatan


Anak, edisi ke 18. Sepsis dan Meningitis Neonatus. Jakarta : EGC; 2004
4. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Rudolph s Pediatrics, Buku Ajar
Pediatri Rudolph, edisi ke 20. Sepsis dan Meningitis Pada Neonatus. Jakarta :
EGC; 2006; hal 601-610.
5. Ann L Anderson-Berry, MD. 2014. Page available at
http://emedicine.medscape.com/article/978352-overview
6. Claudio Chiesa et al. 2004. Diagnosis of Neonatal Sepsis : A Clinical and
Laboratory Challenge. Page available at
http://www.clinchem.org/cgi/content/full/50/2/279
7. Effendi SH. Sepsis Neonatal; Penatalaksanaan Terkini Serta Berbagai
Masalah Dilematis. Bandung : Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The
Professor; 2013.
8. Damanik SM. Hiperbilirubinemia. Available from:
URL:http://www.pediatrik.com

28

Anda mungkin juga menyukai