PENDAHULUAN
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 adalah 35 per
Saat ini gangguan nafas masih merupakan salah satu faktor penting sebagai
penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus (bayi
baru lahir usia 0-28 hari). Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonates
Rumah Tangga tahun 1992, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan
saluran pernafasan.1,3,4
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas
cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis, dan apnea. Gangguan napas yang paling
dapat memberi dampak buruk bagi BBL yaitu kematian atau dapat bertahan hidup
dengan gejala sisa atau sequel. Bila terjadi apnea, ini merupakan salah satu tanda
bahaya atau Danger Sign yang harus segera ditangani di manapun BBL tersebut
1
berada gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak faktor penyebab, namun
Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang
sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan
merupakan penyebab terbanyak angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur. Di
amerika Serikat, PMH didapatkan sekita 10% dari seluruh bayi premature. Angka
HMD disebut juga Respiratory Distrees Symdrome (RDS) atau sindrom gawat
napas, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa
saat setelah lahir, ditandai dengan adanya kesukaran bernapas, pernafasan cuping
hidung, merintih, dispnea/takipnea, retraksi dada, dan sianosis yang menetap dan
dengan umur kehamilan dan berat lahir, insidensinya sebesar 60-80% pada bayi
kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi 32-36 minggu, 5% pada bayi kurang dari
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny.M
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 16 september 2017
Tanggal masuk : 18 september 2017
II. HETEROANAMNESIS
Seorang bayi laki-laki masuk dari UGD dengan keluhan sepsis lahir di
Rumah Sakit Siti masita Palu melalui Sectio Cesarea atas indikasi post Sectio
ceasarea 2 kali. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 44 cm. dan
APGAR skor 4 6.
a. Riwayat persalinan
Bayi lahir tanggal 16 September 2017, dengan kondisi air ketuban berwarna
putih keruh, sesaat setelah lahir bayi tidak langsung menangis, usaha bernapas
agak lambat, gerakan bayi hanya sedikit, warna tubuh bayi kemerahan
sedangkan kaki dan tangannya berwarna kebiruan. Proses persalinan Sectio
Cesarea tidak berlangsung lama tidak ada kelainan pada plasenta dan tali pusat.
b. Riwayat maternal
Riwayat kehamilan ibu yaitu G2P1A0 dimana saat hamil ibu berusia 33 tahun
dengan usia kehamilan belum cukup bulan. Ibu hanya memeriksakan
kehamilannya (antenatal care) dua kali saja di puskesmas. Ibu tidak mengalami
demam sebelum dan selama persalinan, dan ibu tidak mengkonsumsi obat
obatan tertentu kecuali obat penambah darah selama kehamilan.Ibu tidak
pernah mengalami perdarahan abnormal selama masa kehamilan.
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 37 0C
Pernapasan : 80 x/menit
Capillary refill time : < 2 detik
Pemeriksaan antropometrik :
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 44 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar perut : 32 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas : Aktif
Kesadaran : Compos mentis
Fontanela : Datar
Sutura : Belum menutup
Kejang : Tidak ada
Tonus otot : Normal
Sistem pernapasan :
Sianosis : Ada (menghilang dengan pemberian O2)
Merintih : Ada saat ekspirasi
Apnea : Tidak ada
Retraksi dinding dada : Ada (Substernal)
Pergerakan dinding dada : Simetris
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
4
Bunyi pernapasan : Bronkovesikular +/+
Bunyi pernapasan tambahan: Rhonki -/- dan Stridor -/-
Skor Downe :
- Frekuensi Napas :1
- Retraksi :1
- Sianosis :1
- Udara Masuk :1
- Merintih :2
Total skor : 6 Sesak nafas berat
Sistem hematologi :
Pucat :tidak ada
Ikterus :tidak ada
Sistem kardiovaskular :
Bunyi jantung : S1 dan S2 reguler
Murmur : Tidak ada
Gallop : Tidak ada
Sistem Gastrointestinal :
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Peristaltik usus : Ada (normal)
Umbilikus : Kemerahan tidak ada (tanda infeksi lokal)
5
Hipospadia : Tidak ada
Hidrokel : Tidak ada
Testis : Desensus testisculorum
Anus : Lubang ada
Pemeriksaan lain
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak ada deformitas
Turgor : Kembali cepat
Kelainan kongenital : Tidak ada
Trauma lahir : Tidak ada
Skor Ballard
Maturitas neuromuskular Maturitas fisik
Sikap tubuh :4 kulit :3
Persegi jendela :3 lanugo :2
Rekoil lengan :4 payudara :2
Sudut poplitea :4 Mata/telinga :2
Tanda selempang :3 genital :2
Tumit ke kuping :3 permukaan plantar : 3
Total skor : 35
Estimasi umur kehamilan : 38 minggu
6
IV. RESUME
Seorang bayi laki-laki masuk dari UGD dengan keluhan sepsis lahir di
Rumah Sakit Siti masita Palu melalui Sectio Cesarea atas indikasi post
Sectio ceasarea 2 kali. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir
44 cm. dan APGAR skor 4 6.
Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan takipnea (80 x/menit)
dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya retraksi dinding dada
(substernal), sianosis perifer yang menghilang dengan pemberian O2, serta
merintih pada saat ekspirasi.
V. DIAGNSOSIS
Respiratory Distress Syndrome
7
VI. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan gula darah sewaktu
- Pemeriksaan darah lengkap
VII. TERAPI
Tindakan Resusitasi :
- Hangatkan bayi di infant warmer
- Mengatur posisi bayi dengan bahu ditaruh kain pengalas sehingga
kepala bayi dalam keadaan semi ekstensi
- Mengisap lendir dari saluran pernapasan bayi menggunakan mucous
extractor
- Mengeringkan bayi dengan kain sambil memberikan rangsangan taktil
- Memberikan O2 2 liter/menit melalui nasal kanul
- Melakukan penilaian (frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan,
& warna kulit)
Dari hasil tindakan resusitasi langkah pertama didapatkan keadaan
denyut jantung > 100 x/menit, tidak ada apnea serta sianosis perifer
menghilang dengan pemberian O2.
8
FOLLOW UP PASIEN
19 September 2017
S : Demam (-), Sesak (+), Merintih (+), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-
). Bab(+) Bak(+)
O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.8 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 80 x/menit
BB 2700 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (+) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)
Pem Penunjang :
WBC : 9,1 x 103/uL
RBC : 5,17 x 106/ul
HGB : 19,4 gr/dl
HCT : 54,1 %
PLT : 194 x 103/ul
A : Respiratory Distrees Symdrome
9
P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV
20 September 2017
S : Demam (-) sesak (+), Merintih (+), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-).
Bab(+), Bak. (+)
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.5 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 74 x/menit
BB 2700 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (+) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)
10
A : Respiratory Distress Syndrome
P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV
21 September 2017
S : Demam(-), sesak (+), Merintih (-), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-).
Bab(+), Bak (+)
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.6 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 70 x/menit
BB 2600 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (-) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
11
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)
P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV
22 September 2017
S : Demam (-), sesak (+), Merintih (=), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-
). Bab. biasa, Bak. lancar
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.6 0C
DJ: 120 x/menit
Pernafasan: 70 x/menit
BB 2450 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (-) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
12
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)
13
DISKUSI
Masalah yang dihadapi oleh pasien ini adalah gangguan napas yang terjadi
Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang
sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi
1. Frekuensi napas bayi lebih 60 kali / menit, mungkin menunjukkan satu atau
14
Pada pasien ini evaluasi gangguan napas dilakukan dengan menggunakan skor
Down (SD), dimana nilainya adalah 6 yang artinya gawat napas, serta klasifikasi
Syndrome atau penyakit membrane hialin karena terdapat frekuensi napas meningkat
(takipnea), usia gestasi kurang, sianosis, serta adanya gambaran infiltral alveolar yang
15
merata pada foto toraks. Hal ini sesuai dengan definisi dari Respiratory Distress
Syndrome (RDS) atau penyakit membran hialin merupakan sindrom gawat napas
yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa
gestasi kurang. Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan criteria RDS bila
didapatkan sesak napas berat (dispnea), frekuensi napas cepat (takipnea), sianosis
yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya
gambaran infiltrate alveolar yang merata pada foto toraks, dan adanya atelektasis,
kongesti vaskular, perdarahan, edema paru, dan adanya hialin membrane pada saat
otopsi.1,4,9
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria, surfaktan biasanya didapatkan pada paru
yang matur, fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang
menyebabkan daya kembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas.
Gejala tersebut tampak segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.5
Prematuritas.
16
2) Resiko berkurang apabila ada :
- Hipertensi ibu
Kortikosteroid prenatal
Pada sebagian besar kasus, pernapasan melambat secara bertahap pada 5 hari
sindrom ini akibat reabsorbsi lambat cairan paru-paru. Reabsorbsi lambat cairan paru
tampak lebih nyata pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan persalinan besar yang
paru-parunya mengandung lebih sedikit udara dan mungkin lebih banyak cairan
selama 6 jam pertama dibandingkan kelahiran pervagina. Cairan yang tetap berada di
periarteri menjelaskan temuan-temuan hasil foto Ro, dan daya kembang paru-paru
5) Mencegah hipotermia.
17
Penatalaksanaan secara umum :3,5,6
1. Pasang jalur infuse intrvena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse dekstrosa 5%.
5. Jika bayi mengalami apneu : lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang
diperlukan
3. Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan
pemberian oksigen pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas semakin
berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan oksigen 100%, bila
memungkinkan segera rujuk bayi ke rumah sakit dan rujukan atau yang ada
4. Jika gangguan napas masih menetap selama 2 jam, pasang pipa lambung untuk
18
5. Nilai kondisi bayi 4 kali sehari apakah ada tanda perbaikan.
Bila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, latih bayi untuk menyusu.
Periksa kadar glukosa darah sekali sehari sampai setengah kebutuhan minum
tampak kemerahan tanpa pemberian oksigen selama 3 hari, minum baik, dan
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
boleh dipulangkan.
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah :1,3,6
paru.
- Fenobarbital
19
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan oksigen (derifat dari sumber alami
misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi juga bias
basa
memperburuk takipneu
respirasi
20
Oksigenasi dapat ditingkatkan dengan oksigen aliran bebas, kanul nasa, atau ventilasi
mekanik pada kasus yang parah. Antibiotik sering diberikan jika diduga infeksi
21
DAFTAR PUSTAKA
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi, Ed. 1. Badan penerbit
6. Kosim Sholeh M, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Cetakan ke-
22
23