Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan

dengan Negara-negara ASEAN. Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-2003 adalah 35 per

1000 kelahiran hidup. Dua pertiga kematian merupakan kematian neonatal.1,2

Saat ini gangguan nafas masih merupakan salah satu faktor penting sebagai

penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus (bayi

baru lahir usia 0-28 hari). Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonates

disebabkan oleh gangguan pernafasan. Di Indonesia berdasarkan survey Kesehatan

Rumah Tangga tahun 1992, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan

saluran pernafasan.1,3,4

Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering

dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas

cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis, dan apnea. Gangguan napas yang paling

sering adalah TTN (Transient Tachypnea of the Newborn), RDS (Respiratory

Distress Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan Displasia

Bronkopulmonar. Gangguan napas merupakan salah satu kegawatan perinatal yang

dapat memberi dampak buruk bagi BBL yaitu kematian atau dapat bertahan hidup

dengan gejala sisa atau sequel. Bila terjadi apnea, ini merupakan salah satu tanda

bahaya atau Danger Sign yang harus segera ditangani di manapun BBL tersebut

1
berada gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak faktor penyebab, namun

penanganan awal kegawatannya yang merupakan hal yang sangat penting.1,3,4

Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang

sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan

berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas.3,5

Penyakit Membran Hialin (PMH) atau Hyalin Membrane Disease (HMD)

merupakan penyebab terbanyak angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur. Di

amerika Serikat, PMH didapatkan sekita 10% dari seluruh bayi premature. Angka

kematian PMH di Amerika Serikat adalah 21,3 per 100.000.5

HMD disebut juga Respiratory Distrees Symdrome (RDS) atau sindrom gawat

napas, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa

saat setelah lahir, ditandai dengan adanya kesukaran bernapas, pernafasan cuping

hidung, merintih, dispnea/takipnea, retraksi dada, dan sianosis yang menetap dan

progresif dalam 48-96 jam pertama kehidupan.1,2,4

HMD pada bayi prematur bersifat primer, insidensinya berbanding terbalik

dengan umur kehamilan dan berat lahir, insidensinya sebesar 60-80% pada bayi

kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi 32-36 minggu, 5% pada bayi kurang dari

37 minggu, dan sangat jarang terjadi pada bayi matur.1,2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny.M
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 16 september 2017
Tanggal masuk : 18 september 2017

II. HETEROANAMNESIS
Seorang bayi laki-laki masuk dari UGD dengan keluhan sepsis lahir di
Rumah Sakit Siti masita Palu melalui Sectio Cesarea atas indikasi post Sectio
ceasarea 2 kali. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 44 cm. dan
APGAR skor 4 6.
a. Riwayat persalinan
Bayi lahir tanggal 16 September 2017, dengan kondisi air ketuban berwarna
putih keruh, sesaat setelah lahir bayi tidak langsung menangis, usaha bernapas
agak lambat, gerakan bayi hanya sedikit, warna tubuh bayi kemerahan
sedangkan kaki dan tangannya berwarna kebiruan. Proses persalinan Sectio
Cesarea tidak berlangsung lama tidak ada kelainan pada plasenta dan tali pusat.
b. Riwayat maternal
Riwayat kehamilan ibu yaitu G2P1A0 dimana saat hamil ibu berusia 33 tahun
dengan usia kehamilan belum cukup bulan. Ibu hanya memeriksakan
kehamilannya (antenatal care) dua kali saja di puskesmas. Ibu tidak mengalami
demam sebelum dan selama persalinan, dan ibu tidak mengkonsumsi obat
obatan tertentu kecuali obat penambah darah selama kehamilan.Ibu tidak
pernah mengalami perdarahan abnormal selama masa kehamilan.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 37 0C
Pernapasan : 80 x/menit
Capillary refill time : < 2 detik

Pemeriksaan antropometrik :
Berat badan : 2700 gram
Panjang badan : 44 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar perut : 32 cm

Sistem neurologi :
Aktivitas : Aktif
Kesadaran : Compos mentis
Fontanela : Datar
Sutura : Belum menutup
Kejang : Tidak ada
Tonus otot : Normal

Sistem pernapasan :
Sianosis : Ada (menghilang dengan pemberian O2)
Merintih : Ada saat ekspirasi
Apnea : Tidak ada
Retraksi dinding dada : Ada (Substernal)
Pergerakan dinding dada : Simetris
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada

4
Bunyi pernapasan : Bronkovesikular +/+
Bunyi pernapasan tambahan: Rhonki -/- dan Stridor -/-

Skor Downe :
- Frekuensi Napas :1
- Retraksi :1
- Sianosis :1
- Udara Masuk :1
- Merintih :2
Total skor : 6 Sesak nafas berat

Sistem hematologi :
Pucat :tidak ada
Ikterus :tidak ada

Sistem kardiovaskular :
Bunyi jantung : S1 dan S2 reguler
Murmur : Tidak ada
Gallop : Tidak ada

Sistem Gastrointestinal :
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Peristaltik usus : Ada (normal)
Umbilikus : Kemerahan tidak ada (tanda infeksi lokal)

Sistem Ano-Genitalia (laki-laki) :

5
Hipospadia : Tidak ada
Hidrokel : Tidak ada
Testis : Desensus testisculorum
Anus : Lubang ada

Pemeriksaan lain
Ekstremitas : Akral hangat dan tidak ada deformitas
Turgor : Kembali cepat
Kelainan kongenital : Tidak ada
Trauma lahir : Tidak ada

Skor Ballard
Maturitas neuromuskular Maturitas fisik
Sikap tubuh :4 kulit :3
Persegi jendela :3 lanugo :2
Rekoil lengan :4 payudara :2
Sudut poplitea :4 Mata/telinga :2
Tanda selempang :3 genital :2
Tumit ke kuping :3 permukaan plantar : 3
Total skor : 35
Estimasi umur kehamilan : 38 minggu

6
IV. RESUME
Seorang bayi laki-laki masuk dari UGD dengan keluhan sepsis lahir di
Rumah Sakit Siti masita Palu melalui Sectio Cesarea atas indikasi post
Sectio ceasarea 2 kali. Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir
44 cm. dan APGAR skor 4 6.
Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan takipnea (80 x/menit)
dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya retraksi dinding dada
(substernal), sianosis perifer yang menghilang dengan pemberian O2, serta
merintih pada saat ekspirasi.

V. DIAGNSOSIS
Respiratory Distress Syndrome

7
VI. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan gula darah sewaktu
- Pemeriksaan darah lengkap

VII. TERAPI
Tindakan Resusitasi :
- Hangatkan bayi di infant warmer
- Mengatur posisi bayi dengan bahu ditaruh kain pengalas sehingga
kepala bayi dalam keadaan semi ekstensi
- Mengisap lendir dari saluran pernapasan bayi menggunakan mucous
extractor
- Mengeringkan bayi dengan kain sambil memberikan rangsangan taktil
- Memberikan O2 2 liter/menit melalui nasal kanul
- Melakukan penilaian (frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan,
& warna kulit)
Dari hasil tindakan resusitasi langkah pertama didapatkan keadaan
denyut jantung > 100 x/menit, tidak ada apnea serta sianosis perifer
menghilang dengan pemberian O2.

Tindakan Post Resusitasi :


- Ivfd kdn 1 10tetes permenit
- Injeksi cefotaxime 2 x 130 mg / iv
- Injeksi gentamicin 1 x 14 mg / iv
- Di puasakan
- Pasang OGT terbuka

8
FOLLOW UP PASIEN
19 September 2017
S : Demam (-), Sesak (+), Merintih (+), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-
). Bab(+) Bak(+)
O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.8 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 80 x/menit
BB 2700 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (+) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)

Pem Penunjang :
WBC : 9,1 x 103/uL
RBC : 5,17 x 106/ul
HGB : 19,4 gr/dl
HCT : 54,1 %
PLT : 194 x 103/ul
A : Respiratory Distrees Symdrome

9
P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV

20 September 2017
S : Demam (-) sesak (+), Merintih (+), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-).
Bab(+), Bak. (+)
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.5 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 74 x/menit
BB 2700 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (+) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)

10
A : Respiratory Distress Syndrome

P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV

21 September 2017
S : Demam(-), sesak (+), Merintih (-), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-).
Bab(+), Bak (+)
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.6 0C
DJ: 128 x/menit
Pernafasan: 70 x/menit
BB 2600 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (-) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)

11
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)

A : Respiratory Distress Syndrome

P : O2 1 2 L/mnt
Jaga kehangatan
Rawat tali pusat
Diet Asi tunda puasa
IVFD Dextrose 5 % + meylon 10 tetes/menit
Cefotaxime 110mg/12 jam/ IV
Gentamicin 8mg/12jam/ IV
Dexametason 0,8mg/8jam IV

22 September 2017
S : Demam (-), sesak (+), Merintih (=), batuk (-), beringus (-), demam (-), muntah (-
). Bab. biasa, Bak. lancar
O : Keadaan Umum : Sakit Ringan, Compos mentis
Tanda vital: Suhu: 36.6 0C
DJ: 120 x/menit
Pernafasan: 70 x/menit
BB 2450 gram
Kepala : Normocephal, Caput (-), sutura belum menutup (-)
Sistem Pernapasan: Retraksi dinding dada (-) Substernal, Pernapasan cuping
hidung (-), Apneu (-),Bunyi pernapasan Bronkovesikular +/+, Rhonki -/,
Stridor -/-
Sistem kardiovaskuler : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-), dalam batas normal

12
Sistem saraf : Bayi aktif, Kejang (-)
Sistem Gastrointestinal : Peristaltik (+) kesan normal
Sistem hematologi : Ikterus (-), Sianosis (-), Anemia (-)
Ekstremitas :
Akral hangat (+), Udem (-)

A : Respiratory Distress Syndrome

13
DISKUSI

Masalah yang dihadapi oleh pasien ini adalah gangguan napas yang terjadi

pada bayi kurang bulan, yang akan dibahas sebagai berikut.1,2

Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang

sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi

berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas, biasanya

mengalami masalah sebagai berikut :1,6,7

1. Frekuensi napas bayi lebih 60 kali / menit, mungkin menunjukkan satu atau

lebih tanda tambahan gangguan napas.

2. Frekuensi napas bayi < 30 x/menit

3. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).

4. Bayi apnea (napas berhenti lebih dari 20 detik).

Penyebab gangguan napas :3,5,8

1. Kelainan paru : pneumonia

2. Kelainan jantu ng : penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium

3. Kelainan susunan saraf pusat akibat : asfiksia, perdarahan otak.

4. Kelainan metabolic : hipoglikemia, asidosis metabolik.

5. Kelainan bedah : pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia diafragmatika.

6. Kelainan lain : sindrom aspirasi mekonium, Transient Tachypnea of the

Newborn, Penyakit Membran Hialin.

14
Pada pasien ini evaluasi gangguan napas dilakukan dengan menggunakan skor

Down (SD), dimana nilainya adalah 6 yang artinya gawat napas, serta klasifikasi

gangguan napas WHO adalah gangguan napas berat.3

Tabel 1.1 Klasifikasi Gangguan Napas3


Frekuensi napas Gejala tambahan Klasifikasi
gangguan napas
> 60 x/menit DENGAN Sianosis sentral &
tarikan dinding dada
atau merintih saat
ekspirasi
ATAU > 90 DENGAN Sianosis sentral & Gangguan napas
x/menit tarikan dinding dada berat
atau merintih saat
ekspirasi
ATAU < 30 DENGAN Gejala lain dari
x/menit atau TANPA gangguan napas
60-90 x/menit DENGAN Tarikan dinding dada
ATAU merintih saat
ekspirasi
Tetapi Sianosis sentral Gangguan napas
TANPA sedang
ATAU > 90 TANPA Tarikan dinding dada
x/menit atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral
60-90 x/menit TANPA Tarikan dinding dada Gangguan napas
atau merintih saat ringan
ekspirasi atau sianosis
sentral
60-90 x/menit DENGAN Sianosis sentral Kelainan jantung
Tetapi Tarikan dinding dada congenital
TANPA atau merintih

Penyebab gangguan napas pada pasien ini adalah Respiratory Distress

Syndrome atau penyakit membrane hialin karena terdapat frekuensi napas meningkat

(takipnea), usia gestasi kurang, sianosis, serta adanya gambaran infiltral alveolar yang

15
merata pada foto toraks. Hal ini sesuai dengan definisi dari Respiratory Distress

Syndrome (RDS) atau penyakit membran hialin merupakan sindrom gawat napas

yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa

gestasi kurang. Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan criteria RDS bila

didapatkan sesak napas berat (dispnea), frekuensi napas cepat (takipnea), sianosis

yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya

gambaran infiltrate alveolar yang merata pada foto toraks, dan adanya atelektasis,

kongesti vaskular, perdarahan, edema paru, dan adanya hialin membrane pada saat

otopsi.1,4,9

Ada 4 faktor penyebab defisiensi pada RDS yaitu premature, asfiksia

perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria, surfaktan biasanya didapatkan pada paru

yang matur, fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang

menyebabkan daya kembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas.

Gejala tersebut tampak segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.5

Faktor resiko pada penyakit membaran hialin dibagi atas :3,5,10

1) Resiko meningkat apabila ada:

Prematuritas.

Jenis kelamin laki-laki.

Neonates dari ibu dengan diabetes.

16
2) Resiko berkurang apabila ada :

Stress intrauterine kronis.

- Ketuban pecah dini dalam waktu yang lama

- Hipertensi ibu

- Pertumbuhan janin terhambat atau kecil intuk masa kehamilan

Kortikosteroid prenatal

Pada sebagian besar kasus, pernapasan melambat secara bertahap pada 5 hari

pertama kehidupan. Patogenesisnya belum jelas; namun kemungkinan demikian

sindrom ini akibat reabsorbsi lambat cairan paru-paru. Reabsorbsi lambat cairan paru

tampak lebih nyata pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan persalinan besar yang

paru-parunya mengandung lebih sedikit udara dan mungkin lebih banyak cairan

selama 6 jam pertama dibandingkan kelahiran pervagina. Cairan yang tetap berada di

periarteri menjelaskan temuan-temuan hasil foto Ro, dan daya kembang paru-paru

berkurang karena cairan tambahan.1,3,6

Untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :4,5,6

1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.

2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.

3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.

4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.

5) Mencegah hipotermia.

6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.

17
Penatalaksanaan secara umum :3,5,6

1. Pasang jalur infuse intrvena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan

bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse dekstrosa 5%.

2. Pantau selalu tanda vital.

3. Jaga kepatenan jalan napas.

4. Berikan oksigen (2-3 ltr/menit dengan kateter nasal)

5. Jika bayi mengalami apneu : lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang

diperlukan

6. Lakukan penilaian lanjut

7. Jika terjadi kejang potong kejang

8. Segera diperiksa kadar gula darah

9. Pemberian nutrisi yang adekuat

Manajemen spesifik gangguan napas berat :2,4

1. Teruskan pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang.

2. Tangani sebagai kemungkinan sepsis.

3. Bila bayi menunjukkan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan

pemberian oksigen pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas semakin

berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan oksigen 100%, bila

memungkinkan segera rujuk bayi ke rumah sakit dan rujukan atau yang ada

fasilitas dan mampu memakai ventilator mekanik.

4. Jika gangguan napas masih menetap selama 2 jam, pasang pipa lambung untuk

mengosongkan cairan lambung dan udara.

18
5. Nilai kondisi bayi 4 kali sehari apakah ada tanda perbaikan.

6. Jika bayi menunjukkan perbaikkan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding

dada berkurang, warna kulit membaik);

Kurangi pemberian oksigen secara bertahap.

Mulai pemberian ASI peras melalui pipa lambung.

Bila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, latih bayi untuk menyusu.

Pantau dan catat tanda-tanda vital bayi tiap 3 jam.

Periksa kadar glukosa darah sekali sehari sampai setengah kebutuhan minum

dapat dipenuhi secara oral.

Amati bayi setelah 24 jam pemberian antibiotika dihentikan. Jika bayi

tampak kemerahan tanpa pemberian oksigen selama 3 hari, minum baik, dan

tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi

boleh dipulangkan.

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah :1,3,6

- Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

- Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan

paru.

- Fenobarbital

- Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen

- Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk

pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.

19
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam

pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan oksigen (derifat dari sumber alami

misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi juga bias

berbentuk surfaktan buatan).2,5

Pemeriksaan penunjang: 1,3

UJI LABORATORIUM INDIKASI

Kultur darah Mengindikasi bakteremia

Gas Darah Untuk menilai derajat hipoksemia an derajat asam

basa

Glukosa darah Hiperglikemia dapat menyebabkan atau

memperburuk takipneu

Radiografi thoraks Untuk membedakan berbagai tipe gangguan

respirasi

Hitung darah lengkap Leukositosis mengindikasikan infeksi.

Neutropenia berhubungan dengan infeksi bakteri.

Platelet rendah terjadi pada sepsis

Lumbal puncture Jika diduga meningitis

Pulse oximetry Digunakan untuk mendeteksi hipoksia

Penanganan untuk gangguan pernafasan neonatus yaitu secara umum dan

spesifik dengan penyakit. Dokter harus mengetahui protokol resusitasi neonatal.

20
Oksigenasi dapat ditingkatkan dengan oksigen aliran bebas, kanul nasa, atau ventilasi

mekanik pada kasus yang parah. Antibiotik sering diberikan jika diduga infeksi

bakteri secara klinis atau karena leukositosis, neutropenia, atau hipoksemia.

Ampisilin dan gentamisin sering digunakan bersama-sama berdasarkan efektivitas

dan sinerginya. Extracorporeal membrane oxygenation, mirip dengan paru-paru

eksternal buatan, digunakan sebagai jalan terakhir dalam keadaan kritis.1,2

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Bektiwibowo S. 2015. Bogor Pediatric update. Kegawatan nafas pada

neonatus. Bogor. Hal : 105-111

2. Oswari H. 2015. Menuju Diagnosis : Pemeriksaan Apa Yang Perlu

Dilakukan. Gangguan Nafas Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta. Hal : 33 41

3. DEPKES 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Gangguan

Nafas. Jakarta. Hal : (7-1) - (7-4)

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi, Ed. 1. Badan penerbit

IDAI; Jakarta; 2014

5. Speer Christian P. Surfactant Treatment in RDS Infants; Past, Present, and

Future. Annual Neonatology Meeting; Jakarta; 2013

6. Kosim Sholeh M, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Cetakan ke-

empat. Badan Penerbit IDAI: Jakarta; 2014. Hal 127-145.

7. Rudy Hermawan Cokro Handoyo. Neonatus Kurang Bulan dengan Berat


Badan Lahir Rendah dan Respiratory Distress Syndrome. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta; 2009.
8. UKK Perinatologi. Gangguan Napas Pada Baru Lahir. TIM PONED. IDAI.
2008.
9. Waren JB.dkk. 2010. Newborn Respiratory Disorders. Journal of American

Academy Physician. Vol 21 (12).

10. Tobing Ramona. Kelainan Kardiovaskular pada Sindrom Gawat Nafas


Neonatus. Vol 6. Sari Pediatri: Medan; 2004. Hal 40-46.

22
23

Anda mungkin juga menyukai