Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

ACUTE SCROTAL SWELLING EC


TUMOR TESTIS DEXTRA

Oleh:
Aninda Afrilia Aryani, S.Ked

712021099

Pembimbing:
dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
ACUTE SCROTAL SWELLING
EC TUMOR TESTIS DEXTRA

Oleh:
Aninda Afrilia Aryani, S.Ked
712021099

Telah dilaksanakan pada bulan Juli 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juli 2023


Pembimbing

dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Acute Scrotal Swelling ec Tumor Testis dextra” sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM, selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam
penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan dokter muda atas kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.

Palembang, Juli 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I. LAPORAN KASUS .........................................................................1
1.1 Identitas Pasien ................................................................................1
1.2 Anamnesis .......................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................2
1.4 Status Lokalis...................................................................................6
1.5 Pemeriksaan penunjang ..................................................................6
1.6 Diagnosa Banding............................................................................8
1.7 Diagnosa Kerja ................................................................................8
1.8 Penatalaksanaan ...............................................................................9
1.9 Prognosis .........................................................................................9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................10
2.1 Tumor Testis ..................................................................................10
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi ............................................................10
2.1.2 Definisi ...................................................................................12
2.1.3 Epidemiologi ..........................................................................12
2.1.4 Etiologi ...................................................................................13
2.1.5 Patofisiologi ...........................................................................13
2.1.6 Manifestasi Klinis ..................................................................15
2.1.7 Pemeriksaan ...........................................................................16
2.1.8 Diagnosis ................................................................................21
2.1.9 Tatalaksana .............................................................................22
2.1.10 Komplikasi .............................................................................26
2.1.11 Prognosis ................................................................................26
BAB III. KESIMPULAN ...........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................28

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Hamdi Bin Zadin
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 2 februari 1969 / 54 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jl. Jaya 4, Blok E No 1689, Palembang
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
MRS Tanggal : 21 Juli 2023
No.RM : 58.19.40
Pembiayaan : BPJS

1.2 Anamnesis
(Auto anamnesis, Jumat 21 Juli 2023).

Keluhan Utama :
Benjolan di Skrotum kanan

Riwayat Perjalanan Penyakit (RPP) :


Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan
terdapat benjolan pada daerah skrotum sebelah kanan sejak kurang lebih 2
bulan SMRS. Benjolan tumbuh lama kelamaan membesar dan memberat pada
bagian skrotum. Menurut pasien benjolan teraba menetap dan tidak dirasakan
nyeri. Bengkak menetap dan tidak hilang pada malam hari ataupun saat pasien
sedang berbaring.Tidak ada kemerahan pada skrotum .keluhan sakit perut
hebat di sangkal oleh pasien, Keluhan tidak diserati mual, muntah, pusing dan
lemas. Riwayat BAB normal, feses bewarna kuning, tidak keras, tidak
berdarah. BAK normal, bewarna kuning, tidak nyeri dan tidak berdarah.
Riwayat tumor disangkal, riwayat trauma daerah genitalia disangkal,

1
riwayat operasi disangkal, riwayat testis tidak turun di skrotum disangkal,
infeksi di daerah skrotum disangkal.
Riwayat kebiasaan mengangkat beban berat disangkal. Sering
mengedan saat buang air besar disangkal. OS sering merokok, ½ bungkus.
Riwayat berhubungan seksual dan berganti-ganti pasangan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :


Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, konsumsi obat
dalam jangka waktu yang lama. Riwayat operasi lain (-). Pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, Riwayat penyakit jantung
disangkal, Riwayat kencing manis disangkal, Riwayat darah tinggi disangkal,
dan riwayat asma disangkal. Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma dan
operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


- Riwayat pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya disangkal.
- Riwayat darah tinggi disangkal.
- Riwayat kencing manis disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.
- Riwayat asma disangkal.
- Riwayat trauma disangkal.
- Riwayat sakit jantung disangkal.
- Riwayat operasi sebelumnya disangkal.

1.3 Pemeriksaan fisik


Keadan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 96x/menit
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 37,8°C

2
Saturasi Oksigen : 99%
Berat Badan : 54 kg
Panjang Badan : 160 cm
Status Gizi : 21,09 (BB ideal)

Keadaan Spesifik

Kepala
• Normocephali.
• Perubahan bentuk kepala (-).

Mata
• Konjungtiva: pucat (-/-), perdarahan (-/-).
• Sklera : kuning (-/-).
• Palpebra : bengkak (-/-).
• Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor (3mm/3mm), bulat.

Hidung
• Bagian luar : normal, perubahan bentuk hidung (-).
• Septum : terletak ditengah dan simetris.
• Mukosa hidung : kemerahan (-).
• Rongga hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), perdarahan (-),
nyeri (-), konsistensi kenyal, terfiksasi, batas tegas.

Telinga
• Daun telinga : Normal.
• Liang telinga : Lapang, sekret (-), darah (-).
• Pendengaran : Normal.

Mulut Dan Tenggorokan


• Bibir : pucat (-), kebiruan (-), kering (-).
• Lidah : perubahan bentuk lidah (-).
• Tonsil : T1/T1 tenang.
• Faring : kemerahan (-).

3
Leher
• Benjolan (-), trakea di tengah, pembesaran KGB (-).

Toraks
Paru-Paru
Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris statis dan


dinamis, Retraksi iga: Supra dinamis
sternal (-/-), Intercostae (-/-
)

Kanan Simetris saat statis dan Simetris statis dan


dinamis
dinamis, Gerakan dinding
dada cepat dan dalam,
Retraksi iga: Supra sternal (-
/-
), Intercostae (-/-)
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
paru paru

Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang


paru paru

Auskultasi Kiri Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular


normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Kanan Suara Nafas vesikular normal Suara Nafas vesikular
normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

4
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex
jantung atau bagian terluar jantung) tidak terlihat.
• Palpasi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex
jantung atau bagian terluar jantung) tidak teraba.
• Perkusi :
- Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra et sinistra.
- Batas kanan : ICS 4 linea parasternalis dextra.
- Batas kiri : ICS 5 linea midclavicularis sinistra.
• Auskultasi : BJ I & BJ II normal, teratur, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

a. Inspeksi : datar, lemas,massa (-), hemtoma (-), venektasi (-), scar (-


),
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), benjolan/massa (-)
c. Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
d. Auskultasi : bising usus 6x/menit normal, tidak ada bunyi tambahan

Genitalia Eksterna
• Inspeksi :
Pada regio skrotalis dextra skrotum terlihat oedem (+) pada sebelah
kanan, hiperemis(-), perdarahan (-), scar (-), ulkus (-), hiperpigmentasi (-
),warna kedua skrotum sama dengan kulit, dorsal Chordee (-), penis
terlihat lurus, Transiluminasi (-)
• Palpasi:
Nyeri tekan gland penis dan corpus penis (-), nyeri tekan testis (-/-),
pembesaran KGB inguinal -/-, testis teraba (+/+), testis kanan teraba
bengkak dengan ukuran 5x4 cm, konsistensi padat, keras, mobile, licin
(-), pulsasi (+), testis kanan kiri teraba sama tinggi, Phrentest (-), refleks
M. Cremaster (+).

5
Ekstremitas
• Akral hangat, tremor (-), deformitas (-), perdarahan (-), CRT < 2 detik,
eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke segala arah, atrofi (-),
edema pada kedua lengan dan tangan (-), hiperpigmentasi (-), pitting
edema pretibia (-)

1.4 Status Lokalis Skrotalis


Genitalia Eksterna
Penis : tampak normal, fimosis (-), parafimosis (-),
hipospadi (-), epispadi (-), sekret (-).
Scrotum :

Inspeksi : Pada regio skrotalis dextra skrotum terlihat


oedem(+) posisi testis memanjang, pada sebelah
kanan, hiperemis(-), perdarahan (-), scar (-),
ulkus (-), hiperpigmentasi (-),warna kedua
skrotum sama dengan kulit, dorsal Chordee (-),
Palpasi : Nyeri tekan gland penis dan corpus penis (-),
nyeri tekan testis (-/-), pembesaran KGB inguinal
-/-, testis teraba (+/+),testis kanan kiri teraba sama
tinggi, testis kanan teraba massa dengan ukuran
5x4 cm, permukaan rata, tepi tak jelas konsistensi
padat,keras, licin (-), pulsasi (+), fluktuasi (+),
testis kanan kiri teraba sama tinggi Phren test (-)
Auskultasi : BU (-)
Transiluminasi : (-)
Refleks kremaster : normal
Prehn sign : normal
Anus dan rectum : tampak normal, hiperemis (-), benjolan (-).
Rectal toucher : tonus sphincter normotom, nyeri tekan (-), tidak
teraba massa.

6
1.5 Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Rutin (21 Juli 2023)
Hematologi
Hematologi Lengkap Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.2 g/dL 12.0-14.0
Leukosit 7.8 /mm3 5.000 – 10.000
Eritrosit 4.6 juta/uL 3.6-5.8
Trombosit 300 ribu/mm3 150-450
Hematokrit 36 % 35-47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0.1-1
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 3 % 3-5
Segmen 78 % 40-70
Limfosit 36 % 30-45
Monosit 6 % 2-10
Tumor Marker
AFP 60 ug/I 40
HCG 7,5 IU <5
LDH 3,5 ukat/I 1,5 – 3,2

7
• Pemeriksaan tambahan
USG Srotum

Hasil pemeriksaan USG abdomen


Testis kanan berukuran 3,6 x 3,3 x 5,3 cm dan menunjukkan echogenisitas
parenkim yang heterogen. Lesi padat hypoechoic hingga isoechoic berlobus
terlihat di kutub bawah testis kanan. Tidak ada kalsifikasi atau komponen
kistik yang terlihat di dalamnya. Peningkatan vaskularisasi terlihat pada lesi
ini pada ultrasonografi Doppler warna. Testis kiri normal

1.6 Diagnosa Banding

1. Acute Scrotal swelling ec Tumor Testis


2. Acute scrotal swelling ec Hidrokel
3. Acute scrotal swelling ec Torsio testis
4. Acute scrotal swelling ec Hernia skrotalis

• Diagnosa Kerja
Acute scrotal swelling ec Tumor testis Dextra

• Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Informed consent untuk dilakukannya rencana tindakan

8
- Edukasi kepada pasien tentang penyebab munculnya penyakit
- Edukasi tentang penatalaksanaan definitif yang perlu dilakukan

Farmakologis
Farmakologi (setelah pembedahan), jika diperlukan
- Pemberian analgetik dapat berupa : Inj. Ketorolac 0,5 mg/kgBB tiap
jam IV
- Pemberian antibiotic profilaksis : Inj. Cefotaxime 50 mg/kgBB tiap 6
jam IV
Operatif
Rujuk ke bagian dokter spesialis bedah umum untuk dilakukannya tindakan
operasi.

• Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Testis


2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis
pada orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk
ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang
melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang
terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster
yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati
rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.

Gambar 1.1. Anatomi Testis

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan
tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus
terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus
seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses
spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel
interstisial testis berfungsi dalammenghasilkan hormon testosteron. Sel-sel

10
spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan
mengalami pematangan atau maturasi di epididimis, setelah mature (dewasa)
sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas
deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
dicampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semenatau mani.
Vaskularisasi

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :

1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta

2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior

3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk


pleksus Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi
dan dikenal sebagai varikokel.

2.1.2 Definisi
Kanker testis adalah kanker yang berasal dari satu atau kedua
testis, atau testis. Testis adalah kelenjar reproduksi pria yang terletak di
dalam skrotum, yaitu kantong kulit yang terletak di bawah penis. Testis
berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon testosteron. Kanker
testis paling sering dimulai dengan perubahan sel germinal . sel-sel ini di
testis yang menghasilkan sperma . Tumor sel germinal menyumbang
sekitar 95 persen kanker testis. Ada dua jenis utama tumor sel germinal:
• Seminoma adalah kanker testis yang tumbuh perlahan. Biasanya
terbatas pada testis.
• Non seminoma adalah bentuk kanker testis yang lebih umum. Jenis
ini tumbuh lebih cepat dan dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Kanker testis dapat terjadi pada jaringan yang memproduksi
hormon. Tumor ini disebut gonad atau sex-cord tumor stroma.

11
2.1.3 Epidemiologi
Tumor testis meskipun kasus yang relatif jarang, merupakan keganasan
tersering pada pria kelompok usia 15 – 35 tahun dan merupakan 1% dari semua
neoplasma pada pria. Setiap tahun kira-kira ditemukan 3-10 kasus baru dari
100.000 pria di Amerika Serikat. Angka insiden tumor testis meningkat dalam
40 tahun belakangan khususnya pada negara-negara industri.1,2 Sebagian besar
95% tumor testis primer berasal dari sel germinal, dan sisanya berasal dari sel
non germinal.3 Tingkat kelangsungan hidup lima tahun telah meningkat secara
signifikan selama 30 tahun terakhir dari sekitar 63% hingga lebih dari 90%.4
Kanker testis merupakan 22,72% keganasan dibidang urologi yang terjadi di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau selama 3 tahun (2006-2009), dengan
urutan tertinggi kedua setelah kanker vesika urinaria. Usia terbanyak pasien
15-34 tahun. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan jenis non
seminoma lebih banyak dibandingkan dengan seminoma.5

2.1.4 Etiologi
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
menunjang terjadinya kanker testis:2,6,7
1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum
2. Perkembangan testis yang abnormal.
3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai
dengan rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran
payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil).
4. Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis
tetapi masih dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia
tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker
testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari semua kanker pada pria
merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang paling
sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun.

12
2.1.5 Klasifikasi Tumor Testis
Klasifikasi Tumor primer testis dapat diklasifikasi berdasarkan gambaran
histologi seperti yang terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Klasifikasi histologi tumor primer testis2

Stadium kanker testikular dapat dibagi menjadi 4 stadium sebagai


berikut yaitu:
- Stadium I
Tumor terbatas pada Testis tidak didapati bukti tumor menyebar di luar
testis oleh pemeriksaan klinik, histologi ataupun radiografi. Terdapat
penurunan serum Apha Feto protein (AFP)
- Stadium II
Terdapat bukti mikroskopik yang berlokasi didalam skrotum atau
jauh diatas spermatic cord (< 5cm dari batas proksimal). Terdapat
keterlibatan nodus limfe retroperitoneal (< 2cm). Terdapat peningkatan
serum AFP yang persisten;
- StadiumIII
Keterlibatan nodus limfe retroperitoneal (>2cm). Tidak terdapat bukti
keterlibatan organ viscera atau ekstra abdomen
- StadiumIV

13
Terdapat metastase jauh Klasifikasi TNM pada tumor testis merupakan
klasifikasi klasifikasi dipergunakan secara luas. Klasifikasi TNM dapat
dilihat pada tabel 2.1,8

Tabel 2. Klasifikasi TNM tumor testis.1

Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden


dan Gibb:6,14
1. Stadium A atau I: tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti
penyebaran baik secara klinis maupun radiologis.
2. Stadium B atau II: tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar
regional (para aorta) atau nodus limfatikus iliaka.
3. Stadium II A: untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum
teraba, stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10
cm), dan
4. Stadium C atau III: tumor telah menyebar keluar dari kelenjar
retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.

14
2.1.6 Patofisiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya
mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rete
testis, epididimis, funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika
albugenia merupakan barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke
organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor
membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis. Kecuali
kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke
kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian
menuju ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma
menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak.1,2,9

2.1.7 Manifestasi Klinis


Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali
tidak nyeri, namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung
skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien
mengeluh karena merasa ada massa di perut sebelah atas (10%) karena
pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher dan 5% pasien
mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah manifestasi dari
beredarnya kadar ß HCG didalam sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada
koriokarsinoma.6,8
Pada pemeriksaan fisik testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri
pada palpasi dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya
infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan
adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun
ginekomasti.6,8
Gejala klinis dari tumor primer:
• Permulaan akut (gambaran seperti orkitis, epididimitis, torsio testis).
• Permulaan yang diskret seperti pembengkakan tanpa nyeri testikal atau
pengerasan lokal atau deformasi testikel.
• Hidrokel simtomatik (sesudah pungsi palpasi testis).
• Nyeri lokal, sering menyebar di sisi yang sama ke krista iliaka.

15
• Kadang-kadang sama sekali tanpa keluhan atau kelainan ; metastasis
merupakan manifestasi pertama penyakitnya.
Gejala klinis jika adanya metastasis:10,11
• Nyeri punggung yang samar akibat metastasis kelenjar retroperitoneal.
• Kolik ginjal sebagai akibat bendungan atau penutupan ureter oleh metastasis
kelenjar retroperitoneal.
• Nyeri yang menyebar ke tungkai.
• Tumor yang palpabel di perut sebagai akibat metastasis kelenjar limfe.
• Pembengkakan subklavikular, terutama kiri.
• Dispnoe, hemoptoe, iritasi pleura oleh metastasis paru.
• Malaise umum dengan anemia dan laju endap darah yang tinggi.

Pada dasarnya, diagnosis karsinoma testis mudah karena merupakan


benjolan di dalam testis yang tidak nyeri dan yang tidak diafan pada uji
transiluminasi. Biasanya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah
dibedakan dari epididimis pada palpasi yang dilakukan dengan telunjuk dan
ibu jari. Gejala dan tanda lain seperti nyeri pinggang, kembung, dispnoe atau
batuk dan ginekomasti menunjukkan pada metastasis yang luas. Metastasis
paraaorta sering luas dan besar sekali menyebabkan perut menjadi kembung.
Metastasis di paru kadang tertabur luas dan cepat menjadi besar, sehingga
sesak nafas. Gonadotropin yang mungkin disekresi oleh sel tumor dapat
menyebabkan ginekomasti. Kadang keadaan umum merosot cepat dengan
penurunan berat badan.1,2,12,13

2.1.8 Diagnosis Banding


Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala
yang hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis.
Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah :
a. Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan
alirandarah balik vena spermatika interna.7
Gambaran klinis :

16
- Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah
beberapa tahunmenikah.
- Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri
- Terasa berat pada testis
- Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing
di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis,
permukaan testis licin,konsistensi elastis.
b. Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga
terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat
terjadinya gangguan alirandarah daripada testis.1
Gambaran klinis:
- Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
- Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
- Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
- Inspeksi: Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena
funikulus spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang
terkenalebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi
yang sehat.
- Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus.
c. Hematokel
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahulu
olehtrauma.7
Gambaran klinik :
- Benjolan pada testis
- Masa kistik
- Transiluminasi (-)
d. Hernia Srotalis
Klinis:
- Benjolan di daerah inguinal/skrotal yang hilang timbul
Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang
bila pasien tidur.

17
- Benjolan di lipat paha/ skrotum pada bayi saat menangis
dan bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan
menghilang atau dapat dimasukkan kembali ke rongga
abdomen.
- Transiluminasi (-)
e. Tumor Testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.1
Gambaran klinis
- Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
- Terasa berat pada kantong skrotum
- Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
- Transiluminasi (-)

2.1.9 Pemeriksaan Penujang


Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis
mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus
mencakup pemeriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri
adalah intervensi penting untuk deteksi dini penyakit ini. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya yang biasa
dilakukan:2
1. USG skrotum
Ultrasonografi (USG) mendekati sensitivitas 100% untuk mendeteksi tumor
intratestikuler, serta dapat mendeteksi tumor yang tidak dapat dipalpasi dan
hanya berukuran beberapa milimeter. Terlihat peningkatan vaskularisasi
pada sebagian besar tumor ganas testis pada pemeriksaan USG.1,10
2. MRI Testis
Meskipun dapat terlihat hipervaskularitas pada saat dilakukan USG, namun
gambaran ini tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis keganasan,
dan kemungkinan sulit untuk memperlihatkan peningkatan aliran darah
pada tumor–tumor yang berukuran kecil. MRI dapat mengidentifikasi lesi
yang bervariasi didalam testis dan dapat membantu membedakan antara
massa testis solid dan lesi inflamatorik ataupun fibrotik.1

18
3. Pemeriksaan darah
Untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionicgonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Human
chorionic gonadotropin dan α-fetoprotein adalah penanda tumor yang
mungkin meningkat pada pasien kanker testis. Penanda tumor adalah
substansi yang disintesis oleh sel-sel tumor dan dilepaskan ke dalam
sirkulasi dalam jumlah yang abnormal. Tehnik imunositokimia yang terbaru
dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang tampaknya menghasilkan
penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan untuk
mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon terhadap
pengobatan. Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan
kadar AFP atau beta HCG. Peningkatan satu atau beberapa jenis pertanda
tumor secara bersamaan menunjukkan karakteristik pada tumor jenis
tertentu (Tabel 3) 1,2,15
Tabel 3. Karakteristik pertanda tumor.15

4. Rontgen thorax
Untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru.
5. CT scan abdomen
Untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut.
6. Pemeriksaan urografi intravena
Untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan
oleh massa tumor; limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran
tumor ke sistem limfatik.
7. Biopsi aspirasi jarum halus pada testis
Digunakan untuk memeriksa lesi yang terpalpasi pada pemeriksaan testis.
Walaupun saat ini biopsi aspirasi testis lebih dikembangkan untuk evaluasi
spermatogenesis. Pendapat mengenai keandalan biopsi aspirasi dalam

19
mengkonfirmasi diagnosis tumor ganas pada testis hingga saat ini masih
kontroversial.

2.1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit.
Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya: 1,2
1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis.
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa
sampai ke hati atau paru-paru.
Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis,
karena itu untuk penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus
diambil dari orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal
setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus sampai anulus inguinalis
internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak diperbolehkan karena
ditakutkan akan membuka peluang sel-sel tumor mengadakan penyebaran.
Pada eksplorasi melalui insisi inguinal dalam instansi pertama funikulus
spermatikus harus diklem dulu untuk menghindari penyebaran sel melalui
darah atau saluran limfe. Kemudian tetis diluksasi dari skrotum di dalam luka
insisi dan diperiksa. Pungsi atau biopsi skrotum harus dianggap sebagai satu
kesalahan tindakan.5,7
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
- Pembedahan: pengangkatan testis (orkidektomi) dan pengangkatan
kelenjar getah bening (limfadenektomi). Prosedur ini tidak akan
mengganggu kehidupan seksual atau kemampuan seseorang untuk
memiliki anak, jika hanya satu testis yang terkena kanker. Jika kedua testis
harus diangkat, pasien bisa menyimpan sperma agar tetap bisa memiliki
keturunan di kemudian hari.
- Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi
tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor
non-seminoma. Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada

20
seminoma, terutama pada stadium awal untuk mencegah rekurensi
- Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan
etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah
meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma. Pria
yang sedang menjalani kemoterapi tidak disarankan untuk menghamili
istrinya, sebab obat-obatan kemoterapi bisa merusak sperma dan
meningkatkan risiko memiliki anak yang cacat sejak lahir
- Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara
seminoma dan non seminoma. Seminoma merupakan tumor yang sangat
sensitif terhadap sinar. Karena itu sesudah orkidektomi pada seminoma
kebanyakan dilakukan radioterapi pada stasiun- stasiun kelenjar limfe
regional, juga jika tidak dapat ditunjukkan adanya metastasis kelenjar limfe
dibawah diafragma. Lapangan penyinaran juga harus meliputi sikatriks di
daerah inguinal dan terapinya terdiri atas paling sedikit 30 Gy dalam 3-4
minggu.1,11
Penderita dengan stadium I, II A, dan II B, setelah orkidektomi
diradiasi pada regio paraaorta dan regio panggul ipsilateral. Karena kurang
lebih separuh penderita dengan stadium II C mendapat kekambuhan dengan
terapi penyinaran, pada penderita ini dilakukan kemoterapi. Kepada
penderita stadium III diberikan skema kemoterapi yang berlaku untuk
penderita non seminoma. Bila penanganan bedah sempurna serta
kemoterapi dan penyinaran lengkap prognosis baik sekali.1,11,13
Sejak beberapa tahun pada seminoma, jika tidak dapat ditunjukkan
metastasis (stadium I), dalam beberapa pusat yang terspesialisasi cukup
dikerjakan kontrol penderita yang frekuen tanpa radioterapi. Dalam hal ada
metastasis kelenjar retroperitoneal dengan diameter lebih dari 5 cm dan atau
metastasis kelenjar di atas diafragma dan atau metastasis hematogen maka
ini terindikasi untuk kemoterapi. Kebanyakan hal ini digunakan empat
siklus masing-masing 3 minggu yang terdiri atas sisplatin dan etoposid.
Dalam pusat tertentu nilai kombinasi kemoterapi ini dibandingkan dengan

21
karboplatin, sendirian atau dalam kombinasi.1,11
Non-seminoma
Penderita dengan tumor non seminoma stadium I tidak
membutuhkan terapi tambahan setelah pembedahan. Penderita stadium II A
dapat diobservasi saja, kadang diberikan kemoterapi dua seri. Pada stadium
II B biasanya diberikan empat seri kemoterapi. Penderita stadium II C dan
III diberikan kemoterapi yang terdiri dari sisplatin, beomisin dan vinblastin.
Bila respon tidak sempurna diberikan seri tambahan dengan sediaan
kemoterapi lain. Bila masih terdapat sisa jaringan di regio retroperitoneal
dilakukan laparatomi eksplorasi. Pada kebanyakan penderita ternyata hanya
ditemukan jaringan nekrotik atau jaringan matur. Jaringan matur merupakan
jaringan yang berdiferensiasi baik dan tidak bersifat ganas lagi. 1,11,13
Jika tidak dapat ditunjukkan metastasis dan tumor terbatas pada
testis maka ini disebut stadium I. Sesudah orkidektomi cukup pemantauan
yang sering terhadap penderita (wait and see policy). Dalam hal ini harus
diperhatikan kenyataan bahwa kira-kira 25% penderita selama follow
up menunjukkan pertumbuhan tumor. Dengan kontrol yang sering, dengan
menetapkan zat-zat penanda, pertumbuhan tumor dapat cepat didiagnosis,
dan karena kecilnya massa tumor dapat diterapi kuratif dengan kemoterapi.
Jika dibuktikan adanya metastasis, pertama-tama dinilai dengan
polikemoterapi. Semula kemoterapi ini terdiri atas kombinasi sisplatin,
vinblastin, dan bleomisin, sesudah itu vinblastin diganti dengan etoposid.
Kombinasi ini sama efektifnya tetapi cukup ringan toksisitasnya. 1,16-18
Regimen kemoterapi yang digunakan paling banyak adalah
kombinasi tiga obat, yaitu BEP (bleomisin, etoposide, dan cisplatin).
Pemberiannya diulang setiap 21 hari. Satu siklus kemoterapi terdiri dari
cisplatin 20 mg/m2 IV (hari 1–5), etoposide 100 mg/m2 IV (hari 1–5), dan
bleomisin, 30 unit IV (hari 2, 9, dan 16). Pemberian bleomisin dapat
digantikan ifosfamid sehingga digunakan regimen VIP (VP-16/etoposide,
ifosfamide, platinum). Jika pemberian kemoterapi tanpa bleomisin maka
menjadi kombinasi PE. Kemoterapi diberikan 3 siklus BEP atau 4 siklus PE
pada tumor primer atau tanpa adanya metastase, dan 4 siklus BEP atau 4

22
siklus VIP pada tumor testis dengan metastase.16-20

2.1.11 Prognosis
Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan
metastasis banyak di paru atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar
petanda tumor yang tinggi. Prognosis tumor testis bukan hanya
bergantung kepada sifat histologiknya, melainkan terutama pada stadium
tumor. Ketahanan hidup 5 tahun tumor yolk sac yang termasuk non-seminoma
yaitu 40-90 %.1,19,20
Prognosis dapat pula dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik,
intermediate, dan buruk (Tabel 4). Sistem ini menggunakan histologis, lokasi
tumor primer lokasi metastasis dan kadar pertanda prekemoterapi dalam
serum.1

Tabel 4. Sistem staging bedasarkan prognosis pada tumor sel germinal. 15

Pada tumor testis follow up harus dijalankan sebagai berikut : tahun ke-1
tiap 1 bulan; tahun ke-2 tiap 2 bulan ; tahun ke-3 tiap 3 bulan ; tahun ke-4 dan 5

23
tiap 6 bulan ; tahun ke-6 hingga 10 tiap tahun. Pada waktu kontrol harus
diperhatikan khusus zat-zat penanda tumor, pemeriksaan abdomen
(CT scan retroperitoneum), dan testis sisi lainnya, deteksi limfoma supraklavikuler,
pemeriksaan paru (foto thorak dan CT) dan keadaan umum penderita. 1,11

24
BAB III
KESIMPULAN

Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-
35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Tumor testis
berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel
germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila
diberi penanganan adekuat. Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian
tumor testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis, atrofi atau infeksi testis
dan pengaruh hormon. Seminoma merupakan tumor maligna testis yang tersering,
diikuti dengan Karsinoma embrional, teratoma dan khoriokarsinoma. Seminoma
bermetastasis lambat dan terutama ke kelenjar paralumbal, koriokarsinoma
bermetastasis cepat dan kebanyakan hematogen. Penanda tumor yang paling sering
diperiksa pada tumor testis adalah µFP dan HCG, penanda tumor pada karsinoma
testis germinal bermanfaat untuk membantu diagnosis, penentuan stadium tumor,
monitoring respons pengobatan dan sebagai indikator prognosis tumor testis.
Seminoma atau non-seminoma sangat sensitif terhadap kemoterapi. Seminoma juga
sangat radiosensitif, non-seminoma jauh kurang sensitif. Prognosis umumnya
memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di paru atau bila
terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Albers, P., et al. Guidelines on Testicular Cancer: 2015 Update. European


Urology, 2015. 68: 1054.
2. Khan O, Protheroe A. Testis cancer. Postgraduate Medical Journal.
2007;83(984):624-632.
3. Horwich A, Nicol D, Huddart R. Testicular germ cell tumours. BMJ.
2013;347(sep24 1): f5526-f5526.
4. Garner MJ, Turner MC, Ghadirian P, et al. Epidemiology of testicular cancer: an
overview. Int J Cancer 2005;116:331–9
5. Yuwinanda, DP. Gambaran penyakit keganasan urologi di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau periode Januari 2006-Desember 2009. Pekanbaru: Universitas
Riau;
2011
6. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2008.
7. Chen W, Lin Y, Yeh S, Wu C. Testicular Adult Type Granulosa Cell Tumor: A
Very Rare Case Report and Review of Literature. 2019.
8. Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews, JB,
dkk. Schwartz’s Principles of Surgery. Edisi ke-10. New York: McGraw Hill;
2012.
9. Mochamad A. Case Study Carcinoma Testis: Complication of Cryptorchismus.
Jurnal keperawatan. 2012;3(2).
10. Townsend C, Sabiston D. Sabiston textbook of surgery, 18th edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2007.
11. Van de Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J., Onkologi,Tumor Testis, Edisi
5 Revisi, Panitia Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta, Alih Bahasa : Arjono, 1996,
Hlm 556-563.
12. McLatchie G, Borley N. Oxford handbook of clinical surgery. Oxford: Oxford
University Press; 2013.
13. Sjamsjulhidayat R., Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Tumor Ganas Testis, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1997, Hlm 1070-1073.

26
14. Trojian TH, et al. Epididymitis and orchitis: an overview. Vol 79 Number 7.
American family physician. April 1, 2009
15. Milose JC, Filson CP, Weizer AZ, Hafez KS, Montgomery JS. Role of
biochemical markers in testicular cancer: diagnosis, staging, and surveillance. J
Urol. 2012; 4:1–8
16. Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters S. Campbell-Walsh
Urology. Edisi ke-10. Philadelphia: Saunders; 2012
17. Beyer J, Albers P, Altena R, dkk. Maintaining success, reducing treatment
burden, focusing on survivorship: highlights from the third European consensus
conference on diagnosis and treatment of germ-cell cancer. Ann Oncol. 2013;
24:878–88.
18. Feldman DR, Bosl GJ, Sheinfeld J, Motzer RJ. Medical treatment of advanced
testicular cancer. JAMA. 2008; 299:672–84
19. Tandstad T, Dahl O, Cohn-Cedermark G Cavallin-Stahl E, Stierner U, Solberg A,
dkk. Risk-adapted treatment in clinical stage I nonseminomatous germ cell
testicular cancer: the SWENOTECA management program. J Clin Oncol. 2009;
27: 2122–28.
20. Oldenburg J, Martin JM, Fossa SD. Late relapses of germ cell malignancies:
incidence, management, and prognosis. J Clin Oncol. 2006; 24: 5503–11

27

Anda mungkin juga menyukai