Laporan Kasus
Disusun oleh
Pembimbing
RS MUHAMMADIYAH JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Gastroenteritis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Arief Fatoni dan dr. Novi Kurniasari
selaku dokter pembimbing yang telah meluangkan waktunya sehingga penulis dapat
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Dalam
kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi rekan dokter
Akhir kata, penulis berharap semoga dapat memberikan manfaat pada pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................................v
2.1 Definisi......................................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.............................................................................................................7
2.3 Etiologi......................................................................................................................9
2.4 Patofisiologi..............................................................................................................11
2.11 Penatalaksanaan......................................................................................................18
BAB 3 PEMBAHASAN..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. N
Usia : 11 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Status : -
Keluhan Utama
Muntah-muntah.
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Jombang dengan keluhan muntah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit sebanyak 5x, muntah makanan dan air, darah (-), muntah setiap
makan dan minum. Pasien juga mengeluhkan diare 3x , konsistensi BAB cair, warna kuning
kecoklatan, darah (-) lendir (-) seperti cucian beras (-) bau busuk (-). Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual (+) dan nyeri perut (+), demam (-), makan dan minum sejak muntah
berkurang, penurunan kesadaran (-). BAK terakhir 1 jam yang lalu. Sebelumnya 8 jam yang lalu
1
2
Riwayat Sosial
Riwayat Pengobatan
Pemeriksaan Fisik
GCS 456
TD : 100/60 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 C
BB : 34 Kg
TB : 138 cm
Mata : anemis -/- , cowong -/- , ikterik -/- , pupil bulat isokor ϴ 3 mm, reflek
cahaya +/+
THT :
3
Telinga : otorea (-), MAE hiperemis (-) nyeri tekan tragus (-)
Mulut : Edema (-), bibir kering (+), sianosis (-), stomatitis (-), oral trush (-).
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-) JVP flat
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dinding dada normal, Gerak nafas simetris, retraksi otot pernapasan -/-
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas normal vesikuler / vesikuler , Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Perkusi : redup, batas jantung kiri terdapat pada ICS V midclavicula line sinistra, batas
jantung kanan terdapat pada ICS IV parasternal, batas jantung atas terdapat
Abdomen
Palpasi : supel, undulasi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, massa intra
abdominal (-), nyeri tekan abdomen regio epigastrium (+) dan regio
Ekstremitas
akral hangat/kering/merah (+), CRT < 2 detik, edema ekstremitas superior (-/-),
Pemeriksaan Penunjang
(22/06/2021)
Hb 14,6
Leu 23.200
Hct 39,9
Eri 5.190.000
Tro 359.000
Hitung Jenis:
Eosinofil (-)
Basofil (-)
Neutrofil 87
Limfosit 6
Monosit 7
Diagnosis
DD:
- Diare akut
5
Terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang
ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda,2009).
Gastroenteristis akut merupakan perwujudan infeksi campylobacter yang paling lazim, biasanya
disebabkan oleh C.jejuni , C.coli dan C.laridis, masa inkubasi adalah 1-7 hari, diare terjadi dari
cairan tinja encer atau tinja berdarah dan mengandung lendir (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Gastroenteristis akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat (Noerasid, Suratmaadja & Asnil 1998, dalam Sodikin, 2011). Dari beberapa pengertian diatas
jadi dapat disimpulkan bahwa gastroenteristis akut adalah suatu peradangan pada mukosa lambung
yang ditandai dengan muntah-muntah yang berakibat dengan kehilangan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan biasanya terjadi pada bayi atau
anak.
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya (buang air besar)
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya, lazinnya 3 kali atau lebih dalam satu hari
(DINKES, 2006).
Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masing-masing mencerminkan
pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
7
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 7 hari
dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa darah. Mungkin disertai muntah
atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang,
juga mengakibatkan kurang gizi. Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7 sampai 14 hari.
Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat di mulai
sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare persisiten E.coli, Shigella, dan
Criptosporidium. Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan
bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap glutein dan gangguan
B. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 juta
penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada anak-
Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia adalah 423 dari tiap
1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001,
angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk,
sedangkan angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu
75 per 100.000 orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah
19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya akibat diare.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minunan yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan
pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi
yang diberi AsI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam
pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya
atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan bahwa
tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit dan
a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan v
cholerae
b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada
anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari
misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin yang berlangsung
lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak
imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan mungkin
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor
yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua factor ini akan berinteraksi
bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui
C. Etiologi
1. Faktor infeksi
10
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media Akut),
2. Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
Molabsorbsi lemak
Molabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan beracun
4. Lain-lain
Imunodefisiensi
Faktor-faktor langsung:
o Sosioekonomi 2,5
D. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil mengeluarkan
tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/ hari pada orang dewasa.
Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan
osmotik tinggi.kelainan yang menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak.
Sedangkan kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar, dan tinja
Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui
membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran larutan secara aktif
maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa. Patomekanisme diare kebanyakan dapat
di jelaskan dari kelainan sekretorik, osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3
prinsip mekanisme terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan keduanya dapat
Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus. Hal
ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida oleh sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Kegagalan mekanisme ini melalui peningkatan cAMP,cGMP,
atau kalsium intraselular, gangguan penyerapan natrium dan menstimulasi sekresi dari klorida di
12
usus halus yang disebabkan oleh infeksi (enterotoksin), mediator inflamasi dari lumen usus
halus, atau dari sirkulasi sistemik (hormon peptide yang diproduksi dari tumor endokrin). Diare
sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan kehilangan banyak air dan elektrolit dari
saluran pencernaan. Diare sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Natrium (Na+)
oleh vili enterosit serta peningkatan sekresi Klorida (Cl-) oleh kripte. Natrium masuk ke dalam
sel saluran cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi pertukaran Na+-
glukosa, Na+- asam amino, Na+-H+ dan proses elektrogenik melalui Na channel. Cl- masuk ke
dalam ileum melalui pertukaran Cl- /HCO3-. Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh
hormon (Vasoactive Intestinal polypeptide – VIP), toksin dari (E.Coli, Cholera) dan obat-obatan
yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui rangsangan pada protein G enterosit. Akan
terjadi peningkatan siklik AMP (cAMP) intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktivasi
protein signalling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi Cl- merupakan
respon pada toksin kholera atau cholera-like toxin yang diperantarai oleh peningkatan
konsentrasi cAMP. Enterotoksin lain akan meningkatkan sekresi intestinal dengan meningkatkan
siklik GMP (cGMP) atau konsentrasi kalsium intraseluler. Nitric-oxide diduga berperan dalam
pengendalian sekresi Cl-. Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa
peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari kolon dan
berakibat adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar,
menetap meskipun dipuasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang isotonik. Pada infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toxin bakteri seperti
Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan
13
cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara
osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan
bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare.
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu yang singkat
oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua karena takut diare/muntah
bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan sering diencerkan dalam waktu yang lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat terjadi syok
hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang dan dapat menyebabkan
hipoksi.
14
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan cairan empedu, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena
sering deflkasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu :
BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan
mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik
dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan
daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis
15
berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas
F. Derajat Dehidrasi
Kehilangan BB
PENILAIAN A B C
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel
*Lesu,lunglai, tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
Kulit lambat
Derajat Dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI
DEHIDRASI RINGAN SEDANG BERAT
Bila ada 1 tanda* + Bila ada 1 tanda* + 1
1 atau lebih tanda atau lebih tanda lain
lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana terapi B Rencana C
Tabel 2.1 Tanda dan Derajat Dehidrasi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan gatroenteristis akut menurut IDAI (2011) :
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika.
c. Tinja :
17
meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa
mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa, atau disebabkan
oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus
bisa disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit
dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.
H. Diagnosis banding
Diare Akut
Diare Persisten
Diare Kronik
Disentri
I. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Pemeriksaan fisik
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan atau
Laboratorium
J. Komplikasi
Syok hipovolemik
Hipoglikemi
K. Tatalaksana
Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi.
1. Cairan
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah
sayur, air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan ,
Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu
dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan
RENCANA TERAPI A
Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
20
Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain untuk
Glukosa :4g
Atau
K Klorida : 0,3 g
RENCANA TERAPI B
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah
diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
21
diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung
Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidrasi telah hilang anak biasanya
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B , tetapi tawarkan
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana terapi A
RENCANA TERAPI C
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Tabel 2.4 Rencana terapi C
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq/hari karena bisa
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai. Apabila masih dijumpai
secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit. Sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.
Kadar K<2,5 mEq/L, berikan kCl melalui drip intravena dengan dosis:
3,5- kadar K terukur x BBx 0,4+ 1/6 x 2 meqx BB dalam 20 jam berikutnya.
2. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan
volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Sengzink
elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare
dengan dosis:
3. Nutrisi
Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian cara pemberian makanan yang aik
pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare
yang benar:
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi diperbolehkan
sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk menambah larutan
oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul dehidrasi maka pemberian
24
susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi.
Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak,
makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan
lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6
jam untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet
harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5 hari
dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit
diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan
respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara
drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan
kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada
kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada
kelompok probiotik.5,8
4. Medikamentosa
- Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalkan disentri atau kolera. Pemberian antibiotik
yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehilngga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan
diare sulit disembuhkan. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat
25
diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapaat
mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini
pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bola kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka
vegetatif.
5. Edukasi
Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut :
Muntah berulang-ulang
Demam
Tinja berdarah 5
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan dimasak.
Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari kontaminasi. Cuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan. Buang
cepat tinja dengan cara memasukannya kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI
selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan
makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak
BAB III
PEMBAHASAN
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dari satu minggu. Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi Pasien An. N usia 11 tahun,
hari sebelum masuk rumah sakit, muntah sebanyak 5x, muntah makanan dan air, muntah setiap
makan dan minum, Selain itu pasien juga mengeluhkan BAB cair sebanyak 3x, konsistensi BAB
cair, tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak seperti cucian beras, tidak berbau busuk, warna
kuning kecoklatan. Selain itu didapatkan juga mual dan nyeri perut. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien sedang mengalami diare akut dimana frekuensi BAB > 3 kali dalam sehari disertai
muntah (Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI, 2009). Dari anamnesis juga didapatkan bahwa
sebelumnya pasien mengkonsumsi makanan pedas, hal ini sesuai dengan etiologi dari GEA yang
suhu 36,8 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran baik, mata cowong (-), bibir kering,
nyeri tekan (+) et regio epigastrium dan hipokondrium sinistra, BU (+) meningkat, turgor
kembali cepat, akral hangat. Pada pasien, didapatkan 2 atau lebih dari tanda tanpa dehidrasi,
sehingga hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang dalam keadaan tidak dehidrasi. Keadaan
tidak dehidrasi bukan merupakan indikasi untuk MRS, tetapi ada kemungkinan lain yang
menyebabkan pasien MRS yang ditandai dengan hasil laboratorium yang tidak normal. Pada
27
pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dengan hasil peningkatan jumlah
leukosit sebanyak 23.200. Pemeriksaan feses pada pasien ini tidak dilakukan.
Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri atau parasit, Akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
KEP, dan sosioekonomi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan pasien mengalami diare bisa terjadi karena malabsorbsi
makanan, tetapi dapat terjadi juga karena rotavirus yang ditandai dengan adanya mual muntah,
konsistensi cair, tidak ada lendir, tidak ada darah, tetapi tidak menutup kemungkinan disebabkan
oleh bakteri yang ditandai oleh peningkatan dari jumlah leukosit dan segmen. Dasar semua diare
adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung
secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium
dan klorida dan glukosa. Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian cairan intravena RL 1800cc/24
jam, injeksi ranitidin 2x50 mg iv, injeksi ondansetron 3x4 mg iv, injeksi vicillin sx 3x1 gr iv, L-
Bio 2x1 sachet, Zinc 1x20 mg. Karena pasien tidak dalam kondisi dehidrasi, maka pemberian
- 10 kg I x 100 ml = 1000 ml
- 10 kg II x 50 ml = 500 ml
- 10 kg III x 25 ml = 250 ml
Sehingga bila dijumlah kebutuhan cairan An. PF 1750 ml/hari. Cairan yang dipilih adalah Ringer
Laktat karena kandungan Ringer Laktat meliputi natrium 130 mmol/L, kalium 4mmol/L, klorida
28
109mmol/L mEq, kalsium1,5 mmol/L, laktat 28 mmol/L yang digunakan untuk mengganti
elektrolit yang terbuang. Pada diare terjadi gangguan motilitas usus hiperperistaltik yang
gangguan keseimbangan elektrolit (Stefano dan Haleh, 2011). Pemberian ranitidin dan
ondansetron pada pasien adalah sebagai terapi simptomatik untuk mengatasi keluhan mual dan
muntah pasien. Antibiotik ampisilin sulbaktam (vicillin sx) diberikan sebagai terapi dengan
dugaan diare yang terjadi disebabkan oleh bakteri yang ditandai oleh adanya peningkatan dari
L-Bio yang diberikan merupakan probiotik yang terdiri dari Lactobacillus acidophilus,
pemberian probiotik pada diare akut bermanfaat, dapat mengurangi durasi dan frekuensi diare,
serta tidak ada laporan efek yang serius (Diana et al, 2015). Mekanisme kerja probiotik adalah
berkompetisi untuk berlekatan pada enterosit usus, sehingga enterosit yang telah jenuh dengan
probiotik tidak dapat lagi berlekatan dengan bakteri lain sehingga menghambat pertumbuhan
kuman patogen selain berkompetisi dengan patogen untuk mendapatkan tempat dan nutrisi.
Probiotik juga menghasilkan substansi anti mikroba seperti asam organik (laktat dan asetat),
bakteriosin, reuterin, H2O2 dan enzim saluran cerna. Pengaruh probiotik terhadap sistem
imunitas non spesifik adalah meningkatkan produksi musin, aktivitas sel natural killer (NK),
aktivasi makrofag dan fagositosis. Probiotik juga mempengaruhi imunitas spesifik dengan
meningkatkan produksi sitokin, seperti IL-2, IL-6, TNF-α, dan kadar sIgA (Shinta, Hartantyo,
Pada pasien diberikan tablet zinc, hal ini sesuai dengan program Departemen Kesehatan
RI lintas diare yang terdiri dari oralit, zinc, teruskan asi, antibiotik selektif, dan nasihat. Diare
akan menyebabkan peningkatan ekskresi zinc dalam tinja, balans zinc yang negative, dan
menurunkan konsentrasi zinc dalam jaringan. Pada diare, zinc berperan dalam inhibisi second
messenger induced Cl secretion (cAMP, cGMP, ion kalsium) meningkatkan absorpsi natrium,
memperbaiki permeabilitas intestinal, dan fungsi enzim pada enterosit, meningkatkan regenerasi
epitel usus dan respons imun lokal dengan membatasi bacterial overgrowth, dan meningkatkan
klirens pathogen (Dede et al, 2015). Zinc diberikan 1x perhari selama 10 hari dengan dosis 1
tablet yang mengandung 20 mg. Hal ini sesuai dengan anjuran dari Depkes RI (2011) pemberian
zinc pada anak usia >6 bulan 20 mg/hari. Selain itu ibu pasien juga diberitahu bahwa pasien
Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau untuk
penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika timbul demam, tinja
berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu disarankan untuk selalu menjaga kebersihan dan mencuci
tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah memberi makan/minum Hal ini bertujuan
agar tercipta higienitas ibu dan anak yang baik. Pada kasus ini nasehat telah diberitahukan dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 20. Vol2 Jakarta 2015
2. Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare Pegangan
2008. www.kompas.com
www.depkes.go.id
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.
www.gizinet.com
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Diare Akut. 2009. H58-62.
10. Stefano & Haleh. Diarrhea- Diagnostic and therapeutic Advances. London: 2011. H1-32
11. Dede, Pramitha, dan Najib. Defisiensi Zinc Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Diare Akut
12. Diana dan Pramita. Laporan Kasus Berbasis Bukti : Manfaat Pemberian Probiotik Pada
13. Shinta, Hartantyo, Wijayahadi. Pengaruh probiotik pada diare akut: penelitian dengan 3