SISTEM INDERA
SISTEM INDERA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2021
PENGANTAR
1
Buku Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Indera berisi beberapa keterampilan utama yaitu:
1. Anamnesis dan penilaian refraksi subjektif
2. Pemeriksaan eksternal mata, lapang pandang dan tekanan intraokular
3. Pemeriksaan funduskopi, peresepan kacamata, pemberian obat tetes dan aplikasi salep
mata
4. Pemeriksaan fisik THT dan Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
5. Pemeriksaan keseimbangan, pengambilan serumen, pengambilan benda asing di telinga
dan hidung, tindakan untuk epistaksis
6. Pemeriksaan fisik integumen
7. Insisi Drainase Abses dan Rozer Plasty Kuku
Mahasiswa juga diharapkan mencapai Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) dengan waktu yang disediakan adalah 200 menit pada setiap
kemampuan. Beberapa langkah kegiatan, teori singkat dan contoh skenario juga ditampilkan di
dalamnya
Panduan atau manual ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu saran yang membangun
diperlukan.
2
TATA TERTIB
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-lakiwajib berambut pendek dan rapi.
3. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan FK UK.
4. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan FKUK.
5. .Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
6. Bila mahasiswa sakit :
a. Memberikan surat keterangan sakit ke bagian pendidikan, atau surat keterangan
dirawat bila dirawat.
b. Mencantumkan diagnosis klinis/ diagnosis kerja.
c. Di tanda tangani dokter yang memiliki SIP (Surat Ijin Praktek).
d. Alamat klinik/ rumah sakit/ Puskesmas jelas.
e. Diterima selambat-lambatnya 3 hari kemudian.
f. Bila tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, dianggap alpa (absen).
3
TATA-TERTIB KEGIATAN KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL
LABORATORY (CSL)
Sebelum kegiatan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
4
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 90 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat
dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas sesuai
dengan peraturan yang berlaku
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 80 % dari seluruh jumlah
tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
7. Nilai ujian CSL (OSCE) menjadi prasyarat ikut ujian blok. Jika tidak lulus CSL maka
tidak diperkenankan ikut ujian blok
5
DAFTAR ISI
6
19 Aplikasi salep mata 4
20 Indera Pendengaran dan Keseimbangan
21 Inspeksi auricular dan melihat meatus auditorius externus 4
dengan otosko
22 Pemeriksaan membrane timpani dengan otoskop 4
23 Menggunakan lampu kepala 4
24 Tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala 4
Indra penghidu
25 Inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung 4
26 Penilaian obstruksi hidung 4
27 Rinoskopi anterior 4
Keterampilan terapeutik
28 Penggambilan serumen dengan menggunakan kait atau 4
kuret
29 Menghentikan perdarahan hidung anterior 4
30 Pemeriksaan fisik integumen 4
31 Insisi dan drainase abses 4
32 rozerplasty 4
7
CSL 1
1. Konjungtivitis : mata merah, mata berair, gatal, kadang nyeri, penurunan visus tidak ada
2. Glaukoma : mata merah , nyeri, penglihatan kabur, mata bengkak
3. Keratitis : mata merah , mata berair, nyeri, penglihatan silau, penglihatan kabur
4. Episkleritis : nyeri sekitar mata, mata merah
5. Ulkus kornea : penglihatan kabur, I mata merah, merasa benda asing di mata, nyeri dan
silau
6. Skleritis : mata merah, penglihatan menurun, floaters, fotofobia dan nyeri
Metode pemeriksaan refraksi subjektif memberikan hasil yang lebih baik dan akurat untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan terapi, tetapi bergantung pada kerjasama pasien dalam
menilai perbaikan refraksi selama pemeriksaan. Ketajaman penglihatan maksimal sangat
bergantung pada respon dan pendapat pasien dan hasil pemeriksaan refraksi secara subjektif tidak
selalu mewakili kondisi refraksi murni mata yang diperiksa sehingga pemeriksaan refraksi
subjektif masih menjadi baku emas dalam menentukan status refraksi pasien.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan Mahasiswa dapat melakukan anamnesis serta penilaian refraksi subjektif
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan mata
2. Melakukan penilaian refraksi subjektif
Indikasi:
1. Mata kabur / gangguan refraksi
Media dan Alat Bantu pembelajaran
1. Panduan / manual CSL
2. Kursi
8
3. Meja
4. Optotip snellen
5. set lensa coba
6. pulpen
7. jaeger chart
Metode pembelajaran :
DESKRIPSI KEGIATAN
9
3. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan
penglihatan bayi dan anak, penilaian refraksi
subjektif secara tepat dan saling bertukar peran
sebagai dokter pasien
4. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
5. Mahasiswa bertukar peran secara serentak dan
kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang belum
pendapat/diskusi dipahaminya serta instruktur menjawab dan
menjelaskannya serta instruktur bertanya apakah
ada bagian yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
10
PENUNTUN BELAJAR ANAMNESIS
No Langkah Klinik
1 Memberikan salam lalu pemeriksa berdiri dan menjabat tangan pasien serta memperkenalkan
diri pemeriksa
2 Mempersilahkan pasien duduk berseberangan dengan pemeriksa
3 Berbicara dengan lafal yang jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
pasien (bukan bahasa medis)
4 Mendapatkan persetujuan dan merahasiakan informasi
5 Menanyakan identitas pasien meliputi:
Nama,umur, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, pendidikan, alamat rumah
6 Menanyakan Keluhan utama pasien (mata merah, penglihatan kabur dan penglihatan ganda
7 Menanyakan Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah sangat/sedikit kabur,
penglihatan buram/tertutup, penglihatan sentral atau perifer yang kabur ( apakah
semua lapangan penglihatan atau sebagian saja), disertai rasa silau/tidak,
Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului trauma/tidak, didahului/disertai
penglihatan kabur
Keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata atau pada saat melihat dengan
dua mata, apakah disertai pusing
lamanya, onset (tiba-tiba/ perlahan), perlangsungannya (konstan/ memberat),
aktivitas saat keluhan timbul, kondisi yang memperberat/meringankan keluhan,
apakah ada upaya pengobatan sebelumnya, atau apakah keluhan ini pertama kali
timbul atau sudah berulang.
Tanyakan kelainan mata yang lainnya: mata merah, air mata berlebih, kotoran mata
berlebih, silau, penglihatan menurun, nyeri, rasa mengganjal, rasa berpasir, serta
gejala penyerta bila ada.
8 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit sistemik (diabetes, hipertensi?
Apakah terdapat riawayat operasi atau pengobatan lainnya?
9 Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit/keluhan yang sama?
10 Menanyakan kebiasaan sosial
Apakah ada d lingkungan sekitar/ tetangga mengalami sakit yang sama?
Lingkungan yang berdebu
11
11 Melakukan cek silang untuk memastikan informasi yang didapatkan sesuai
12 Menegakkan dan menjelaskan differential diagnosis (diagnosis banding) kepada pasien dan
menanyakan jika ada pertanyaan dari pasien
13 Mengucapkan terima kasih pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik jika diperlukan
12
12 Apabila pasien tidak bisa membaca tulisan yang paling kecil maka diberikan
koreksi lensa + hingga pasien dapat melihat dengan jelas seluruh tulisan
13 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
14 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
15 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
13
DAFTAR TILIK ANAMNESIS
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
ANAMNESIS 0 1 2
A. PERSIAPAN
Memberikan salam lalu pemeriksa berdiri dan menjabat tangan
1 pasien serta memperkenalkan diri pemeriksa
2 Mempersilahkan pasien duduk berseberangan dengan pemeriksa
14
DAFTAR TILIK PENILAIAN REFRAKSI SUBJEKTIF
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMERIKSAAN PENILAIAN REFRAKSI SUBJEKTIF 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 pasien
B. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN JAUH DENGAN
OPTOTIOPE SNELLEN
Mintalah penderita duduk pada jarak 5 atau 6 m dari optotipe
2
Snellen
15
Lensa coba diganti hingga penderita dapat membaca
10 optotip maksimal. Pilih lensa concave (-) terlemah yang
memberikan penglihatan terbaik.
C.PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN MATA DENGAN JAEGER CHART
DAFTAR PUSTAKA
1. Julita. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dan refraksi. Jurnal FK Unand
2. Manual Keterampilan Klinik Sistem Indera Khusus. 2016. Fakultas Kedokteran Unhas.
Makassar
LAMPIRAN
Gambar 1. Kartu Snellen, atas tengah : untuk pasien dewasa; kiri & kanan atas dan bawah : untuk
pasien anak & buta huruf)
16
Gambar 2. Kartu Jaeger untuk pemeriksaan visus sentralis dekat
17
CSL 2
Mata merupakan organ kecil, seorang dokter perlu sangat dekat dengan pasien dalam
rangka pemeriksaan organ ini. Untuk pemeriksaan eksternal pada mata, tiap bagian eksternal
perlu dilakukan pemeriksaan yang terpisah dari bagian-bagian tersebut, tetapi untuk mendapatkan
patologi mata unilateral jauh lebih mudah dikenali jika dilakukan dengan membandingkan satu
mata dengan yang lain pada pasien. pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan anterior bola mata dan
pergerakan bola mata
Pengukuran tekanan intraokular merupakan pemeriksaan rutin yang penting pada mata
dan merupakan salah satu tanda untuk mengetahui kondisi mata seseorang dalam menilai
dinamika humor aquos. Tekanan intarokular terutama diatur oleh dinamika cairan humor aquos
termasuk diantaranya, produksi cairan aquos, aliran cairan, dan pembuangan humor aquos
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga
jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan
monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Ada tiga metode standar
dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter
atau tangent screen. Pemeriksaan lapangan pandang merupakan pemeriksaan salah satu
pemeriksaan dasar dalam skrining, diagnosis dan evaluasi Glaucoma. Pemeriksaan ini dilakukan
secara berkala bagi penderita Glaucoma.
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan penilaian eksternal mata, lapang pandang
dan tekanan intraokuler.
Tujuan Khusus :
Indikasi:
1. Glaukoma
Media dan Alat Bantu pembelajaran
1. Panduan / manual CSL
2. Kursi
18
3. Meja
4. Tonometer schiotz
5. pantokain 0,5%
6. penlight
Metode pembelajaran :
DESKRIPSI KEGIATAN
19
5. Instruktur memberikan tema khusus
atau keluhan utama kepada pasien dan
selanjutkan ditanyakan oleh pemeriksa.
6. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan
eksternal mata, lapang pandang dan tekanan
intraokuler secara tepat dan saling
bertukar peran sebagai dokter pasien
7. Instruktur berkeliling untuk menilai
dengan daftar tilik setiap mahasiswa
yang berlatih.
8. Mahasiswa bertukar peran secara
serentak dan kemudian instruktur
menilai performa mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang
pendapat/diskusi belum dipahaminya serta instruktur
menjawab dan menjelaskannya serta
instruktur bertanya apakah ada bagian
yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
20
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN EKSTERNAL MATA
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2 Melakukan informed consent kepada pasien
PEMERIKSAAN ANTERIOR BOLA MATA
3 Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan tangan
4 Ruangan dibuat setengah gelap
5 Gunakan senter yang diarahkan ke mata pendertia dengan posisi senter 45-60o dari
temporal mata yang akan diperiksa, dimulai pada mata kanan.
6 Lakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai dari kelopak mata, lebar
fisura palpebra, posisi bola mata.
7 Lakukan pemeriksaan bulu mata atas dan bawah, konjungtiva palpebra superior dan
inferior, konjungtiva bulbi, kornea (amati kejernihan, bentuknya, ukurannya,
kecembungannya, permukaan licin/ kasar, adanya pembuluh darah, pterygium, dan
lain-lain.), kamera okuli anterior, iris (bentuknya, gambarannya, warnanya, adakah
synechia), pupil, lensa (perhatikan letak dan kejernihannya/shadow test, kalau tidak
ada bayangan iris di lensa berarti shadow test negatif, hal ini pada lensa yang jernih
atau pada katarak yang matur, dan sebaliknya), dan vitreus anterior
8 Periksa reflex pupil terhadap cahaya langsung (direct), cahaya tidak langsung
(indirect). Perhatikan pula bentuk pupil, bulat atau tidak, sentral atau tidak.
9 Pemeriksaan eversi pada segmen anterior diawali dengan meminta untuk melihat ke
bawah/ke arah kaki. Kemudian palpebra superior dilipat ke arah luar (eversio),
diamati warna mukosa, adanya benjolan-benjolan sikatriks, benda asing, bangunan-
bangunan folikel, cobble’s stone, dan lain-lain
21
13 Letakkan pensil pada jarak 30cm di depan mata penderita kemudian diminta untuk
mengikuti/melihat ujung pensil yang digerakkan mendekat ke arah hidung
penderita.
14 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
15 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
16 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
22
9 Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata, kemudian tonometer diletakkan dengan
hati-hati pada permukaan kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-
benar vertical
10 Letakkan tonometer tepat di atas kornea tanpa menekan bola mata.
11 Tinggi rendahnya tekanan bola mata menentukan besarnya indentasi yang
ditimbulkan oleh alat tersebut. Besar kecilnya indentasi menentukan besarnya
simpangan jarum yang dihubungkan pada lempeng tersebut.
12 Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka skala 0 maka beban perlu
ditambahkan dengan beban 7,5gram atau 10 gram.
13 Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol.
23
PENUNTUN BELAJAR PENILAIAN LAPANG PANDANG DENGAN TES
KONFRONTASI
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2 Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak tangan tidak boleh
menekan bola mata.
3 Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan, sama
tinggi. Pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan kanan. Lapang
pandang pemeriksa sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata
pasien melihat mata pemeriksa.
4 Objek atau ujung jari pemeriksa digerakkan perlahan-lahan dari perifer ke sentral
(sejauh rentangan tangan pemeriksa seolah olah membentuk bidang di tengah tengah
antara pemeriksa dan pasien kemudian digerakan ke central) dari enam arah kardinal.
5 Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.
6 Kemudian diperiksa mata sebelahnya
7 Menyebutkan hasilnya:
Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang pandang pemeriksa.
Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang pemeriksa
(sebutkan di daerah mana yang mengalami penyempitan)
8 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
9 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
10 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
24
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN EKSTERNAL MATA
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMERIKSAAN EKSTERNAL MATA 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
25
lateral atas, dan lateral bawah (mengikuti six cardinal of gaze).
D. PENUTUP
14 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
15 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
16 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
26
PENUNTUN TILIK PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULER
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
PEMERIKSAAN INTRAOKULER 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
1 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan
2 Melakukan informed consent
B. PEMERIKSAAN CARA SUBJEKTIF (PALPASI)
3 Penderita duduk tegak, melirik ke bawah.
Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola
4 mata pada kelopak atas kearah belakang bawah (450) dengan
halus dan penuh perasaan. Tiga jari yang lain bersandar pada
kening dan tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri.
5 Hasilnya TN, TN+1, TN+2, TN+3 ; TN-1, TN-2, TN-3
C. PEMERIKSAAN SECARA OBJEKTIF
6 Penderita diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata
penderita ditetesi Panthocaine 0,5% atau 2%, 1 – 2 tetes
Penderita diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya,
7 dengan cara memfiksasi ibu jarinya yang diacungkan di atasnya,
sehingga sumbu optik mata benar-benar vertikal.
8 Pemeriksa berada di superior pasien.
Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata,
9 kemudian tonometer diletakkan dengan hati-hati pada permukaan
kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-benar
vertikal.
10 Letakkan tonometer tepat di atas kornea tanpa menekan bola
mata.
Tinggi rendahnya tekanan bola mata menentukan besarnya
11 indentasi yang ditimbulkan oleh alat tersebut. Besar kecilnya
indentasi menentukan besarnya simpangan jarum yang
dihubungkan pada lempeng tersebut.
12 Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka skala 0 maka
beban perlu ditambahkan dengan beban 7,5gram atau 10 gram.
27
13 Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol.
14 Mata diberi zalf mata
15 Lihat tabel, berapa mmHg tekanan bola matanya.
Cara baca dan menuliskan hasil
C. PENUTUP
16 Memberitahukan pasien jika pemeriksaan telah selesai
17 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
18 Mengucapkan terima kasih kepada pasien
28
DAFTAR TILIK PENILAIAN LAPANG PANDANG DENGAN TES KONFRONTASI
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
DAFTAR PUSTAKA
1. Indrakila, S dkk.Pemeriksaan Mata. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta
2. Manual Keterampilan Klinik Sistem Indera Khusus. 2016. Fakultas Kedokteran Unhas.
Makassar
29
CSL 3
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI, PERESEPAN KACA MATA, PEMBERIAN OBAT
TETES MATA DAN APLIKASI SALEP MATA
Oftalmoskopi merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan dengan oftalmoskopi / funduskopi. Oftalmoskopi
dibedakan atas 2 langsung dan tidak langsung. Pemeriksaan dengan kedua jenis oftalmoskop
bertujuan menyinari bagian fundus okuli kemudian bagian yang terang di dalam fundus okuli
dilihat dengan satu mata melalui celah alat pada oftalmoskop langsung dan dengan kedua mata
dengan oftalmoskopi tidak langsung. Oftalmoskopi langsung memberikan gambaran normal atau
tidak terbalik pada fundus okuli.
Penulisan Resep
OD dan OS atau R dan L. OD merupakan singkatan dari Oculus Dextra yang merupakan istilah
Latin untuk mata kanan. Ini sama artinya dengan R, yang merupakan singkatan dari Right (kanan
dalam bahasa Inggris). Sedangkan OS merupakan singkatan dari Oculus Sinistra, yaitu istilah
Latin untuk mata kiri. Ada beberapa singkatan pada resep yaitu:
a. SPH
Merupakan singkatan dari “sphere”. Ini menunjukkan jumlah kekuatan lensa yang
dibutuhkan oleh mata Anda, bisa lensa plus atau lensa minus. Jika angka yang dituliskan
dalam kolom tersebut memiliki tanda minus (-), artinya Anda rabun jauh. Jika angka yang
dituliskan dalam kolom diikuti dengan tanda plus (+), artinya Anda rabun dekat. Semakin
besar angka yang dituliskan (terlepas dari tanda minus atau plus), maka semakin tebal juga
lensa yang dibutuhkan mata Anda.
b. CYL
Merupakan singkatan dari “cylinder”. Ini menunjukkan apakah Anda mempunyai mata
silinder atau tidak, beserta dengan jumlah kekuatan lensa untuk silinder. Jika tidak ada angka
dituliskan dalam kolom ini, artinya Anda tidak mempunyai mata silinder atau silinder Anda
sangat sedikit sehingga Anda tidak perlu menggunakan kacamata dengan lensa silinder. Jika
dalam kolom ini dituliskan angka yang diikuti dengan tanda minus (-), artinya kekuatan lensa
untuk silinder rabun jauh. Dan, jika angka diikuti dengan tanda plus (+) artinya untuk silinder
rabun dekat.
c. AXIS
Merupakan orientasi dari silinder, yang ditunjukkan dari angka 0 sampai 180 derajat. Jika
mata Anda silinder, nilai axis juga harus dituliskan dengan mengikuti kekuatan silinder.
Biasanya nilai axis dituliskan dengan didahului oleh “x”. Contoh: x120, artinya sudut
kemiringan lensa silinder adalah 120 derajat untuk mengoreksi mata silinder.
d. ADD
Merupakan kekuatan pembesar yang ditambahkan di bagian bawah lensa multifokal untuk
mengoreksi presbiopia (rabun tua) atau untuk kebutuhan baca. Angka yang dituliskan dalam
kolom ini selalu dalam kekuatan plus (walaupun mungkin tidak dituliskan tanda plus).
Umumnya berkisar antara +0,75 sampai +3. Dan, biasanya kekuatannya sama pada setiap
mata.
30
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan funduskopi, peresepan kaca
mata, pemberian obat tetes mata dan aplikasi salep mata
Tujuan Khusus :
1. Pemeriksaan funduskopi
2. Peresepan kacamata
3. Pemberian obat tetes
4. Aplikasi salep mata
Indikasi:
1. Gangguan refraksi
Media dan Alat Bantu pembelajaran
1. Panduan / manual CSL
2. Kursi
3. Meja
4. Oftalmoskopi (funduskopi)
5. Obat tetes mata
6. Salep mata
7. Resep kaca mata
Metode pembelajaran :
DESKRIPSI KEGIATAN
31
menjawab dan memberikan penjelasan
tentang aspek penting dalam pemeriksaan
funduskopi, peresepan kaca mata,
pemberian obat tetes mata dan aplikasi
salep mata
3.Praktek bermain peran 120 Menit 1. Mahasiswa dikelompokkan secara
dan umpan balik berpasangan. Satu orang berperan
sebagai dokter/pemeriksa dan satu
orang berperan sebagai pasien secara
serentak. Instruktur mengamati setiap
pasangan.
2. Instruktur memberikan tema khusus
atau keluhan utama kepada pasien dan
selanjutkan ditanyakan oleh pemeriksa.
3. Mahasiswa juga melakukan
pemeriksaan funduskopi, peresepan
kaca mata, pemberian obat tetes mata
dan aplikasi salep mata
4. secara tepat dan saling bertukar peran
sebagai dokter pasien
5. Instruktur berkeliling untuk menilai
dengan daftar tilik setiap mahasiswa
yang berlatih.
6. Mahasiswa bertukar peran secara
serentak dan kemudian instruktur
menilai performa mahasiswa tersebut.
4.Curah pendapat/diskusi 40 menit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang
belum dipahaminya serta instruktur
menjawab dan menjelaskannya serta
instruktur bertanya apakah ada bagian
yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
32
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2 Melakukan informed consent kepada pasien
3 Pasien duduk dengan pandangan lurus ke depan
4 Mata penderita ditetesi midriatikum, kemudian ditunggu ± 20 menit.
5
Pemeriksa berdiri di depan samping kanan atau kiri pasien.
6
Putar lensa oftalmoskop sesuai dengan refraksi mata pemeriksa
7 Misalnya pemeriksa adalah miop 2D dan penderita emetrop, pakailah lensa -2 (warna
merah). Bila pemeriksa dan penderita adalah emetrop, pakailah 0.
8 Bila yang diperiksa mata kanan, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan, gunakan mata
yang kanan juga, jari telunjuk berada pada panel pengatur ukuran lensa dan sebaliknya.
9
Pandangan penderita diminta memfiksasi suatu titik jauh tak terhingga atau ± 6m.
10 Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian pegangannya, sedangkan jari
telunjuk berada pada panel pengatur ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan ukuran lensa
sehingga dapat diperoleh bayangan yang paling tajam.
0
11 Pada jarak 30 cm , di depan temporal (±45 ) mata penderita, sinar oftalmoskop diarahkan
pada pupil mata penderita .
12 Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N. optik, arteri dan vena
retina sentral, area makula, dan retina perifer.
33
PENUNTUN BELAJAR PERESEPAN KACAMATA
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan subjektif
2 Memberikan anjuran untuk pemakaian kaca mata
3 Ambiillah resep kacamata yang telah tersedia di klinik/ tempat praktek
4 Lingkari ukuran kaca mata (biasa)
5 Tuliskan ukuran kacamata pada kolom tersedia sesuai petunjuk (teori) dan pupil
distance
6 Memberikan resep kepada pasien
7 Memberikan edukasi untuk mengontrol mata tiap 6 bulan sekali / jika terdapat
keluhan
Skenario:
Seorang laki-laki berusia 17 tahun diantar ibunya ke klinik mata,keluhan pandangan kabur
terutama jarak jauh. Pada pemeriksaan VODS : 20/30. Dokter menyarankan pasien untuk
memakai kacamata dengan ukuran mata kiri dan kanan -0,75, silinder(-), jarak antara pupil 64
BIASA
DOUBLE FOCUS
R -0,75 - - - 64
L -0,75 - - -
(………………………….)
34
PENUNTUN BELAJAR PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2 Melakukan informed consent kepada pasien
35
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Penilaian
0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
1 Menjelaskan tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2 Melakukan informed consent kepada pasien
B. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
3 Pasien duduk dengan pandangan lurus ke depan
4 Mata penderita ditetesi midriatikum, tunggu ± 20 menit.
5
Pemeriksa berdiri di depan samping kanan atau kiri pasien.
6
Putar lensa oftalmoskop sesuai dengan refraksi mata pemeriksa
Bila yang diperiksa mata kanan, oftalmoskop dipegang dengan tangan
7
kanan, gunakan mata yang kanan juga
36
DAFTAR TILIK PERESEPAN KACA MATA
Penilaian
0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
1 Menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan subjektif
2 Memberikan anjuran untuk pemakaian kaca mata
B. PENULISAN RESEP KACA MATA
Penilaian
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL 0 1 2
A. PERSIAPAN PASIEN
Menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada
1 pasien
2 Melakukan informed consent kepada pasien
B. OBAT TETES MATA
Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita
3 duduk
37
C.SALEP MATA
Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita
9 duduk
11 Tarik fissura palpebra inferior dengan jari telunjuk atau ibu jari
DAFTAR PUSTAKA
1. Indrakila, S dkk.Pemeriksaan Mata. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta
2. Manual Keterampilan Klinik Sistem Indera Khusus. 2016. Fakultas Kedokteran Unhas.
Makassar
38
CSL 4
Pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorokan adalah suatu pemeriksaan yang digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan yang terdapat pada organ tersebut. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes fungsi
pendengaran dengan menggunakan garpu tala
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis telinga, hidung, dan tenggorokan serta fungsi
pendengaran
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pemeriksaan THT dan fungsi pendengaran
2. Mahasiswa mampu mempersiapkan penderita dalam rangka persiapan pemeriksaan fisis
telinga, hidung dan tenggorok serta fungsi pendengaran
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorok
serta tes fungsi pendengaran
4. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorokan
serta tes fungsi pendengaran
Indikasi:
1. Gangguan pendengaran
2. Gangguan penciuman
3. Ganguan menelan
Media dan Alat Bantu pembelajaran
1. Panduan / manual CSL
2. Kursi
3. Meja
4. Lampu kepala
5. Spekulum telinga dengan berbagai ukuran
6. Seperangkat garpu tala
7. Aplikator kapas
8. Pinset bayonet
9. pinset lurus
10. Otopneumoscope
39
11. Speculum hidung dengan berbagai ukuran
12. Spatel lidah
13. Kapas dan Kasa
14. alkohol 70%
Metode pembelajaran :
DESKRIPSI KEGIATAN
40
2. Instruktur memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan
selanjutkan ditanyakan oleh pemeriksa.
3. Mahasiswa juga melakukan pemeriksaan THT
secara tepat dan saling bertukar peran sebagai
dokter pasien
4. Instruktur berkeliling untuk menilai dengan
daftar tilik setiap mahasiswa yang berlatih.
5. Mahasiswa bertukar peran secara serentak
dan kemudian instruktur menilai performa
mahasiswa tersebut.
4. Curah 40 enit 1. Mahasiswa bertanya tentang apa yang
pendapat/diskusi belum dipahaminya serta instruktur
menjawab dan menjelaskannya serta
instruktur bertanya apakah ada bagian
yang sulit dari proses tersebut.
Total waktu 200 menit
41
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN THT
No Langkah Klinik
1 Menjelaskan tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2
Melakukan informed consent kepada pasien, setelah itu mencuci tangan
3 Mengatur posisi duduk pasien
Pemeriksa dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit menyerong,
kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan dengan kaki
penderita. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu penderita dapat diarahkan ke kiri atau
kanan. Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang perawat. Pada anak kecil
yang belum koperatif selain diperlukan fiksasi kepala, sebaiknya anak dipangku oleh
orang tuanya pada saat dilakukan pemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua
sementara itu, kaki anak difiksasi diantara kedua paha orang tu
4 Memasang lampu kepala dan mengatur focus cahaya
Sebelum diletakkan di kepala, ikatan lampu kepala dilonggarkan dengan memutar
pengunci kearah kiri. Posisi lampu diletakkan tepat pada daerah glabella atau sedikit
miring kearah mata yang lebih dominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi
yang benar, ikatan lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan. Pungunci
ikatan lampu kepala harus berada disebelah kanan kepala.
Fokus cahaya lampu diatur dengan memfokuskan cahaya kearah telapak tangan yang
diletakkan kurang lebih 30 cm dari lampu kepala. Besar kecilnya focus cahaya diatur
dengan memutar penutup lampu kepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya
lampu yang kecil, bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal.
PEMERIKSAAN TELINGA
5 Inspeksi telinga luar
perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan
secret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian
depan dan belakang.
6 Palpasi telinga luar
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada daerah depan dan
belakang telinga untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada telinga
Menarik aurikula untuk menilai ada tidaknya nyeri
7 Otoskopi:
Melakukan pemilihan spekulum telinga yang tepat
Memegang dan memposisikan daun telinga yang akan diperiksa
Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam liang telinga
Menilai keadaan liang telinga
Memasukan spekulum telinga ke dalam liang telinga
Menilai keadaan gendang telinga
Mengeluarkan spekulum teling dari dalam liang telinga
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
PEMERIKSAAN PADA HIDUNG
8 Inspeksi hidung luar dan sekitarnya
Palpasi
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada daerah pangkal
hidung, pipi, supra orbitalis dan daerah interkantus untuk menilai adanya
kelainan-kelainan pada hidung dan sinus paranasalis
Rinoskopi anterior
Melakukan pemilihan spekulum hidung yang tepat
Memegang dan memasukkan spekulum hidung ke dalam rongga
hidung
Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung
Menilai struktur di dalam rongga hidung
Melihat fenomena “palatum molle”
Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidung
Faringoskopi
Penderita diinstruksikan membuka mulut
Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
Tampak memperhatikan keadaan cavum oris sampai orofaring
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah
mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai
adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut
PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN
9 Tes Rinne
o Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut.
o Letakkan pada planum mastoid.
o Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila sudah
tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau sebaliknya
o Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedang diperiksa bila
penderita sudah tidak mendengar
o Tes dilakukan pada kedua telinga
o Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
Tes Weber
o Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut.
o Letakkan pada dahi atau vertex
o Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan
telinga mana yang lebih jelas mendengar bunyi
o Catat hasil yang diperoleh kemudian
interpretasikan
Tes Schwabach
o Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut.
o Letakkan pada planum mastoid.
o Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan
bila sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau
sebaliknya
o Pindahkan garpu tala ke planum mastoid
pemeriksa bila penderita sudah tidak mendengar
o Tes dilakukan pada kedua telinga
o Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
43
10 Mencuci tangan dan menjelaskan kepada pasien jika pemeriksaan telah selesai
44
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN THT DAN FUNGSI PENDENGARAN
Berikan nilai pada setiap langkah pemeriksaan dengan criteria sebagai berikut:
0 : sama sekali tidak melakukan
1 : langkah-langkah dilakukan tapi tidak tepat (perlu perbaikan)
2 : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan tepat (mampu)
Penilaian
0 1 2
A. PENGANTAR
1 Menjelaskan tujuan dan manfaat pemeriksaan kepada pasien
2
Melakukan informed consent kepada pasien
3
Melakukan cuci tangan 6 langkah
B. PEMERIKSAAN THT
PERSIAPAN
4 Atur posisi duduk penderita
Pasang lampu kepala
Atur fokus lampu kepala
PEMERIKSAAN TELINGA
Inspeksi telinga luar
Palpasi telinga luar
Otoskopi:
5 PEMERIKSAAN HIDUNG
Inspeksi hidung luar dan sekitarnya
Palpasi
Rinoskopi anterior
Faringoskopi
PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN
6 Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
7 Mencuci tangan dan menjelaskan kepada pasien jika pemeriksaan telah
selesai
45
46