INTOKSIKASI
Disusun oleh:
Rino Setiady
(406148064)
Pembimbing:
Dr. Donni I K, SpAN, Msi. Med
BAB I
1
PENDAHULUAN
2
2.1. Definisi intoksikasi
Toksikologi (berasal dari bahasa Yunani yaitu tokskos dan logos yang
merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap
suatu organisme/ makhuk hidup). Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber,
sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan
yang didapatkan pada korban yang meninggal. 1
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi
racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Menurut Ariens dkk. 1986,
toksikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai kerja senywa kimia yang merugikan
tubuh organisme hidup. Sedangkan menurut Rand dan Petrocelli 1985, toksikologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang efek negatif atau efek racun dari
bahan-bhan kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme,
termasuk bagaimana bahan-bahan tersebut masuk kedalam organisme.1
Dalam Toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi
serta deteksi keracunan pada sistem biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat
bermanfaat untuk memprediksi atau mengkasi akibat yang berkaitan dengan bahaya
toksik dari suatu zat terhadap manusia dan lingkungannya.1
3
Secara umum racun menurut wujudnya dibedakan menjadi 3 yaitu: Padat (Obat-
obatan dan makanan), cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/
racun hewan), gas (CO). Berdasarkan tempat racun berada, dapat dibagi menjadi racun
yang terdapat dialam bebas, misalnya gas racun dialam, racun yang terdapat dirumah
tangga; misalnya detergen, disenfektan, insektisida, pembersih (cleaners). Racun yang
digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida, herbisida, pestisida. Racun yang
digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam berat.
Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya CN dalam singkong, toksin botulinus,
bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk obat, isalnya hipnotik, sedatif, dll.
4
pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap hemoglobin darah. Terdapat pula
racun yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol
menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diabsorbsi akan menimbulkan depresi
susunan sarap pusat. Tetra-etil yang masih terdapat dalam campuran bensin selain
mempunyai efek iritasi, jika diserap dapat menimbulkan hemolisis akut.
5
bahwa zat penyebab dieksresi lebih lama dari 24 jam, waktu paruhnya panjang,
sehingga terjadi akumulasi.
6
1. Cara masuk. Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi.
Cara masuk lain secara berturut-turut melalui intravena, intramuskular,
intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah melalui kulit yang
sehat.
2. Umur. Orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi
prematur lebih rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui ginjal belum
sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh. Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami
keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung absorbs jadi lebih
lambat.
4. Kebiasaan. Berpengaruh pada golongan alkohol dan morfin dikarenakan terjadi
toleransi pada orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
5. Idiosinkrasi dan alergi. Pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain.
Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran, makin tingi takaran maka
akan makin cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang
bersifat lokal, misalnya asam sulfat.
6. Waktu pemberian.
Kasus keracunan akibat pesrisida mempunyai angka yang tinggi. Bahkan menurut data
tahun 1983 dan 1989, pestisida sebagai penyebab kasus keracunan akut mempunyai
angka terbanyak yaitu 76,37 % dan 65,06 %. Penyebab lain yang banyak menyebabkan
kasus keracunan akut adalah air aki, obat-obatan bebas, makanan, alkohol, dan minyak
tanah.
Gejala klinis akibat keracunan dapat bervariasi, hal ini tergantung dari
penyebabnya Contoh berbagai majam gangguan klinis dan penyebab keracunannya
dapat dilihat pada tabel
7
Penampilan secara Agitasi (amphetamine, cocaine, lysergic acid
Umum diethylamide,opiat withdrwal) Apathy, drowsiness, coma
(hypnotik, pelarut organik, lithium)
8
Pemutih/Klorine (Hipoklorit, klorin), Disinfektan (Kreosat,
Phenol, Tar), Formaldehyde (formaldehyde, methanol, Bawang
(Arsenik, Dimethylsulfoxide, Malation, Paration, Phospor
kuning), Asap (nikotin, carbonmonoksida), Pelarut organik
(diethyl eter, chloroform, dichloromethane), Kacang
(rodentisida)
9
4. Tingkat 4 : pasien dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikit pun
terhadap rangsangan maksimal seperti diatas. Keadaan ini paling berat tetapi
prognosisnya tidak selalu buruk.
10
Untuk peranan laboratorium sangat diperlukan untuk diagnosis akhir dari
intoksikasi. Pemeriksaan analisis darah, urin dan muntahan pasien. Pemeriksaan
laboratorium ini tidak mudah, Karen obat di dalam tubuh mengalami perubahan
molekuler akibat proses biotransformasi. Specimen biologic dapat diperiksa secara
kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan secara kualitatif dan semi kauntitatif saja sudah
cukup untuk mendiagnosis.
B. Breathing (Pernapasan)
Pada tindakan ini , pernapasan pasien perlu dijaga agar tetap baik. Bila
perlu, dilakukan pernapasan buatan. Pada orang yang keracunan udara yang
respirasinya dimungkinkan mengandung racun yang berbahaya (seperti asam
11
sianida) maka bantuan pernapasan harus dilakukan dengan menggunakan
kantong napas, paling tidak sipenolong harus bernapas berpaling dari pasein.
Pemberian oksigen murni terutama untuk orang yang menderita sianosis
(=pewarnaan kulit menjadi merah biru akibat kurangnya penjenuhan darah
dengan oksigen, yang paling mudah terlihat dari bibir dan kuku jari). Tetapi
pemberian oksigen murni tidak boeh lebih lama dari 6-8 jam. Karena dapat
terjadi udema paru-paru yang tokisk yang menyebabkan difusi O2 dan CO2
terhambat. Udema adalah penimbunan cairan secara patologik dalam ruang
khususnya dalam ruang interstitium (ruang interstitium = ruang yang
terdapat diantara kompleks parenkhim yang khas bagi organ tertentu,
mengandung jaringan ikat, pembuluh dan saraf). Udema paru-paru toksik
dapat disebabkan juga oleh gas yang merangsang seperi klor dan oleh zat
yang pada saat muntah masuk ke saluran napas. Gejala: terdapat rangsangan
ingin batuk, kesulitan bernapas, dan tidak tenang. Gambaran sempurna
udema adalah kadang terjadi tanpa keluhan, beberapa selang waktu
kemudian ditandai sianosis dan keluarnya busa warna coklat pada hidung
dan mulut. Akibat selanjutnya yang dapat terjadi adalah kematian. Apabila
terjadi hal ini segera diberi glukortikoid. Hal yang penting dilakukan adalah
istirahat total apabila keracuanan tampak ringan dan usahakan tubuh tetap
hangat. Jika dipastikan terjadi udema paru-paru maka: letakkan tubuh bagian
atas pada posisi yang tinggi, pemberian oksigen, menyedot sekret yang ada,
pemberian furosemida 60-200 mg iv., digitalis misal digoxin 0,25 iv, untuk
pencegahan infeksi dapat diberikan antibiotika golongan penisilin yang
berspektrum luas.
C. Circulation (Peredaran darah)
Pada tindakan ini, penting dipertahankan tekanan darah dan nadi pasien
dalam batas normal. Bila perlu, berikan cairan infus normal salin, dektrosa,
atau ringer laktat. Pada kondisi jantung berhenti ditandai dengan hilangnya
pulsa karotid, berhentinya pernapsan, pucat seperti mayat (kulit sianotik abu-
abu), pingsan, pupil dilatasi dan tidak bereaksi maka harus dilakukan
massage jantng dari luar untuk mendapatkan sirkulasi minimum dan
mengektifkan kembali jantung. Jika jantung berhenti tanpa sebab jelas, dapat
diberi 0,3 -0,5 mg adrenalin (intra vena atau intracardiac), defibrilasi
12
eksterna dengan 100 400 watt perdetik, disertai lidocain 100 mg injeksi
bolus yang diikuti infus tetes pada hasil terapi yang dicapai.
Apabila racun mengenai kulit, maka pakaian yang terkena racun harus
diganti. Kemudian daerah yang terkena dibilas dengan air hangat atau
pasien diharuskan untuk mandi. Jika kulit terluka parah maka cuci
dengan air (yang tidak terlalu hangat) dan sabun. Penanganan lain yang
dapat dilakukan yaitu membersihkan dengan polietilenglikol 400.
13
kuat sehingga dapat mempermudah pembersihan, dapat diberikan
beberapa tetes larutan anastesi lokal. Jika terdapat air kapur masuk ke
mata, hal ini dapat menyebabkan pengeruhan kornea tau penimbunan
calsium pada permukaan mata. Penanganan hal ini dilakukan dengan
pemberian Natrium edetan (dinatrium EDTA 0.35 sampai 1,85%).
Larutan ini akan membuat endapan kalsium menjadi larut. Larutan lain
yang kadang-kadang juga digunakan adalah amonium tartrat netral
10%. Apabila mata terkena gas air mata mengakibatkan terjadainya
rangsangan yang intensif pada konjungtiva, menimbulkan nyeri
menusuk pada mata sehingga terbentuk air mata yang banyak. Pada
mata yang hanya terpejan sedikit gas air mata, maka pembentukan air
mata adalah merupakan pertolongan yang dapat memulihkan mata
dengan sendirinya. Tetapi pada kasus yang berat, maka mata sebaiknya
dibilas dengan air atau lebih baik menggunakan larutan natriun hidrogen
karbonat 2% dalam waktu cukup lama. Jika rasa sakit tetap dirasakan
maka perlu digunakan anastesi lokal dengan dibawah pengawasan
dokter. Pada konsentrasi yang tinggi, gas air mata dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan selaput lendir paru-paru dan bahkan kemungkinan
dapat terjadi udema paru-paru.
14
bentuk terdisosiasi. Penetralan lambung yang asam oleh magnesium
hidroksida pada keracunan basa akan meningkatkan kerja adsorben.
Pada suasana yang basa, akan membuat basa organik tetap dalam bentuk
senyawanya dan tidak terdisosisi. Disamping itu dengan adanya
peningkatan pH akan meningkatkan pengendapan ion logam berat. Sidat
adsorbs dari karbon aktif tidak akan terpengaruh dengan keberadaan
magnesium oksida atau laksansia garam (magnesium sulfat dan natrium
sulfat.) Kadang tanin juga ditambahkan, dengan komposisi karbon aktif:
magnesium oksida: tannin = 2 :1: 1. Kombinasi ini dikenal denga
antidote universal. Tanin berfungsi untuk mengndapkan zat tertentu
yang berasal dari tanaman terutama alkaloid. Pemakaian karbon aktif ini
tidak mempengaruhi pembilasan lambung. Tetapi jika direncanakanakan
dilakukannya pembilasan lambung maka sebaiknya cairan yang
diberikan bersama karbon aktif dibatasi. Hal ini untuk mencegah
masuknya racun dari lambung ke usus. Jika racun bersifat korosif (asam
atau basa kuat) maka pemberian protein (seperti susu) sangat
bermanfaat karena dapat menetralisasi, mengadsorbsi, dan meringankan
keluhan.
15
larut atau perubahan menjadi senyawa yang tidak berkhasiat atau tidak
toksik.
Penetralan racun yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan susu atau
antasida, dan Basa dapat dinetralkan dengan asam encer (seperti dengan
3 sendok makan cuka dapur dalam segelas air).
16
Keracunan pada anak-anak dapat diberikan Sirup Ipecacuanhae. Pada
orang yang pingsang tidak boleh diberikan zat yang merangsang muntah
karena dapat menyebakan bahaya aspirasi. Selain itu juga tidak boleh
diberikan kepada orang yang keracunan detergen, hidrokarbon (seperti
bensin) atau hidrokarbon terhalogenasi ( Carbon tetraklorida), atau
asam/ basa / obat yang melumpuhkan pusat muntah (seperti sedativa).
Tindakan merangsang muntah pada kasus keracunan, seringkali masih
menimbulkan pertanyaan. Misal pemakaian sirup ipecacuanhae baru
efektif bekerja15 30 menit setelah pemberian. Selama waktu tersebut
maka racun dapat masuk ke usus sehingga penggunaan emetika tidak
bermanfaat. Usaha merangsang muntah dapat memperlambat
penggunaan adsorbensia, yang sering lebih efektif dalam
penanggulangan keracunan. Dan pada pasien penggunaan adsorbensia
lebih menyenangkan. Selain itu karbon aktif adapat mengadsorbsi zat
emetika sehingga zat tersebut menjadi tidak efektif.
D.3. Eliminasi
Pada tindakan ini, dilakukan pembersihan racun dimana diperkirakan racun
telah beredar dalam darah, dengan cara antara lain: peningkatan ekskresi
kedalam urin dengan cara diuresis dan pengubahan pH urin dan hemodialisa.
Zat lipofil yang umumnya termasuk asam dan basa lemah, bila dalam bentuk
tak terionisasi dapat melewati sawar lipid tanpa kesulitan sehingga dapat
masuk kedalam organ organ penting seperti otak. Pada ginjal, setelah
racun melewati proses ultrafiltrasi maka 90 % elektrolit dan air akan
direabsorbsi dari urin, sehingga racun akan dipekatkan kurang lebih 10 kali
konsentrasi dalam plasma. Dari jumlah ini, yang tidak terikat pada protein
17
plasma tergantung dari jumlah racun yang pada urin. Selanjutnya racun
dapat berdifusi kembali kedalam plasma melalui membran lipid epitel.
Sehingga hampir 90% racun dalam urin dapat diabsorbsi kembali. Jadi hanya
sekitar 10% saja yang benar-benar keluar bersama urin. Jika proses
reabsorbsi pasif dapat dikurangi maka laju ekskresi dapat ditingkatkan
sehingga waktu paruh akan turun. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengubah pH urin yaitu: membasakan urin / meningkatkat pH urin
sehingga memperbesar ionisasi asam organik lemah, atau mengasamkan urin
/ menurunkan pH urin yang akan menaikkan ionisasi basa organik lemah.
Zat organik yang terionisasi, tidak akan dibsorbsi kembali. Maka kecepatan
ekskresi dalam urin akan meningkat. Dengan melihat nilai kecepatan
absorbsi maka akan diketahui apakah pengubahan pH urin akan bermanfaat,.
- hemodialisa
Pengertian proses hemodialisa dalam hal ini adalah terjadinya difusi pasif
racun dari plasma kedalam cairan dilisis melalui sebuah membran.
Tindakan ini dilakukan pada keracunan dengan koma yang dalam, hipotensi
berat, kelainan asam basa dan elektrolit, penyakit ginjal berat, penyakit
jantung, penyakit paru, penyakit hati, dan pada kehamilan. Umumnya
dilakukan pada keracunan pada dosis letal dari bahan alcohol,
barbiturat,karbamat, paracetamol, aspirin, amfetamin, logam berat dan
striknin.
18
Pada proses hemodialisis ini menguntungkan karena susunan caiaran dilisis
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Pelaksanaan tindakan ini cukup merepotkan dan mahal, tetapi tindakan ini
harus dilakukan pada kasus keracunan berat seperti pada keracuanan zat
nefrotoksik kuat (misal : raksa (II florida). Zat nefrotoksik dapat
menimbulkan kerusakan ginjal yang parah sehingga eliminasi ginjal akan
sangat berkurang. Langkah ini berlaku pada racun yang dapat melewati
membran dilisis. Pada umumnya pada zat yang mengalami ultraflitrasi oleh
ginjal. Berikut ini adalah zat yang perlu dilakukan dilisis jika kadar pada
plasma melampaui konsentrasi berikut ini, antara lain untuk: metanol (50
mg/100 ml plasma), fenobarbital (20 mg/ 100 ml plasma), dan asam salisilat
(90 mg / 100 ml plasma). Untuk zat yang eliminasinya cepat sehingga waktu
paruh dalam plasma lebih singkat atau kurang lebih sama dengan dengan
yang digunakan pada dilisis, tentu tidak perlu menggunakan proses ini.
Antidotum spesifik1,2,3,6
Antidot untuk melawan efek racun yang telah masuk kedalam organ target. Tidak semua
racun mempunyai antidot yang spesifik. Berikut ini merupakan antidotum spesifik yang
dapat digunakan untuk meringankan gejala intoksikasi.
Tabel 2.8.1 Antidotum spesifik
19
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
>70x/menit)
6. Dimercaprol Keracunan As, Cu, Kelasi logam 2,5-5 mg/kg i.v tiap 4
Pb, atau Hg jam untuk 2 hari
kemudian 2,5 mg 2x/hari
dan diteruskan 1x/hari
20
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
5-7 hari
21
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
Insektisida
Organofosfat Mengembalikan Atropinisasi (SA 2 mg
aktivitas AChE i.v, diulang tiap 5-10
(malation, paration, (monitoring aktivitas menit sampai
diazinon, abate) AChE dalam eritrosit atropinisasi penuh
dan plasma), (muka merah,
simtomatik hipersalivasi
berkurang, mata
midriasis, takikardi)
Pralidoksim (p.r.n)
1000 mg i.v dalam 5
menit
Dekontaminasi racun
dari kulit dan
membrana mukosa
22
Diazepam atau
fenobarbital
Karbamat (Propoxur, Sama dengan
karbaril) intoksikasi
organofosfat, tetapi
jangan diberikan
pralidoksim
Organoklorin Cegah gejala life- Ca-glukonas 10%,
threatening, i.v. 10 mL lambat
meningkatkan eliminasi Cholestyramin
(ekskresi racun
racun, simtomatik
meningkat 3-18x, T
turun dari 140
menjadi 80 jam,
pemulihan gejala
klinis lebih cepat
Dekontaminasi racun
dari kulit dan
membrana mukosa
Diazepam atau
fenobarbital
Herbisida
Derivat bipyridil Menghambat absorpsi Bilas lambung,
(paraquat, diquat) lewat usus, katartik
meningkatkan eliminasi Aluminium silikat,
bentonite
HD, hemoperfusa
Dinitrofenol Mengurangi simtom Berendam es
(simtomatik) Pemberian O2
Koreksi cairan dan
elektrolit
Fungisida
Pentachlorophenol Meningkatkan eliminasi Cholestyramine
melalui feses
(manusia:???)
Rodentisida
Warfarin Mengembalikan vitamin K1, 50 mg i.m
penjendalan darah atau 3x50 mg per oral
23
memperbaiki respirasi ventilator mekanik
Fumigant
Sianida Mencegah metHb-emia Na-tiosulfat 25% 50
dan mengeliminasi mL i.v. dalam 10
racun menit
Na-nitrit 3% 10 mL
i.v. dalam 3 menit
Methyl bromide Obat-obat yang
mengembalikan
aktivitas sulfhidril
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intoksikasi merupakan masuknya zat yang dapat membahayakan kesehatan tubuh
bahkan dapat membawa kepada kematian. Menurut jenis wujudnya dapat dikelompokan
menjadi padat, cair dan gas. menurut waktunya dibedakan menjadi intoksikasi akut dan
intoksikasi kronik. Untuk penanganan pasien intoksikasi harus mengutamakan prinsip
airway, breathing dan sirkulasi. Kemudian setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi
barulah pengelolaan untuk racun yang tertelan. Untuk mengeluarkan racun yang masuk
ke tubuh atau menguranginya dilakukan berbagai cara, seperti contohnya untuk racun
yang tertelan dapat di tangani dengan 3 cara seperti penanganan untuk membuat pasien
muntah, memasang pipa untuk bilas lambung, memberikan obat pencahar, dan
memberikan bubuk charcoal untuk membantu proses penyerapan racun. Untuk
penanganan lain dapat dilakukan diuresis paksa, exchange transfusion, dialysis
peritoneal dan hemodialisis.
24
3.2 Saran
Perlu dilakukan penanganan yang maksimal untuk mengatasi pasien dengan
intoksikasi sehingga nyawa pasien dapat terselamatkan. Pengetahuan akan berbagai
macam antidote harus dikuasai dokter umum sehingga dapat dengan mudah untuk
mengatasi kasus intoksikasi di masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
25
26
27