Anda di halaman 1dari 12

6.

Bagaimana proses pemeriksaan dan pemantauan pada saat persalinan dengan


menggunakan interpretasi partograf ?

Jawaban:

Pemeriksaan yang diperlukan dalam persalinan adalah :


a.  Pengawasan Persalinan
Segara setelah dirawat dirumah sakit, periksalah jantung, paru-paru dan apakah ada
indikasi kontra untuk pemberian nakrosis. Nadi, suhu, dan pernapasan dicatat tiap 4
jam. Kalau persalinan lebih 24 jam atau timbul panas, pencacatan tiap 2 jam. Tensi
dicatat tiap 6 jam, tetapi pada penderita per-eklampsia pencatatan lebih sering.
b.  Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan sama seperti pada kunjungan antenatal, hanya perlu ditekankan
penentuan letak, posisi, dan berat janin, serta denyut jantung janin. Dengan
pengawasan denyut jantung dapat dimonitor keadaan janin. Dalam kala I
pengawasan dilakukan satiap 3 jam. Semakin maju persalinan, pengawasan lebih
sering. Pada kala II pengawasan tiap 5-10 menit.
Pemeriksaan Leopold (I-IV)
 Leopold I, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian teratas janin,
 Leopold II, menentukan letak punggung janin,
 Leopold III, menentukan bagian terendah janin,
 Leopold IV, menentukan seberapa jauh kepala janin telah memasuki Pintu Atas
Panggul/PAP.
Pemeriksaan perlimaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
seberapa jauh bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul (PAP)/Derajat
desensus janin:
 5/5 jika seluruh kepala janin dapat diaraba dengan kelima jari di atas symphisis
pubis dan dapat digerakkan.
 4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin masuk PAP
 3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba seluruh kepala janin
 2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba kepala janin di atas sympisis pubis.
 1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala janin.
 0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi yang berarti seluruh bagian terendah
bayi (kepala) sudah masuk dasar panggul (Hodge IV)
Pemeriksaan palpasi abdomen, harus mampu menjawab 6 pentanyaan penting:
1. Apakah tinggi fundus sesuai dengan perkiraan umur kehamilan?
2. Apakah janin berada pada letak memanjang?
3. Bagaimana presentasi janin dalam uterus ?
Presentasi adalah bagian terendah janin yang menempati bagian bawah
uterus.Pada kehamilan sekitar 30 minggu , 25%janin berada pada presentasi
sungsang. Setelah kehamilan 32 minggu, janin normal akan berada pada
presentasi kepala.

4. Apakah janin berada pada presentasi vertex ( belakang kepala) ?


 Fleksi kepala sempurna
 Dagu menempel bagian depan dada
 Bagian terendah subocciput
 Presentasi normal pada persalinan fisiologis per vagina.
 Kelainan sikap defleksi : Hiperekstensi kepala
 Bagian terendah janin muka
 Denominator : dagu
 Pada dagu posterior tidak mungkin terjadi persalinan spontan pervaginam
pada janin aterm
5. Bagaimana posisi janin ?
Posisi adalah hubungan antara bagian terendah janin (denominator ) dengan
panggul ibu. Bila janin pada posisi posterior ( occiput berputar kearah sacrum dan
muka janin berputar kedepan ) maka persalinan akan berlangsung lebih lama.
Pada presentase belakang kepala (vertex) yang terjadi pada proses persalinan
normal per vaginam maka ubun ubun kecil berada dibagian anterior.
6. Apakah kepala sudah engagement?
Yang dimaksud dengan engagement adalah desensus diamater biparietal melalui
pintu atas panggul. Cara paling mudah untuk menentukan jumlah bagian kepala
yang masih berada diatas pintu atas panggul adalah dengan menilai berapa jari
bagian kepala janin masih diatas simfisis. Bila kepala sudah engage, maka bagian
kepala yang masih ada diatas simfisis adalah 2 jari ( 2/5 ) atau kurang.
Engagement biasanya terjadi saat inpartu dan apakah bagian terendah sudah
masuk dalam pintu atas panggul atau belum dan sampai berapa jauh masuknya
bagian terendah janin (presentasi) dalam pintu atas panggul digunakan
pemeriksaan Leopold IV. Bagian terendah janin sudah masuk PAP Bagian
terendah janin masih belum masuk PAP

c. Pemeriksaan Rectal
Pemeriksaan rectal mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak memasukan
kuman kedalam jalan lahir, tidak perlu disinfektan. Kerugiannya tidak dapat member
informasi yang akurat mengenai pembukaan dan presentasi janin.

d. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)


Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan kebidanan yang terpenting karena
mempunyai beberapa keuntungan:
1) Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
2) Untuk menentukan factor janin dan panggul
3) Menetukan ramalan persalinan
Indikasi Pemeriksaan Dalam
1) Primipara, kehamilan 36 minggu bagian bawah janin belum masuk PAP.
Kejadian ini mungkin disebabkan karena panggul yang sempit.
2) Menentukan kemajuan persalinan.
3) Ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi. Karena bagian bawah
janin tidak menutup pintu atas panggul pada waktu ketuban pecah., ditakutkan
ada bagian janin atau tali pusat yang menumbung.
4) Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam
1)   Keadaan Perinium
Pada primipara perineum utuh dan elastic, sedang pada multipara tidak utuh,
longgar dan lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan menggerakannya
jari dalam vagina ke bawah dan ke samping vagina. Dengan cara ini dapat
diketahui pula levator ani. Pada keadaan normal akan teraba elastic seperti
kalau kita meraba tali pusat.
2)   Sistokel dan rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan
kelemahan dinding belakang kendung kemih. Ukurannya mungkin kecil atau
kadang-kadang sebesar bola tenis.
Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan
persalinan yang berulang, terutama kalau ada robekan perineum, atau
bersamaan prolaps uteri.
3)   Pengeluaran pervaginam
a. Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau
monilia vaginitis, cairan hijau kekuningan karena trichomoniasis.
b. Lender bercampu darah. Adanya show karena pembukaan serviks.
c. Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah.
4)  Serviks
a.  Perlu diperhatikan: pembukaan, penipisin , robekan serviks dan kekakuan
serviks.
b. Pada persalinan serviks akan membuka dan menipis. Pembukaan dapat
ditentukan dan diukur dengan kedua jari yang dimasukkan pada pemeriksaan
dalam. Kalau pembukaan lebih dari 6 cm lebih mudah diukur dari forniks
lateralis dengan cara berapa cm lebar serviks yang masih tersisa. Bila masih
tersisi ½ cm menandakan bahwa pembukaan sudah 9 cm.
c.  Untuk menentukan penipisan kadang-kadang agak sukar, terutama kalau
serviks menempel di bagian bawah janin. Dalam hal semacam ini tekanlah
bagian bawah janin keatas dan rabalah tepi serviks. Pada primipara serviks
masih utuh dan pembukaan akan berupa lingkaran, sedang pada multipara
sering porsio takk utuh lagi, dan dalam mengukur pembukaan dicari tempat
yang tidak robek.
d. Kekakuan serviks dapat dirasakan sewaktu jari dimasukkan ke lliang
pembukaan. Dalam keadaan normal serviks lembut dan elastic. Pada serviks
yang kaku terasa sekeras hidung.
5) Ketuban
a. Tentukan ketuban utuh atau tidak. Pada akhir kehamilan serviks masih
tertutup atau kadang-kadang dapat dimasukan 1 jari. Untuk menentukan
selaput ketuban utuh atau tidak dapat diketahui bila pemeriksaan selagi ada
his. Pada waktu his, ketuban akan mengelembung dan melemah. Bila sudah
pecah penonjolan tidak ada lagi.
b. Bagaimana keadaan ketuban. Pada proses persalinan ketuban berfungsi
sebagai menbantu membuka serviks. Dengan adanya kenaikan tekanan
hidrostatis dalam rongga rahim yang diteruskan ke SBR, serviks akan
membuka. Bila ketuban tidak menonjol, mungkin disebabkan ketuban
melekat pada SBR atau oligohidramnion. Untuk memperlancar persalinan
ketuban harus dilepaskan dari dasarnya dengan jari-jari atau kalau tidak
berhasil lebih baik dipecahkan. Pada solusio plasenta, ketuban terus-menurus
tegang dan menonjol yang disebabkan adanya perdarahan retroplasental.
c. Menetukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban. Kadang-kadang
kalau belum ada pembukaan serviks, kita ragu-ragu dalam penentuan, apakah
benar cairan yang keluar adalah air ketuban tau bukan. Oleh karena itu, pakai
indikator lakmus atau nitrazin. Percobaan ini berdasarkan pengetahuan
bahwa pH vagina antara 4.5-5.5, sedang pH air ketuban antara 7-7.5.
KERTAS LAKMUS atau nitrazin berubah warnanya pada pH tertentu,
sehingga warna kertas itu menentukan apakah sifat cairan tersebut asam atau
basa (air ketuban).
6)  Presentasi, titik penunjuk dan posisi
a.  Presentasi merupakan bagian terbawah janin, yang akan lebih mudah
diketahui bila ketuban sudah pecah. Presentasi kepala dapat diketahui bila
terdapat bagian yang bulat dan keras: tulang parietal; sutura sagitalis; ubun-
ubun besar atau ubun-ubun kecil.
b.  Titik penunjuk. Untuk menentukan posisi perlu diperhatikan titik penunjuk.
Pada presentasi belakang kepala sebagai titik penunjuk ialah ubun-ubun kecil
sedang pada presentasi bokong ialah sacrum.
c. Posisi kepala. Yang perlu ditentukan ialah dimana letak ubun-ubun kecil
terhadap panggul ibu. Pada posisi ubun-ubun kecil kiri depan, teraba sutura
sagitalis searah jam 2-8 dan ubun-ubun kecil di kiri depan.
7)  Turunnya kepala
Menentukan sampai dimana turunnya kepala dapat diperkirakan dengan
pemeriksaan luar dan dapat dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Pada proses
persalinan kadang-kadang terdapat caput suksedanium yang mengganggu.
Untuk menentukan sampai dimana turunnya kepala ditentukan dengan bidang
Hodge yaitu ( H1-II-III-IV). Hodge adalah suatu bagian panggul yang berada
pada rongga panggul yang sifatnya antara satu dengan yang lainnya sejajar,
ditentukan pada pinggir atas symphisis.
 Hodge I : Bidang yang dibentuk pada PAP dengan bagian atas sympisis
dengan promontorium.
 Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian
bawah sympisis.
 Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I dan II terletak
setinggi spina ischiadika kiri dan kanan.
 Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I, II, dan III
setinggi os coxygis.
Ada cara lain menentukan turunnya kepala ialah dengan istilah station.
Kemudian disebut station 0 ( Station Zero ) bila turunnya kepala anak setinggi
spina ischiadika. Bila diatas spina ischiadika dipakai istilah minus (-1 cm, -2cm,
-3 cm atau floating). Bila di bawah spina ischiadika dengan istilah plus.
8)  Pemeriksaan Panggul
Dalam pemeriksaan panggul yang perlu diperhatikan ialah bentuk dan ukuran
panggul. Untuk ukurannya perlu diperhatikan hal berikut :
a. Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah simfisis
sampai promontorium (konjugata diagonal) dengan begitu konjugata vera
dapat ditentukan.
b. Apakah linea terminalis teraba seluruhnya, sebagian atau beberapa bagian;
kalau teraba seluruhnya berarti penggul sempit seluruhnya, kalau hanya
sebagian dari linea innominata teraba tetapi tepi promontorium teraba maka
panggul adalah panggul picak.
c. Apakah kecekungan os.sacrum cukup.
d. Spina ischiadika runcing atau tumpul.
e. Arcus pubis sudutnya runcing atau tumpul (normal >900).
f.     Keadaan dasar panggul apakah kaku, tebal atau elastis.

9)  Tumor jalan lahir


Perlu diperhatikan apakah ada tumor pada jalan lahir yang kiranya mengganggu
proses persalinan. Tumor dapat bersifat neoplastik atau tumor radang.
Pemeriksaan perlimaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan
seberapa jauh bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul (PAP).
 5/5 jika seluruh kepala janin dapat diaraba dengan kelima jari di atas
symphisis pubis dan dapat digerakkan.
 4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin masuk PAP
 3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba seluruh kepala janin
 2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba kepala janin di atas sympisis
pubis.
 1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala janin.
 0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi yang berarti seluruh bagian
terendah bayi (kepala) sudah masuk dasar panggul (Hodge IV)

Pemantauan Persalinan – Partograf


Untuk memantau kemajuan persalinan seorang ibu, dapat digunakan suatu alat
pencatatan informasi yang didasarkan pada observasi atau riwayat serta pemeriksaan
fisik ibu selama proses persalinan yang dinamakan partograf. Dengan partograf, kita
dapat menilai 1) perubahan penipisan dan pembukaan, 2) menilai kesesuaian antara
pembukaan dengan penurunan, 3) menilai kondisi ibu, 4) nilai kondisi janin.
Halaman depan partograf
a. Informasi tentang ibu
 Nama: -
 Umur: -
 G: 1 ,P: 0 ,A: 0
 Nomor registrasi: -
 Nomor puskesmas: -
 Tanggal dan waktu mulai dirawat : 10.00
b. Waktu pecahnya selaput ketuban: 14.00
c. Kondisi Janin
 DJJ, dilakukan sama seperti saat melakukan pemeriksaan fisik, nilai dan catat
setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada
bagian ini bernilai 30 menit.
Yang didapatkan :
- (Evaluasi pertama)
Tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus Xyphoideus, Jarak antara simfisis pubis –
tinggi fundus uteri 32 cm

Ukuran Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan

Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU) Tinggi Fundus Uteri


Kehamilan Menurut Leopold (TFU) Menurut
(Minggu) Mc.Donald
12 Mg 1-3 jari diatas simfisis 9 cm
16 Mg Pertengahan pusat simfisis 16-18 cm
20 Mg 3 jari di bawah pusat simfisis 20 cm
24 Mg Setinggi pusat 24-25 cm
28 Mg 3 jari di atas pusat 26,7 cm
32 Mg Pertengahan pusat - prosesus 29,5-30 cm
xiphoideus (PX)
36 Mg 2-3 jari dibawah prosesus 33 cm
xiphoideus (PX)
40 Mg Pertengahan pusat prosesus 37,7 cm
xiphoideus (PX)

- Denyut jantung janin 144 x/mnt


Evaluasi pemeriksaan dengan menggunakan modalitas USG salah satunya
menentukan kondisi janin. Indikator pemeriksaan USG kondisi janin salah
satunya adalah menentukan denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim. Denyut
jantung janin merupakan salah satu ukuran yang dapat menentukan janin dalam
kondisi sehat atau janin tidak hidup, normalnya pemeriksaan denyut jantung janin
dengan menggunakan pemeriksaan USG berkisar 120 – 160 beat per menit
(bpm). Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit
atau lebih dari 180 per menit
- . His 3x dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk
Normalnya dalam 45 detik
- Pembukaan serviks 7 cm
Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1
terdapat dua fase yaitu : 
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan
jam.
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam. Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap
10 menit selama 20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4
kali tiap 10 menit, dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan
dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan
ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban
pecah dini.
Kala 2
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu
sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm hingga
bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan,
dengan kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.   Refleks
mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam
rahim.
Kala 3
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim.
Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta. Pada
tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim
terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan
membutuhkan bantuan tambahan.
Kala 4
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan
tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu
harus dirawat dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah.
- Penurunan sesuai bidang Hodge 1
Bidang Hodge : Garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurunan kepala janin pada panggul
Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar hodge I, terletak setinggi bagian bawah symphisis
Hodge III : sejajar hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica
kanan dan kiri
Hodge IV : sejajar hodge I, II, dan III, terletak setinggi os coccygeus

- (Evaluasi kedua)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung janin 175 x/mnt. His 4x dalam
10 menit dengan durasi 35-40 dtk bagian terendah kepala, perlimaan 4/5,
Pembukaan serviks 10 cm, penurunan sesuai bidang Hodge 1.
 Warna: - .dan adanya air ketuban : ada
 Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Gunakan lambang berikut : U (Ketuban
utuh), J (ketuban jernih), M (air ketuban bercampur mekonium), D (air ktuban
bercampur darah) dan K (air ketuban kering).
 Molase (Penyusupan kepala janin)
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih, tapi masih bisa dipisahkan
4: tulang kepala tumpah tindih dan tidak dapat dipisahkan.
d. Kemajuan persalinan
 Pembukaan serviks , dengan metode yang sama dengan pemeriksaan fisik, nilai
dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda
penyulit) dan beri tanda X pada partograf.
 Penurunan bagian terbawah dan presentasi janin, dilakukan ketika pemeriksaan
dalam vagina (setiap 4 jam) dan beri tanda O.
 Garis waspada dan garis bertindak, Garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju 1 cm/jam.
e. Jam dan waktu
 Waktu mulainya fase aktif persalinan: 14.00
 Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan
f. Kontraksi uterus, setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi yang terjadi dalam
10 menit.
g. Obat-obat dan cairan yang diberikan : -
h. Kesehatan dan kenyamanan ibu
 Nadi, TD, dan temperature tubuh : -
 Nadi, dicatat setiap 30 ment selama fase aktif. Beri tanda titik pada kolom.
 TD, diukur dan dicatat setiap 4 jam selama fase aktif persalunan. Beri tanda
panah (ßà).
 Nilai dan catat temperature tubuh ibu setiap 2 jam.
 Volume urin, protein dan aseton
 Diukur sedikitnya tiap 2 jam.
Referensi :

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 218-219 dan 302-303.

Cunningham, Gary (2015). William Obstetrics (PDF) (edisi ke-22). Perusahaan


McGraw-Hill. p. 121. ISBN  978-0-07-141315-2.

Cunninghman, F. Gery, et al. 2013. OBSTETRI williams. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. Et al. 2016. Ilmu kebudanan. Ed IV, Jakarta: PTBina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai