Anda di halaman 1dari 8

VIII.

PEMERIKSAAN OBSTETRI

Beberapa metode dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis presentasi dan posisi janin. Hal ini termasuk
palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi dan pada kasus-kasus yang meragukan dengan pemeriksaan imaging
seperti ultrasonografi, CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).

1. Pemeriksaan Leopold

Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan setelah uterus cukup membesar untuk dapat
membedakan bagian-bagian janin melalui palpasi. Ibu dalam posisi supine dan nyaman dengan perut terbuka.
Manuever ini akan menjadi sulit untuk dilakukan atau diinterpretasikan jika pasiennya gemuk (obese), jika ada cairan
amnion berlebihan atau jika plasenta berimplantasi di anterior.

Pemeriksaan Leopold terdiri dari 4 manuver.

Manuver I
 Menjawab pertanyaan : Apa yang ada di bagian fundus/kutub ? Kepala atau bokong?
 Temuan : Presentasi
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang terdapat di atas pintu atas panggul. Umumnya presentasi adalah
kepala (head first) atau bokong (pelvis first).

Melakukan Manuver I
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
 Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah digerakkan / mobile dan ballotable ( melenting).
 Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak, dan tidak mudah digerakkan.
Pada Manuver I dapat juga ditentukan tinggi fundus uteri. Posisi janin- hubungan antara panjang axis janin
dan panjang axis ibu. Biasanya posisi janin longitudinal atau transversal, namun bisa juga oblik.

Manuver II
 Pertanyaan yang harus dijawab : Dimana letak punggung janin ?
 Temuan : Posisi
Manuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi pelvis ibu. Ada
beberapa kemungkinan posisi janin

Melakukan Manuver II
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien.
 Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi
sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
 Pada salah satu sisi, maka akan dirasakan struktur tahanan keras sebagai suatu pungggung,
sedangkan sisi lainnya terdapat bagian-bagian kecil, irreguler dan mobile sebagai suatu
ektremitas janin. Dengan mencatat bahwa, apakah punggung janin mengarah ke anterior,
transversum atau posterior, maka orientasi janin dapat ditentukan.

Manuver III
 Untuk menjawab pertanyaan : Apakah bagian bawah janin sudah masuk Pintu Atas Panggul ?
 Temuan : Bagian presentasi.
Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang paling tergantung – yaitu, bagian yang terletak paling dekat dengan
serviks. Bagian janin inilah yang pertama kontak dengan jari pada saat pemeriksaan vagina, umumnya adalah kepala
atau bokong.
Melakukan Manuver III
 Pemeriksa menghadap ke kepala pasien
 Dengan menggunakan ibu jari dan 4 jari lainnya pada satu tangan, bagian terbawah abdomen
maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis osiss pubis dan minta pasien untuk menarik nafas
dalam dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan
kebawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian presentasi.
 Jika bagian presentasi belum engaged, maka akan terasa massa movable (mudah goyang)
biasanya kepala janin.
 Perbedaan antara kepala dengan bokong janin dapat ditentukan dengan manuever Leopold
pertama. Jika bagian presentasi telah deeply engaged, maka mengindikasikan bahwa, bagian
terbawah janin telah berada dalam rongga panggul ibu dan secara detail akan mudah ditentukan
dengan manuever ke empat.

Manuver IV
 Untuk menjawab pertanyaan : Sejauh mana bagian bawah janin masuk ke rongga panggul ?

Melakukan Manuver IV
 Menghadap ke kaki pasien.
 Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen kearah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan
menyentuh tulang terakhir. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian ujung terletak dibagian yang berlawanan
dengan punggung, ini adalah bagian pundak bayi, dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi
ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi
ujung kepala.
 Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada seluruh masa akhir kehamilan, dan bahkan selama atau
diantara waktu kontraksi uterus saat proses persalinan. Dengan berbagai pengalaman, hal ini
memungkinkanm untuk mengestimasi besar janin. Menurut Lydon-Rochelle et al (1993), seorang
klinisi dapat mengidentifikasi mal-presentasi dengan menggunakan manuever Leopold
mempunyai tingkat sensitifitas 88%, spesifitas 94%, nilai ramal positif 74% dan nilai ramal
negatif 97%.
II. MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu indikator untuk
menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin,
sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau
kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang konsisten pada setiap
kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan
menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi
sipinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau
pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atassimphisis pubis hingga batas atas
fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat
ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve
atas fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s (“McDonald’s rule).
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua dan ketia.

Rumus McDonald’s

Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)

Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7

III. MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN


Pergerakkan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia kehamilan 16 minggu (multigravida) atau 20 minggu
(primigravida). Denyut jantung janin dapat terdengar melalui Doppler (12 minggu) fetoscope (18 – 20 minggu) atau
ultrasound stetjoscope (awal tri semester). Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat memperkirakan usia
kehamilan dan digunakan apabila tanggal menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus tidak
sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir. Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada disekitar
garis tengah fundus 2 – 3 cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri bawah.
IV. PEMERIKSAAN DALAM
Didalam usaha untuk menentukan presentasi dan posisi dengan pemeriksaan vaginal ini, maka disarankan
untuk selalu memperhatikan 4 gerakan sebagai berikut :
1) Dua jari yang telah memakai sarung tangan diarahkan pada introitus vagina dan ditujukan pada
bagian terbawah janin. Untuk membedakan kepala, muka, dan bokong denag pemeriksaan ini
sudah mampu untuk mengerjakannya.
2) Apabila kepala janin sebagai bagian terbawah, maka jari-jari pemeriksa diarahkan ke aspek
posterior vagina. Jari kemudian menyapu ke depan di atas kepala ke arah simphisis pubis ibu.
Selama pergerakkan ini, maka jari akan melewati sutura sagitalis janin dan arahnya sutura dapat
direntukan.
3) Posisi dua ubun-ubun dapat segera ditentukan. Jari mengusap bagian anterior sutura sagitalis dan
ubun-ubun akan segera ditemukan dan di identifikasi.
4) Station atau seberapa dalam bagian terbawah janin telah turun dalam rongga panggul, juga dapat
ditentukan pada pemeriksaan ini.

V. Deteksi Ruptur Membran Amnion (Selaput Ketuban) :


Wanita hamil seharusnya selalu diinstruksikan selama periode antepartum untuk lebih aware terhadap
kebocoran cairan dari vagina dan segera melaporkan kejadian tersebut segera. Pecahnya selaput ketuban ini
mempunyai 3 alasan yang bermakna.
a. Bagian terbawah janin tidak terfixir sempurna dalam pelvis, sehingga memungkinkan peningkatan risiko
keluarnya tali pusat dan kompresi tali pusat.
b. Persalinan kemungkinan segera akan mulai jika memang usia kehamilan sudah aterm atau mendekati aterm.
c. Jika persalinan belum terjadi dalam waktu 24 jam atau lebih maka dengan pecahnya selaput ketuban ini,
akan berrisiko terjadi infeksi intra uterine.

Dengan pemeriksaan spekulum diagnostik, ruptur membran amnion dapat disimpulkan jika cairan
ketuban mengumpul di forniks posterior atau memang ada cairan yang jelas keluar melewati kanalis servikalis.

VI. Pemeriksaan Kapasitas pelvis :


Apapun kejadian kesempitan diameter panggul akan menyebabkan distokia selama persalinan Ada
beberapa kesempitan panggul yaitu kesempitan panggul atas, panggul tengah dan panggul bawah, atau umumnya
seringkali kesempitan akibat kombinasi ketiga macam pintu panggul ini.

A. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP):


PAP biasanya dicurigai sempit jika diameter terpendek anteroposterior < 10 cm atau jika diameter
transversa < 12 cm. Diameter anteroposterior ini dapat diaproksimasi secara manual dengan mengukur
konjugata diagonalis, dimana ukurannya lebih besar 1,5 cm. Oleh karena itu, kesempitan PAP terjadi yaitu
dengan diperhitungkan konjugata diagonalis < 11,5 cm.

B. Kesempitan Pintu Tengah Panggul (PTP) :


Penemuan kesempitan ini lebih sering terjadi daripada kesempitan PAP. Hal ini menyebabkan transvers
arrest kepala janin yang mengakibatkan kesulitan dilakukan ekstraksi forseps sehingga harus dikerjakan seksio
caesarea.
 Plane obstetrikal PTP meluas dari batas bawah simphisis pubis berjalan melalui spina ischiadika
dan sakrum yaitu antara Vertebra IV dan V.
 Ukuran rata-rata PTP sebagai berikut : Diameter tansversus atau interspinosus 10,5 cm.
Walaupun tidak ada metode akurat untuk mengukur dimensi PTP, namun kecurigaan
kesempitan kadang-kadang dapat dianalisa, jika spinanya menonjol, dinding panggul konvergen, atau
sacrosciatic notch sempit.
C. Kesempitan Pintu Bawah Panggul (PBP):
Penemuan kesempitan biasanya ditentukan sebagai diameter interischial tuberous < 8 cm. Pintu keluar
panggul terdiri dari 2 segitiga dimana diameter interiscial tuberous sebagai basisnya. Kesempitan pintui bawah
panggul tanpa disertai adanya kesemputan panggul tengah adalah sangat jarang.
PEMERIKSAAN OBSTETRI
NAMA :
NIM :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
1. Baca catatan medik klien
2. Cuci tangan dan siapkan alat-alat
3. Beri salam, panggil klien dengan namanya
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5 Beri kesempatan bertanya
6. Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk buang air kecil
7. Pastikan privacy klien terjaga, kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian luar dan
dalam
8. Persilahkan klien untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal dibagian kepala, kemudian
tutupi dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan diperiksa.

9. Melakukan pemeriksaan 4 T ( Tinggi badan, Timbang Berat badan, Suhu, Tekanan darah )
Melakukan manuver leopold I :
10. - Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien

11. - Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian fundus uteri klien

12. - Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan apa yang ada dibagian
fundus uteri

13. - Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri.


Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri :
14 - Letakkan ujung alat ukur (meteran) di batas atas simphisis pubis.

15 - Ukur spanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve fundus (atau tanpa
mengikuti fundus bagian atas).

16 - Tentukan tinggi fundus uteri


17 - Hitung perkiraan usia kehamilan dengan menggunakan rumus McDonald’s.
Melakukan manuver leopold II :
18 - Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien
19 - Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen klien.
20 - Pertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu
21 - Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus disisi yang lain
22 - Tentukan dimana letak punggung janin
Lakukan manuver leopold III :

23 - Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien.

24 - Dengan menggunakan ibu jari dan 4 jari lainnya pada satu tangan, bagian terbawah abdomen
maternal dicengkeram sedikit di atas symphisis osiss pubis
25 - Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

26 - Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian presentasi, pada saat
klien menghembuskan nafas.
27 - Tentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk panggul atau belum

Lakukan manuver leopold IV :


28 - Posisi pemeriksa menghadap ke kaki klien

29 - Letakkan kedua belah telapak tangan di sisi kanan kiri abdomen

30 - Gerakkan jari tangan secara perlahan kearah pelvis sambil palpasi menyusuri bagian bawah
janin

31 - Tentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam rongga panggul dengan
melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan saat menyususri bagian bawah janin (
konvergen, sejajar atau divergen ).

Deteksi Ruftur Selaput Ketuban ( cukup disebutkan saja )


32 - Dari anamnesis

33 - In spekulo ( dilihat ada tidaknya cairan yang terkumpul di forniks posterior, ada tidaknya
cairan yang keluar dari OUE, dengan tes kertas lakmus  perubahan warna kertas lakmus
menjadi biru
Pemeriksaan Auskultasi DJJ
34 - Stetoskop Laenec diletakkan di punggung bayi sambil agak ditekan
35 - Hitung DJJ pada 5 detik 1, 3 dan 5
Pemeriksaan Kapasitas Panggul
36 - Menentukan Konjugata Diagonalis dan konjugata Vera dari promontorium
37 - Menilai Linea terminalis/inominata
38 - Menilai Kelengkungan sakrum
39 - Menilai Penonjolan Spina Ischiadica
40 - Menilai mobilitas/kelenturan os coxigis
41 Evaluasi pemeriksaan klien dan simpulkan hasil kegiatan
42 Cuci tangan dan catat hasil pemeriksaan leopold di dalam catatan medis

TOTAL SKOR

Keterangan : Nilai = ( Jumlah/66)x100


0 = tidak dilakukan =………….%
1 = dilakukan tetapi salah
2 = dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna
3 = dilakukan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai