Anda di halaman 1dari 2

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Makroskopis Sperma


1. Warna
Sperma umumnya berwarna putih keabuan. Jika air mani berwarna kemerahan,
maka diperlukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter untuk menentukan penyebab dari
warna kemerahan tersebut. Salah satu penyebab warna kemerahan dari sperma adalah
adanya darah pada sperma, yang dapat disebabkan oleh sumbatan saluran kencing atau
infeksi. Sedangkan jika warna sperma menjadi kuning, bisa jadi disebabkan oleh infeksi
di saluran kencing (Rondonuwu et al, 2016).
2. Bau
Cairan sperma yang normal berbau seperti daun akasia. Jika sperma Anda menjadi
berbau amis, maka perlu diwaspadai adanya infeksi pada saluran kencing, prostat atau
struktur lain sepanjang saluran kencing (Rondonuwu et al, 2016).
3. Likuefaksi
Likuefaksi dicek 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Bila setelah
20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum
oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu ataumemang tak mempunyai
vesika seminalis (Wein et al, 2012).
4. Volume
Menurut WHO, volume standar normal (2-5 mL). Apabila dibawah 2ml
disebabkan pendonor sperma saat melakukan ejakulasi dalam kondisi tegang, sehingga
menyebabkan semen yang dikeluarkan dalam jumlah sedikit. Cairan sperma yang baik
adalah sperma yang kental dan tidak cair. Jika sperma yang keluar kurang dari 1,5 cc
maka volume sperma sedikit dan membuat ejakulasi menjadi kering (WHO, 2010).
5. Konsistensi
Kekentalan atau viskositas (konsistensi) sperma dapat diukur setelah likuifaksi
sperma sempurna.Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan menyentuh
permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan
terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin
tinggi viskositasnya.Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya (Wein
et al, 2012).
Hal ini mungkin disebabkan karena (Wein et al, 2012):
a. Spermatozoa terlalu banyak
b. Cairannya sedikit
c. Gangguan liquefaction
d. Perubahan komposisi plasma sperma
e. Pengaruh obat-obatan tertentu.
6. pH
Untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu
penelitiandapat digunakan pH meter. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang
agak basa yaitu 7,2–7,8 (Wein et al, 2012).
Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena
akanmempengaruhi pH sperma.Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan
tidak segera diperiksa sehingga tidakdihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram
(-), mungkin juga karena kelenjar prostatkecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah
terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,vesika
seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak (Wein et al, 2012).

Dafpus

Wein et al., eds. 2012. Campbel-Walsh Urology. Tenth Edition. USA: Elsevier Saunders, hh.
1287-1323.
WHO. 2010. WHO Laboratory Manual For the Examination and Processing of Human Semen.
5th ed. Switzerland : WHO.
Rondonuwu, H., Mallo, J. F., 2066. Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan
forensik pasca tindak kekerasan seksual. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4(1)

Anda mungkin juga menyukai